Sementara itu mobil BMW itu kini telah berada di parkiran kontrakan milik Anggara. Anggara yang pertama turun untuk membukakan pintu mobil untuk mama Ruth. “Ma, habis ini Aang mau anter Bayu ambil mobilnya dulu. Mama masuk ke kamar dulu istirahat.” Dia meraih tangan mama Ruth dan menuntunnya menuju kamar. Bayu tanpa disuruh, dia juga ikut turun dari mobil mengikuti langkah keduanya. Ketika pintu terbuka Anggara menyuruh mama Ruth untuk beristirahat langsung. Sekilas Bayu melihat penampakan kamar Anggara yang terlihat jauh berbeda dari terakhir kali dia melihatnya. Tanpa bertanya pun dia tahu fasilitas yang ada di sana berasal dari mama Ruth. Bayu duduk menunggu Anggara di teras rumah. “Ma, aku langsung antar Bayu ya, mama gak apa aku tinggal?” Ucap Anggara setelah berada dalam kamar. “Iya nak, tunggu sebentar.” Ruth berjalan menuju kulkas, mengambil dua kaleng minuman dingin dan roti yang dia beli. “Minum dulu Ang. Istirahat dulu sebentar, kasian Bayu baru pulang sekolah pasti
[Beb, lagi apa? Nanti sibuk gak? Bisa keluar malam?] Ada notifikasi masuk pada ponsel Dany, dan itu dari Bayu, kekasihnya.[Hay beb, gak sibuk sih, kenapa?][Nanti malam keluar yuk, ajak temanmu. Gue ada undangan birthday party. Gimana?]Dany tengah berpikir sebelum menjawab ajakan pemuda itu. Dia takut hari ini ayah dan ibu Akira datang dari luar kota. Untuk bertanya langsung ke Akira, dia mesti menunggu temannya sampai bangun.[Beb, gue gak tau bisa keluar atau gak. Soalnya bokap nyokap Lena datang hari ini, katanya sih begitu, cuma sampai sekarang belum datang. Nanti coba gue tanyain ke Lena. Ok?] Balas Dany akhirnya.[Mudah-mudahan mereka gak pulang hari ini ya beb. Gue tunggu kabarnya, nanti info aja, acaranya jam delapan malam. Kalau bisa gue jemput.]Dany berniat ingin mengajak Akira untuk datang ke acara party teman Bayu. Tapi dia harus menunggu kabar kedatangan orang tua Akira. Dia tak dapat memejamkan matanya, dari pagi dia sudah banyak menghabiskan waktu untuk beristirahat
Jam sudah hampir menunjukan pukul delapan malam. Dany kini sudah siap dengan penampilannya. Dress hitam mini dengan panjang di atas lutut menjadi pilihannya. Dress itu tidak memiliki lengan, mini dress kemben sebatas dada. Sehingga mengekspos bahu dan lengannya. Dia sengaja menggerai rambut panjangnya, dan sedikit membuatnya bergelombang di bagian bawah.Sedangkan Akira memilih dress putih yang panjangnya selutut. Sebenarnya itu Dany yang memilihkannya untuk Akira. Dan dengan sedikit memaksa, hingga akhirnya Akira mengenakannya, meskipun agak kurang nyaman dan merasa sedikit risih. Karena dia tidak terbiasa dengan memakai baju terbuka seperti itu. Dress itu menampilkan lekukan tubuhnya dan belahan dadanya agak sedikit turun sehingga sedikit mengekspos bagian tubuhnya yang putih mulus. Membuat kulit putih orientalnya semakin bercahaya, ketika mengenakan dress putih itu.Dany telah mendandani dengan make-up natural. Sebenarnya ini juga paksaan dari Dany. Akira menolaknya namun Dany begi
“Tolong ya pa, selamatkan masa depan anak kita pa.” ucap Lina terisak. Raditya menghapus air mata istrinya.“Sekarang mama istirahat, seharian mama belum tidur. Biar papa yang jagain Argi.” Raditya bangkit berdiri dan menuntun istrinya untuk pindah ke sofa panjang yang tersedia di sudut ruangan. Dia meminta istrinya untuk berbaring di sofa itu. Dia mengambil selimut untuk menutupi tubuh istrinya.“Mama istirahat, nanti papa bangunin mama kalau Argi bangun. Ok?” Raditya mencium kening istrinya. Lalu bangkit dan melangkahkan kakinya kembali menuju kursi di samping putranya terbaring.Dia menatap ke arah istrinya yang kini sudah mulai memejamkan matanya. Wajah cantik itu terlihat sangat sembab, karena telah banyak menangis seharian ini. Dia beralih menatap sendu ke arah putranya. Mungkin selama ini dia jarang bertemu dengan putranya, karena terlalu sibuk bekerja. Waktunya di rumah hanya ketika dia pulang kerja, dan hari sudah malam. Makan malam pun dia lakukan di tempat kerja.Dalam kead
