Jam sudah hampir menunjukan pukul delapan malam. Dany kini sudah siap dengan penampilannya. Dress hitam mini dengan panjang di atas lutut menjadi pilihannya. Dress itu tidak memiliki lengan, mini dress kemben sebatas dada. Sehingga mengekspos bahu dan lengannya. Dia sengaja menggerai rambut panjangnya, dan sedikit membuatnya bergelombang di bagian bawah.Sedangkan Akira memilih dress putih yang panjangnya selutut. Sebenarnya itu Dany yang memilihkannya untuk Akira. Dan dengan sedikit memaksa, hingga akhirnya Akira mengenakannya, meskipun agak kurang nyaman dan merasa sedikit risih. Karena dia tidak terbiasa dengan memakai baju terbuka seperti itu. Dress itu menampilkan lekukan tubuhnya dan belahan dadanya agak sedikit turun sehingga sedikit mengekspos bagian tubuhnya yang putih mulus. Membuat kulit putih orientalnya semakin bercahaya, ketika mengenakan dress putih itu.Dany telah mendandani dengan make-up natural. Sebenarnya ini juga paksaan dari Dany. Akira menolaknya namun Dany begi
“Tolong ya pa, selamatkan masa depan anak kita pa.” ucap Lina terisak. Raditya menghapus air mata istrinya.“Sekarang mama istirahat, seharian mama belum tidur. Biar papa yang jagain Argi.” Raditya bangkit berdiri dan menuntun istrinya untuk pindah ke sofa panjang yang tersedia di sudut ruangan. Dia meminta istrinya untuk berbaring di sofa itu. Dia mengambil selimut untuk menutupi tubuh istrinya.“Mama istirahat, nanti papa bangunin mama kalau Argi bangun. Ok?” Raditya mencium kening istrinya. Lalu bangkit dan melangkahkan kakinya kembali menuju kursi di samping putranya terbaring.Dia menatap ke arah istrinya yang kini sudah mulai memejamkan matanya. Wajah cantik itu terlihat sangat sembab, karena telah banyak menangis seharian ini. Dia beralih menatap sendu ke arah putranya. Mungkin selama ini dia jarang bertemu dengan putranya, karena terlalu sibuk bekerja. Waktunya di rumah hanya ketika dia pulang kerja, dan hari sudah malam. Makan malam pun dia lakukan di tempat kerja.Dalam kead
Hingga pizza itu habis, Dany tak melihat temannya mengambil makanan apapun. Akhirnya dia berinisiatif untuk mengambil dua potong pizza lagi untuknya dan untuk temannya.“Cobain dah, Na. Jangan malu-malu deh, lagian kita juga gak kenal sama mereka. Cuek aja!” Ujarnya.Akira menghembuskan nafasnya perlahan, dia mulai memakan pizza itu. Tak lama Bayu berjalan menghampiri mereka.“Beb, mau minum? Nih minum.” Bayu membawa dua gelas berisi soju, minuman asal Korea Selatan yang memiliki kadar alkohol lebih rendah. “Lu mau Lena?” Bayu menyodorkan satu gelas untuk Akira.Namun justru Dany yang menjawab. “Beb jangan Lena gak biasa minum alkohol.” Bayu mengangguk, tak bisa dia memaksanya juga. Sebelumnya dia telah menenggak segelas whisky sebelum menghampiri mereka. Bau alkohol tercium dari nafasnya. Dia merangkul bahu Dany sembari membisikan sesuatu. “Let’s dance baby.”Semula Dany menolak, namun karena pengaruh minuman yang dia konsumsi membuat tubuhnya sedikit panas. Dia mulai meliuk-liukkan
Rey berjalan mendahului Akira, melewati kerumunan orang-orang yang tengah bergoyang di lantai dansa. Melangkah menaiki tangga menuju lantai dua. Sesampainya di lantai dua begitu banyak ruangan-ruangan yang tertutup. Namun Akira belum menyadari akan niat busuk dari pemuda itu. Dia masih mengikuti langkah pemuda itu. Hingga mereka tiba di ruangan paling ujung.“Temanmu di dalam sini, masuklah!” Ucap Rey sembari tersenyum licik.Keraguan kembali menyelimuti hati Akira, meskipun kepalanya terasa berat dan tubuhnya terasa panas, namun kesadarannya masih normal. Tidak mungkin Dany menunggu di dalam ruangan itu. Hingga akhirnya Akira menolak untuk masuk.“Gue tunggu di luar aja.” Tolak Akira, memutar langkahnya. Namun dengan cepat Rey mencekal pergelangan tangannya. Dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Inilah saat yang tepat untuk ia bisa mendapatkan gadis incarannya.“Tunggu, ayo masuk!” Rey berusaha mencegah gadis itu pergi.“Lepas! Jangan sentuh!” Akira kembali berteriak s
