Ma, aku mau jenguk Argi. Mama mau ikut? Atau mau nunggu di sini?” Ucap Anggara sembari menatap mama Ruth. “Mama ikut ya Ang, Mama mau bawain sesuatu untuk mamanya Argi. Tadi mama lihat dia sedih banget, mama merasa kasihan.” jawab Ruth dengan raut sedih. “Iya, kita pergi bersama. Mama habisin dulu makanannya.” Anggara pun mulai menghabiskan makanannya. Lalu berjalan keluar menuju teras kamarnya, sembari menunggu mama Ruth selesai makan. Anggara duduk di kursi, bersebelahan dengan pak Yanto. Ketika melihat anak majikannya keluar, pak Yanto tengah menikmati makanannya, dan merasa tidak enak hati lalu berniat akan kembali ke mobil sembari membawa makanannya, namun Anggara mencegahnya. Menyuruh supir itu untuk duduk kembali dan melanjutkan makan. Anggara mengeluarkan sebatang rokok dan menyalakannya. “Pak nanti saya dan mama mau ke rumah sakit, bapak pulang saja. Nanti saya pesankan ojek ya.” Ucap Anggara. “Ke rumah sakit? Biar saya antar saja mas Aang, jam kerja saya belum berakhir
Bayu kini telah sampai di rumah sakit, setelah turun dan membayar, Bayu mulai melangkahkan kakinya menuju receptionist di depan pintu masuk. Menanyakan kamar dimana temannya dirawat.“Atas nama pasien Argi Rinega masih berada di ruangan UGD.” Jawab seorang perawat yang bertugas di sana.“Baik, terima kasih.” Ucap Bayu, lalu segera mencari ruangan UGD yang dimaksud. Yang letaknya tidak jauh dari tempatnya saat ini. Bayu tak sabar menemui Argi, ingin mengetahui kondisi sahabatnya secara langsung.Sampai di depan pintu ruangan, ada seorang perawat yang berjaga.“Sus, saya mau ketemu Argi, saya temannya. Apa saya boleh masuk?” Ucap Bayu sembari melirik sekilas ke arah dalam. Disana dia melihat keberadaan kedua orang tua Argi.“Maaf, ada pembatasan orang untuk menjenguk pasien. Nanti saya beritahu dulu pada keluarga pasien. Kalau diijinkan maka boleh masuk, mohon ditunggu sebentar.” jawab perawat itu dengan ramah, lalu masuk ke dalam ruangan. Menemui orang tua Argi.“Permisi bapak dan ibu,
“Nak, kemarilah.” Perintah mama Ruth pada Anggara.Tanpa menjawab, Anggara melangkahkan kakinya dan tanpa menoleh sedikitpun ke arah ketiga temannya.Dia kini berada di samping mama Ruth. Melihat ke arah temannya yang terbaring dengan kondisi memprihatinkan. Rasa bersalah kembali mengisi relung hatinya.“Aku turut prihatin ya Tan Om.” Ucapnya sembari menjabat tangan Lina dan Raditya secara bergantian.“Terima kasih ya, Nak.” Ucap papa Raditya. Bayu hanya bisa melihat dari tempatnya berdiri, dia tidak berani mendekat karena baru kali ini secara langsung melihat kondisi orang terdekatnya begitu memprihatinkan.Hatinya ikut teriris, karena walau bagaimana Argi adalah salah satu orang yang paling dekat dengannya meskipun mereka tak memiliki hubungan darah. Dia sudah menganggap Argi adalah saudara kandungnya. Dia pun tidak menyangka hal yang buruk bisa terjadi pada sahabatnya. Dany melihat kesedihan dari sorot mata kekasihnya. Dia meraih tangan kekasihnya untuk berbagi kekuatan.Hingga be
Dari kejauhan Dany dan Bayu melihat keberadaan Anggara dan Akira yang tengah berpelukan. Mereka tidak terlalu terkejut karena mereka sudah mengetahui hubungan antara keduanya.“Ehm..” Bayu sengaja berdeham agak keras, membuat sepasang kekasih itu sedikit terkejut hingga melepaskan pelukan.“Oh sorry, gue pura-pura gak lihat, iya kan beb?” Ucapnya sembari mengalihkan pandangannya ke atas. “Sorry Ang, gue ganggu tadi mami lu nyuruh gue nyariin elu. Katanya ijin ke toilet tapi kok lama.” “Oh.. ya sudah kita balik ya. Nanti pulang sama Dany kan?” Anggara tak menanggapi perkataan Bayu.“Iya, aku pulang sama Dany.” “Kalau gitu hati-hati di jalan. Kita balik ke sana ya. Ayo..” Anggara mulai bangkit dari duduknya, diikuti oleh Akira.Mereka berempat berjalan beriringan, dengan posisi para gadis di depan dan kedua pemuda berjalan di belakangnya.Sesampainya di sana, sudah terlihat mama Ruth tengah duduk di ruang tunggu bersama mama Lina.“Ma, mau pulang sekarang?” Tanya Anggara.“Iya nak, ki
