Share

Di mana Amar

Penulis: Nadhifa salam
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-05 05:11:04

Seorang Dokter dan dua perawat. Mereka masuk ke ruang ICU dengan tergesa-gesa. Amira dan Alisa panik. Mereka takut kalau yang di tujunya itu ibu mereka.

"Dokter apa yang terjadi? ada apa ini Dok?" Tanya Amira dengan panik.

Farel juga datang sambil berlari. Pria itu langsung memeluk istrinya. Memberi kekuatan agar Alisa tidak cemas memikirkan ibunya di dalam ruangan itu.

"Mas. Dokter itu. Mereka tidak sedang mengatasi ibu kan? Ibu baik-baik saja kan?" Ucap Alisa mengharap tidak terjadi sesuatu pada ibunya.

"Kita berdoa saja. Semoga ibu kita cepat melewati masa kritisnya!" Jawab Farel

"Mas. Apa Mas Farel bisa bantu menyembuhkan ibu?" Tanya Amira.

Wanita itu mendadak seperti bodoh. Padahal dia tahu kalau kakak iparnya itu adalah seorang Dokter anak. Bukan Dokter spesialis.

"Aku cuma Dokter anak. Aku tidak bisa berbuat apapun untuk itu." Jawab Farel.

Amira kecewa. Wanita itu duduk di bangku depan ruangan itu. Dia duduk sendiri. Sedangkan Alisa masih terisak dalam pelukan suaminya.

Farel tidak melihat keberadaan Amar di tempat itu. Dia menanyakan keberadaan suami dari adik iparnya itu. Dia mengira kalau Amar sedang pergi ke luar.

"Memangnya Amar kemana? Aku belum lihat dia dari tadi." Tanya Farel.

Mendengar itu. Alisa juga baru menyadari kalau tadi Amira datang hanya seorang diri. Adiknya itu tidak bersama dengan suaminya.

"Iya. Tadi kamu datang sendiri. Memangnya Amar tidak ikut pulang?" Tanya Alisa.

Amira hanya menggeleng. Wanita itu belum mau bercerita tentang suaminya. Dia tidak mau menambahkan beban pada kakak dan iparnya.

Dokter keluar dari ruang ICU. Amira dan Alisa langsung maju menghampirinya. Mereka menanyakan keadaan ibunya. juga pasien siapa yang barusan di tanganinya.

"Dokter. Tadi bukan ibu saya kan. Ibu saya baik-baik saja kan?" Tanya Amira dan Alisa.

"Maaf. Pasien yang bernama Fitria. Barusan mengalami kejang-kejang. Sekarang sudah tenang kembali. Tapi mohon maaf. Pasien masih belum melewati masa kritisnya." Ucap Dokter itu kemudian pergi.

Alias kembali menangis di pelukan suaminya. Sementara Amira makin merasa sedih. Melihat kakak dan adiknya saling menguatkan. Sedangkan suaminya hilang entah kemana.

Hari sudah mulai petang. Sebentar lagi jam besuk malam. Mereka bisa kembali melihat ibunya di dalam ruangan ICU.

Saat dua kakak beradik itu masuk dan membesuk ibunya. Mereka menangis dan memeluk sang ibu. Tapi tiba-tiba ibunya kembali kejang-kejang. Alisa langsung memanggil Dokter untuk menanganinya.

"Dokter. Tolong selamatkan ibu saya Dok!" Ucap Amira setelah Dokter datang.

Mereka berdua keluar dari ruangan itu. Tinggal Dokter dan perawat yang berbeda di dalam. Menangani pasien yang sedang kritis.

kedua kakak beradik itu saling berpelukan. Mereka saling menguatkan. Sedangkan Farel sedang keluar membeli makanan untuk mereka berdua.

Saat kembali ke tempat itu. Dokter pun juga keluar dari ruang ICU. Mereka langsung menanyakan keadaan ibunya.

"Dokter. Bagaimana keadaan ibu saya?" Tanya Amira.

"Saya minta maaf. Kami sudah berusaha tapi takdir berkata lain. Pasien tidak dapat tertolong." Jawab Dokter itu.

Alisa langsung menghambur ke pelukan suaminya. Sedangkan Amira. Dia menangis dan berlari ke tempat jenazah ibunya.

Amira menangis. Dia tidak bisa menerima kepergian ibunya. Setelah semalam suaminya menghilang. Sekarang wanita itu harus kehilangan ibunya untuk selamanya.

***

Setelah proses pemakaman sudah selesai. Amira tidak mau pergi dari tempat itu. Dia ingin menemani ibunya di atas pusaranya.