“Akira, sudah mandinya?” Anggara mengetuk pintu. Namun tak terdengar sahutan dari dalam, membuatnya semakin merasa khawatir.Akhirnya Anggara memutuskan untuk membuka pintu kamar mandi itu. Akira terlihat terduduk di lantai dengan pakaian lengkap yang kini telah basah kuyup. Nafasnya masih terengah-engah meredam gejolak birahi yang terus melanda.Anggara begitu cemas hingga dia menghampiri gadis itu, menggendongnya dan membaringkannya di kasur. Bajunya kini ikut basah karena seluruh tubuh Akira yang basah kuyup.“Akira, kamu kenapa?” Ucapnya sembari menepuk pipi gadis itu. Perlahan mata indah itu terbuka.Akira menatap ke wajah Anggara, dan mendadak dia mendekatkan bibirnya ke bibir Anggara. Dia mencium Anggara penuh nafsu. Membuat pemuda itu sangat terkejut. Baju Akira sangat basah hingga dalaman yang ia kenakan tampak menerawang. Anggara mencoba menahan diri terhadap godaan yang ada di depan matanya. Hingga ia melepaskan penyatuan bibir mereka.“Kamu kenapa? Ada sesuatu yang kamu mi
Kesakitan itu kini berubah dengan desahan kenikmatan yang menggema di ruangan. Membuat Anggara terus memacunya lebih cepat hingga tak lama Akira kembali menjerit tertahankan. Dia baru saja mengalami pelepasan yang kedua. Membuat tubuhnya sangat lemas, dan kaki yang tadinya melingkari pinggang Anggara kini terkulai ke samping.Anggara meraih paha kiri gadis itu untuk membuatnya berbaring menyamping. Lalu kembali menghujani liang kewanitaan itu kembali, dengan juniornya yang masih tegak berdiri. Tangannya bergerak meremas dada kiri Akira, membuat gadis itu kembali mendesah sampai suaranya terdengar serak.Hingga tak lama sebelum juniornya memuntahkan cairan, dia segera mencabut juniornya. Sehingga cairan itu keluar tertumpah di tubuh Akira.Anggara segera mengambil tisu untuk mengelap tubuh Akira yang sudah terkulai lemas.“Sayang?” Panggilnya pada gadisnya. Namun gadis itu tak menyahut, sepertinya Akira sudah tertidur.Anggara segera melangkahkan kakinya menuju lemari untuk mengambil h
Rey tengah berada di dapur meneguk minuman dingin dari dalam kulkas.Dany begitu mengenali pria itu, akhirnya dia memutuskan untuk menanyakan keberadaan Bayu pada Rey.“Rey, lu tahu gak dimana Bayu? Gue cari-cari kok gak ada? Tapi mobilnya masih ada di depan.” Tanya Dany sembari melangkah mendekati pemuda yang hanya mengenakan celana boxer itu.“Hey kok sudah bangun? Kemarin lu muntah-muntah dan pingsan. Sekarang gimana? Sudah baikan?” Tanya Rey sembari mengalihkan pandangannya ke gadis yang masih terlihat pucat itu.“Gue masih pusing Rey, lu tahu gak Bayu dimana? Gue pengen pulang.” Tanya Dany sekali lagi.“Bayu tidur di atas.” Jawabnya sembari menunjuk ke lantai dua.“Dimana Rey? Gue sudah lihat ke seluruh ruangan, gak ada Bayu.”“Kamar paling ujung. Kalau lu mau pulang gue bisa antar. Mau?” Rey mencoba menawarkan diri, karena dia tahu Bayu tengah tidur bersama seorang gadis.“Ok, gue cari Bayu ke atas Rey, thank you.” Dany bergegas kembali menaiki tangga ke lantai atas, sesuai duga
Akhirnya Bayu memutuskan untuk membawa Dany ke rumahnya. Karena tidak mungkin untuk memulangkan gadis itu ke rumah orang tuanya dalam keadaan pingsan seperti ini.Seperti halnya semalam, dia mengira tubuh Dany terlalu lemah untuk mengkonsumsi minuman dengan kadar alkohol tinggi. Mungkin saat ini efek minuman itu masih terasa dalam tubuhnya. Apalagi dengan keadaan hati yang kurang bagus.Jalanan masih sangat sepi karena masih terlalu pagi. Hingga dengan cepat Bayu telah memasuki pekarangan rumahnya. Dia terlebih dahulu keluar untuk membuka lebar pintu rumahnya.Setelah itu Bayu menggendong Dany memasuki kamar tamu yang berada di lantai satu. Wajah cantik itu kini terlihat sangat pucat dan berantakan. Bayu mengambil selimut untuk menutup tubuh Dany agar tidak kedinginan.Lalu berjalan menuju kamar mandi, setelah menutup kembali pintu rumahnya. Semalaman setelah bercinta dengan wanita yang baru dia kenal, Bayu tidak sempat membersihkan tubuhnya. Bahkan dia juga tidak mengenal nama wanita