“Akira, sudah mandinya?” Anggara mengetuk pintu. Namun tak terdengar sahutan dari dalam, membuatnya semakin merasa khawatir.Akhirnya Anggara memutuskan untuk membuka pintu kamar mandi itu. Akira terlihat terduduk di lantai dengan pakaian lengkap yang kini telah basah kuyup. Nafasnya masih terengah-engah meredam gejolak birahi yang terus melanda.Anggara begitu cemas hingga dia menghampiri gadis itu, menggendongnya dan membaringkannya di kasur. Bajunya kini ikut basah karena seluruh tubuh Akira yang basah kuyup.“Akira, kamu kenapa?” Ucapnya sembari menepuk pipi gadis itu. Perlahan mata indah itu terbuka.Akira menatap ke wajah Anggara, dan mendadak dia mendekatkan bibirnya ke bibir Anggara. Dia mencium Anggara penuh nafsu. Membuat pemuda itu sangat terkejut. Baju Akira sangat basah hingga dalaman yang ia kenakan tampak menerawang. Anggara mencoba menahan diri terhadap godaan yang ada di depan matanya. Hingga ia melepaskan penyatuan bibir mereka.“Kamu kenapa? Ada sesuatu yang kamu mi
Kesakitan itu kini berubah dengan desahan kenikmatan yang menggema di ruangan. Membuat Anggara terus memacunya lebih cepat hingga tak lama Akira kembali menjerit tertahankan. Dia baru saja mengalami pelepasan yang kedua. Membuat tubuhnya sangat lemas, dan kaki yang tadinya melingkari pinggang Anggara kini terkulai ke samping.Anggara meraih paha kiri gadis itu untuk membuatnya berbaring menyamping. Lalu kembali menghujani liang kewanitaan itu kembali, dengan juniornya yang masih tegak berdiri. Tangannya bergerak meremas dada kiri Akira, membuat gadis itu kembali mendesah sampai suaranya terdengar serak.Hingga tak lama sebelum juniornya memuntahkan cairan, dia segera mencabut juniornya. Sehingga cairan itu keluar tertumpah di tubuh Akira.Anggara segera mengambil tisu untuk mengelap tubuh Akira yang sudah terkulai lemas.“Sayang?” Panggilnya pada gadisnya. Namun gadis itu tak menyahut, sepertinya Akira sudah tertidur.Anggara segera melangkahkan kakinya menuju lemari untuk mengambil h
Rey tengah berada di dapur meneguk minuman dingin dari dalam kulkas.Dany begitu mengenali pria itu, akhirnya dia memutuskan untuk menanyakan keberadaan Bayu pada Rey.“Rey, lu tahu gak dimana Bayu? Gue cari-cari kok gak ada? Tapi mobilnya masih ada di depan.” Tanya Dany sembari melangkah mendekati pemuda yang hanya mengenakan celana boxer itu.“Hey kok sudah bangun? Kemarin lu muntah-muntah dan pingsan. Sekarang gimana? Sudah baikan?” Tanya Rey sembari mengalihkan pandangannya ke gadis yang masih terlihat pucat itu.“Gue masih pusing Rey, lu tahu gak Bayu dimana? Gue pengen pulang.” Tanya Dany sekali lagi.“Bayu tidur di atas.” Jawabnya sembari menunjuk ke lantai dua.“Dimana Rey? Gue sudah lihat ke seluruh ruangan, gak ada Bayu.”“Kamar paling ujung. Kalau lu mau pulang gue bisa antar. Mau?” Rey mencoba menawarkan diri, karena dia tahu Bayu tengah tidur bersama seorang gadis.“Ok, gue cari Bayu ke atas Rey, thank you.” Dany bergegas kembali menaiki tangga ke lantai atas, sesuai duga
Akhirnya Bayu memutuskan untuk membawa Dany ke rumahnya. Karena tidak mungkin untuk memulangkan gadis itu ke rumah orang tuanya dalam keadaan pingsan seperti ini.Seperti halnya semalam, dia mengira tubuh Dany terlalu lemah untuk mengkonsumsi minuman dengan kadar alkohol tinggi. Mungkin saat ini efek minuman itu masih terasa dalam tubuhnya. Apalagi dengan keadaan hati yang kurang bagus.Jalanan masih sangat sepi karena masih terlalu pagi. Hingga dengan cepat Bayu telah memasuki pekarangan rumahnya. Dia terlebih dahulu keluar untuk membuka lebar pintu rumahnya.Setelah itu Bayu menggendong Dany memasuki kamar tamu yang berada di lantai satu. Wajah cantik itu kini terlihat sangat pucat dan berantakan. Bayu mengambil selimut untuk menutup tubuh Dany agar tidak kedinginan.Lalu berjalan menuju kamar mandi, setelah menutup kembali pintu rumahnya. Semalaman setelah bercinta dengan wanita yang baru dia kenal, Bayu tidak sempat membersihkan tubuhnya. Bahkan dia juga tidak mengenal nama wanita