"Mira. Kamu tidak boleh seperti itu! Ikhlaskan kepergian ibu. Biarkan beliau tenang di alam sana." Ucap Farel menenangkan wanita itu.

Alisa menuntun Amira. Mereka bertiga berjalan menuju mobil. Lalu pulang kembali ke rumah.

Tujuh hari sudah setelah meninggalnya ibu. Amira pamit untuk pulang ke rumahnya. Siapa tahu Amar sudah menunggu di sana.

"Kak Lisa, Kak Farel. Mira pamit pulang ya kak. Maaf sudah banyak merepotkan." Ucap Amira.

"Apa kamu tidak menunggu Amar menjemputmu?" Tanya Alisa.

"Tidak kak. Mira pulang dulu aja. Mungkin mas Amar sudah menunggu di rumah." Jawab Amira.

Sebenarnya. Alisa dan Farel merasa curiga dengan rumah tangga Amira. Masa seorang menantu tidak hadir saat mertuanya meninggal? Hal ini menjadi pertanyaan bagi pasangan suami istri itu.

Tapi keduanya tidak menanyakan pada Amira. Biarlah adiknya sendiri yang bercerita. Karena saat ini belum tepat untuk menanyakan masalah itu.

***

Tiba di rumah. Amira langsung masuk ke kamarnya. Mencari keberadaan suaminya. Mungkin Amar sedang tidur.

"Mas. Kamu sudah pulang mas?" Teriak Amira di dalam rumahnya.

Saat melihat kamarnya yang masih rapi. Amira kembali bersedih. Ternyata suaminya belum kembali. Wanita itu menangis di atas ranjangnya.

Ponsel di dalam tas berbunyi. Amira mengambil benda pipih itu dari dalam tasnya. Lalu menerima panggilan telefon itu.

'Halo kak. Ada apa?" Tanya Amira.

Ternyata yang menghubunginya adalah Alisa. Dia hanya ingin memastikan adiknya itu sudah sampai rumah apa belum. Dan setelah memastikan keadaan Amira yang sudah berada di rumahnya. Mereka menutup sambungan telefonnya.

"Kamu dimana mas? Kenapa tidak memberi kabar padaku? Kamu pergi ke mana mas?" Amira berbicara sendiri. Seoalah suaminya ada di depannya.

Seminggu sudah Amira berada di rumahnya sendirian. Wanita itu benar-benar merasa sedih. Dia ingin bangkit dan bekerja. Dia harus bertahan demi anak di dalam kandungannya.

Tok tok tok

Suara pintu di ketuk. Amira membukakan pintu. Ternyata kakak dan iparnya yang datang. Wanita itu menyambutnya dengan gembira.

"Kak Lisa. Mira kangen banget." Ucap Amira sambil memeluk kakaknya.

"Baru seminggu juga. Sudah kangen lagi. Memang aku ini ngangenin." Jawab Alisa.

"Idih. PD banget ya istriku ini." Ucap Farel di samping Alisa.

"Kalian mau minum apa? Biar aku buatin." Tawar Amira.

"Terserah. yang penting seger." Jawab Farel.

Amira pergi ke dapur. Membuatkan minuman untuk tamunya. Setelah itu dia membawakan dua gelas es teh untuk kakak dan iparnya itu.

Amira duduk di sebelah Alisa. Wanita itu menyandarkan kepalanya di pundak sang kakak. Alisa faham dengan sikap adiknya itu. Pasti sedang menghadapi masalah.

Sejak kecil mereka semua hidup bersama. Hanya baru setahun lebih mereka berpisah. Setelah Amira menikah dengan Amar. Sejak itulah kakak beradik itu tidak tinggal bersama lagi.

"Ada masalah apa adikku yang jelek ini. Kamu bisa cerita pada kakak!" Ucap Alisa.

"Aku boleh minta tolong gak kak?" Tanya Amira.

"Kalau aku bisa bantu. Pasti akan ku bantu. Memangnya mau minta tolong apa?" Tanya Alisa.

"Aku minta tolong cariin kerjaan. Di rumah sendirian aku merasa jenuh. Aku juga butuh pemasukan untuk kedepannya." Jawab Amira lirih.

"Memangnya Amar di mana?" Tanya Alisa dan Farel bersamaan.

Mereka berdua sudah lama ingin menanyakan tentang hal ini pada Amira. Tapi waktunya yang belum tepat. Sekarang Amira sudah mulai mengeluh. Barulah mereka akan menanyakan tentang masalah yang sedang di hadapi oleh adiknya itu.