Sementara itu mobil BMW itu kini telah berada di parkiran kontrakan milik Anggara. Anggara yang pertama turun untuk membukakan pintu mobil untuk mama Ruth. “Ma, habis ini Aang mau anter Bayu ambil mobilnya dulu. Mama masuk ke kamar dulu istirahat.” Dia meraih tangan mama Ruth dan menuntunnya menuju kamar. Bayu tanpa disuruh, dia juga ikut turun dari mobil mengikuti langkah keduanya. Ketika pintu terbuka Anggara menyuruh mama Ruth untuk beristirahat langsung. Sekilas Bayu melihat penampakan kamar Anggara yang terlihat jauh berbeda dari terakhir kali dia melihatnya. Tanpa bertanya pun dia tahu fasilitas yang ada di sana berasal dari mama Ruth. Bayu duduk menunggu Anggara di teras rumah. “Ma, aku langsung antar Bayu ya, mama gak apa aku tinggal?” Ucap Anggara setelah berada dalam kamar. “Iya nak, tunggu sebentar.” Ruth berjalan menuju kulkas, mengambil dua kaleng minuman dingin dan roti yang dia beli. “Minum dulu Ang. Istirahat dulu sebentar, kasian Bayu baru pulang sekolah pasti
[Beb, lagi apa? Nanti sibuk gak? Bisa keluar malam?] Ada notifikasi masuk pada ponsel Dany, dan itu dari Bayu, kekasihnya.[Hay beb, gak sibuk sih, kenapa?][Nanti malam keluar yuk, ajak temanmu. Gue ada undangan birthday party. Gimana?]Dany tengah berpikir sebelum menjawab ajakan pemuda itu. Dia takut hari ini ayah dan ibu Akira datang dari luar kota. Untuk bertanya langsung ke Akira, dia mesti menunggu temannya sampai bangun.[Beb, gue gak tau bisa keluar atau gak. Soalnya bokap nyokap Lena datang hari ini, katanya sih begitu, cuma sampai sekarang belum datang. Nanti coba gue tanyain ke Lena. Ok?] Balas Dany akhirnya.[Mudah-mudahan mereka gak pulang hari ini ya beb. Gue tunggu kabarnya, nanti info aja, acaranya jam delapan malam. Kalau bisa gue jemput.]Dany berniat ingin mengajak Akira untuk datang ke acara party teman Bayu. Tapi dia harus menunggu kabar kedatangan orang tua Akira. Dia tak dapat memejamkan matanya, dari pagi dia sudah banyak menghabiskan waktu untuk beristirahat
Jam sudah hampir menunjukan pukul delapan malam. Dany kini sudah siap dengan penampilannya. Dress hitam mini dengan panjang di atas lutut menjadi pilihannya. Dress itu tidak memiliki lengan, mini dress kemben sebatas dada. Sehingga mengekspos bahu dan lengannya. Dia sengaja menggerai rambut panjangnya, dan sedikit membuatnya bergelombang di bagian bawah.Sedangkan Akira memilih dress putih yang panjangnya selutut. Sebenarnya itu Dany yang memilihkannya untuk Akira. Dan dengan sedikit memaksa, hingga akhirnya Akira mengenakannya, meskipun agak kurang nyaman dan merasa sedikit risih. Karena dia tidak terbiasa dengan memakai baju terbuka seperti itu. Dress itu menampilkan lekukan tubuhnya dan belahan dadanya agak sedikit turun sehingga sedikit mengekspos bagian tubuhnya yang putih mulus. Membuat kulit putih orientalnya semakin bercahaya, ketika mengenakan dress putih itu.Dany telah mendandani dengan make-up natural. Sebenarnya ini juga paksaan dari Dany. Akira menolaknya namun Dany begi
“Tolong ya pa, selamatkan masa depan anak kita pa.” ucap Lina terisak. Raditya menghapus air mata istrinya.“Sekarang mama istirahat, seharian mama belum tidur. Biar papa yang jagain Argi.” Raditya bangkit berdiri dan menuntun istrinya untuk pindah ke sofa panjang yang tersedia di sudut ruangan. Dia meminta istrinya untuk berbaring di sofa itu. Dia mengambil selimut untuk menutupi tubuh istrinya.“Mama istirahat, nanti papa bangunin mama kalau Argi bangun. Ok?” Raditya mencium kening istrinya. Lalu bangkit dan melangkahkan kakinya kembali menuju kursi di samping putranya terbaring.Dia menatap ke arah istrinya yang kini sudah mulai memejamkan matanya. Wajah cantik itu terlihat sangat sembab, karena telah banyak menangis seharian ini. Dia beralih menatap sendu ke arah putranya. Mungkin selama ini dia jarang bertemu dengan putranya, karena terlalu sibuk bekerja. Waktunya di rumah hanya ketika dia pulang kerja, dan hari sudah malam. Makan malam pun dia lakukan di tempat kerja.Dalam kead