Hingga pizza itu habis, Dany tak melihat temannya mengambil makanan apapun. Akhirnya dia berinisiatif untuk mengambil dua potong pizza lagi untuknya dan untuk temannya.“Cobain dah, Na. Jangan malu-malu deh, lagian kita juga gak kenal sama mereka. Cuek aja!” Ujarnya.Akira menghembuskan nafasnya perlahan, dia mulai memakan pizza itu. Tak lama Bayu berjalan menghampiri mereka.“Beb, mau minum? Nih minum.” Bayu membawa dua gelas berisi soju, minuman asal Korea Selatan yang memiliki kadar alkohol lebih rendah. “Lu mau Lena?” Bayu menyodorkan satu gelas untuk Akira.Namun justru Dany yang menjawab. “Beb jangan Lena gak biasa minum alkohol.” Bayu mengangguk, tak bisa dia memaksanya juga. Sebelumnya dia telah menenggak segelas whisky sebelum menghampiri mereka. Bau alkohol tercium dari nafasnya. Dia merangkul bahu Dany sembari membisikan sesuatu. “Let’s dance baby.”Semula Dany menolak, namun karena pengaruh minuman yang dia konsumsi membuat tubuhnya sedikit panas. Dia mulai meliuk-liukkan
Rey berjalan mendahului Akira, melewati kerumunan orang-orang yang tengah bergoyang di lantai dansa. Melangkah menaiki tangga menuju lantai dua. Sesampainya di lantai dua begitu banyak ruangan-ruangan yang tertutup. Namun Akira belum menyadari akan niat busuk dari pemuda itu. Dia masih mengikuti langkah pemuda itu. Hingga mereka tiba di ruangan paling ujung.“Temanmu di dalam sini, masuklah!” Ucap Rey sembari tersenyum licik.Keraguan kembali menyelimuti hati Akira, meskipun kepalanya terasa berat dan tubuhnya terasa panas, namun kesadarannya masih normal. Tidak mungkin Dany menunggu di dalam ruangan itu. Hingga akhirnya Akira menolak untuk masuk.“Gue tunggu di luar aja.” Tolak Akira, memutar langkahnya. Namun dengan cepat Rey mencekal pergelangan tangannya. Dia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Inilah saat yang tepat untuk ia bisa mendapatkan gadis incarannya.“Tunggu, ayo masuk!” Rey berusaha mencegah gadis itu pergi.“Lepas! Jangan sentuh!” Akira kembali berteriak s
“Akira, sudah mandinya?” Anggara mengetuk pintu. Namun tak terdengar sahutan dari dalam, membuatnya semakin merasa khawatir.Akhirnya Anggara memutuskan untuk membuka pintu kamar mandi itu. Akira terlihat terduduk di lantai dengan pakaian lengkap yang kini telah basah kuyup. Nafasnya masih terengah-engah meredam gejolak birahi yang terus melanda.Anggara begitu cemas hingga dia menghampiri gadis itu, menggendongnya dan membaringkannya di kasur. Bajunya kini ikut basah karena seluruh tubuh Akira yang basah kuyup.“Akira, kamu kenapa?” Ucapnya sembari menepuk pipi gadis itu. Perlahan mata indah itu terbuka.Akira menatap ke wajah Anggara, dan mendadak dia mendekatkan bibirnya ke bibir Anggara. Dia mencium Anggara penuh nafsu. Membuat pemuda itu sangat terkejut. Baju Akira sangat basah hingga dalaman yang ia kenakan tampak menerawang. Anggara mencoba menahan diri terhadap godaan yang ada di depan matanya. Hingga ia melepaskan penyatuan bibir mereka.“Kamu kenapa? Ada sesuatu yang kamu mi
Kesakitan itu kini berubah dengan desahan kenikmatan yang menggema di ruangan. Membuat Anggara terus memacunya lebih cepat hingga tak lama Akira kembali menjerit tertahankan. Dia baru saja mengalami pelepasan yang kedua. Membuat tubuhnya sangat lemas, dan kaki yang tadinya melingkari pinggang Anggara kini terkulai ke samping.Anggara meraih paha kiri gadis itu untuk membuatnya berbaring menyamping. Lalu kembali menghujani liang kewanitaan itu kembali, dengan juniornya yang masih tegak berdiri. Tangannya bergerak meremas dada kiri Akira, membuat gadis itu kembali mendesah sampai suaranya terdengar serak.Hingga tak lama sebelum juniornya memuntahkan cairan, dia segera mencabut juniornya. Sehingga cairan itu keluar tertumpah di tubuh Akira.Anggara segera mengambil tisu untuk mengelap tubuh Akira yang sudah terkulai lemas.“Sayang?” Panggilnya pada gadisnya. Namun gadis itu tak menyahut, sepertinya Akira sudah tertidur.Anggara segera melangkahkan kakinya menuju lemari untuk mengambil h