Bayu telah menyelesaikan acara mandinya, kini tubuhnya terasa lebih segar. Dia kembali memasuki kamar dimana Dany berada.Dia duduk di tepi ranjang, mengamati wajah gadis yang dia cintai.“Beb, gue minta maaf.” Ucapnya sembari menggenggam tangan Dany. Penyesalan yang selalu datang belakangan. Dia sudah berjanji akan setia pada Dany. Gadis itu telah memberikan miliknya yang sangat berharga padanya, dia tidak ingin menyakiti hati gadis yang terlihat tulus mencintainya.Hanya Dany yang selalu bisa menerima kekurangannya, bahkan ketika dia memaksakan kehendak pada Dany, Dany masih mau memaafkan dan menerimanya.Dia pun berharap hal yang sama akan dilakukan Dany untuknya. Dia yakin Dany akan memberi maaf padanya.Bayu segera membaringkan tubuhnya di samping tubuh gadis itu. Memeluk dengan hangat dan penuh kasih. Dan tak lama Bayu ikut menyelam ke dalam mimpi.***Jam bergerak dengan cepat, Akira terbangun dengan rasa nyeri pada selangkangannya. Area intimnya terasa perih ketika dia melakuk
Sebelumnya dia sempat melihat ke pesan-pesan di ponsel itu. Begitu banyak pesan dari beberapa wanita yang belum terbaca. Dan kontak miliknya terlihat di daftar paling atas dengan tulisan Akira disertai emoticon hati. Membuat senyum tipis tersungging di bibir Akira. Dia kembali mencari kontak Dany dan melakukan panggilan.Namun hingga berkali-kali menelpon tak ada jawaban dari temannya itu.“Gak diangkat? Coba hubungi pacarnya.” Ucap Anggara, masih melihat ke arah kekasihnya.Akira mengangguk, dan akhirnya memutuskan untuk menghubungi Bayu. Menunggu beberapa saat sampai panggilannya terjawab.“Halo Bay, lu dimana? Mana Dany?” Tanya Akira setelah panggilan itu terhubung.Bayu yang masih dengan muka bangun tidurnya menoleh kembali ke layar ponselnya. Tadinya dia melihat Anggara menelpon namun kenapa yang terdengar suara gadis.“Oh Len. Dany di rumah gue.” Jawab Bayu, ketika dia telah menyadari pemilik suara adalah Akira.“Dia sakit apa Bay? Dimana Dany? Gue mau ngomong sama Dany.” Ucap A
Jalanan sepi jarang ada mobil roda empat melintas, yang ada hanya beberapa pedagang yang wira-wiri membawa dagangannya untuk ke pasar.Udara pagi yang sangat dingin karena jam masih menunjuk pukul lima. Tangan Akira melingkar pada pinggang Anggara, dan tangan kiri Anggara menggenggam kedua tangan gadis itu. Hawa dingin berubah hangat karena perasaan keduanya yang saling terhubung.Hingga tak lama mereka telah sampai di rumah tingkat dua milik Bayu.Anggara sengaja memarkirkan motornya di depan gerbang rumah. Lalu mereka turun bersama dan mulai berjalan memasuki halaman rumah Bayu.Anggara terlebih dulu mengetuk pintu rumah Bayu, namun tak ada sahutan dari dalam rumah.“Coba telepon Bayu, sayang.” Ucapnya menyuruh Akira. Gadis itu mengangguk dan meraih ponsel milik Anggara, lalu membuka dan segera menelpon Bayu.Tak lama panggilannya terjawab.“Bay, gue udah di depan rumah lu, bisa buka pintunya?” Ucap Akira tanpa basa-basi.“Lu udah di depan? Serius? Tunggu..” ucap pemuda itu lalu seg
“Bagaimana dok, keadaan teman saya?” Ucap Akira terdengar khawatir, setelah dokter itu menyelesaikan tugasnya. Dia menyuruh suster untuk memasang infus pada pasien.“Saya akan pasang infus, nanti sepertinya ada tes kelanjutan. Saya beri obat penurun panas lewat suntikan, sepertinya temannya kekurangan cairan. Untuk sementara biar di rawat inap dulu ya sampai nunggu perkembangannya.” Jawab dokter itu ramah, kemudian dia berpamit untuk keluar ruangan.Suster tadi segera melakukan tugasnya untuk memasang jarum infus pada tangan Dany.“Sus, tapi teman saya baik-baik saja kan?” Akira masih merasa khawatir sehingga dia memastikan dengan bertanya pada suster.“Iya seperti yang dokter tadi bilang. Kemungkinan kekurangan cairan.” Suster kembali fokus untuk memasang infus di tangan Dany. Akira yang melihatnya ikut ngilu, karena selama hidup dia tidak pernah diinfus.Hingga akhirnya infus terpasang.“Saya ijin memberi obat penurun panas ya.” Ucapnya meminta ijin sebelum menyuntikan cairan ke dal