Bab terkait

  • Mencari Suamiku yang Hilang   Kamu Hamil

    Amira menceritakan tentang menghilangnya Amar. Suaminya itu pergi tak pernah kembali. Dia sudah menghilang bak di telan bumi. Karena itulah Amira minta untuk di carikan pekerjaan. Agar bisa punya penghasilan sendiri. Untuk bisa menyambung hidup. untuk bisa memghilangkan kesedihannya. "Tolong ya kak Lisa kan punya banyak teman. Kak Farel juga. Bantuin adik iparmu yang sedang kesusahan ini." Rayu Amira. "Kamu tidak perlu susah. Aku bisa bantu keuangan kamu. Nanti Lisa yang mengaturnya." Jawab Farel. "Tapi aku juga butuh kesibukan." Jawab Amira. Farel dan Alisa berjanji. Mereka akan membantu Amira untuk mencarikan pekerjaan. Mereka bertiga asik mengobrol hingga petang. Setelah merasa cukup lama bertamu di rumah adiknya. duo sejoli itu pamit pulang. Alisa juga berjanji. Dia akan datang lagi besok. Sebelum berangkat bekerja. Dia akan mampir dulu. Pukul tujuh pagi. Pintu rumah Amira sudah ada yang mengetuk. Ternyata benar. Alisa datang ke rumah sebelum berangkat kerja. "Kak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-08
  • Mencari Suamiku yang Hilang   Dokter tadi

    Siang ini. Amira pergi ke rumah sakit. Tempat dimana Farel bekerja. Wanita itu menemui kakak iparnya lebih dulu. Menuju ke ruangannya. Tok tok tok "Masuk!" Ucap Farel dari dalam ruangannya. "Kak Farel tadi yang minta aku datang ke sini?" Tanya Amira sambil masuk ke ruangan itu. "Iya. Silahkan duduk!" Titah Farel. Amira pun duduk di depan meja kerja Farel. Mereka berdua duduk saling berhadapan. Sambil menunggu kedatangan teman kerjanya. "Ada pekerjaan apa buatku kak?" Tanya Amira. "Kamu penginya kerja apa?" Farel balik bertanya. "Apa saja. Yang penting bisa kerja. Biar ada kegiatan dan punya penghasilan." Jawab Amira. Tak berapa lama. Orang yang di maksud oleh Farel pun datang. Dia masuk ruangan itu lalu duduk di bangku sebelah Amira. "Ini temanku yang sedang membutuhkan seorang asisten. Dia adalah Dokter Nikil Saputra." Farel memperkenalkan temannya pada Amira. "Kamu Dokter yang tadi kan?" Tanya Amira. "Ibu Amira kan?" Nikil balik bertanya. "Iya. Saya Amira.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Mencari Suamiku yang Hilang   Menjadi Akrab

    Saat Amira keluar dari minimarket. Nikil masih berada di depan mobilnya. Pria itu ternyata sedang menunggunya. Dia mau mengajak Amira pulang bersamanya. "Ayok kita pulang!" Ajak pria itu sambil menarik belanjaan yang di bawa oleh Amira. "Tapi kita kan beda arah." Tolak Amira. "Sudah cepat ayo masuk!" Nikil memaksa Amira untuk masuk ke dalam mobilnya. Amira menurut saja. Wanita itu masuk ke dalam mobil karena Nikil sudah membukakan pintu untuknya. Sampai di depan rumah Amira. Nikil memarkirkan mobilnya tepat di depan pintu. Kemudian pria itu turun dan kembali membukakan pintu mobilnya. Amira pun turun setelah pintu mobil di bukakan. Wanita itu langsung masuk ke dalam rumah. Dia lupa kalau sedang bersama dengan Nikil. Bukan suaminya. "Ini mau taruh di mana?" Tanya Nikil sambil menunjukkan belanjaan yang di bawanya. "Ya Allah. Maaf ya. Aku lupa kalau tadi aku..." Amira tidak meneruskan ucapannya. Dia langsung mengalihkan pembicaraan. Karena tidak mau membahas tentang suaminya.

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-11
  • Mencari Suamiku yang Hilang   Hari Pertama Kerja

    Pagi sekali Amira bagun. Wanita itu merasakan mual yang amat sangat. Rasanya ingin memuntahkan semua isi di dalam perutnya. Amira bangun dan berlari menuju ke kamar mandi. Dia memuntahkan semua yang di makan nya semalam. Wanita itu merasa lemas setelah semua isi perutnya di rasa kosong. "Kenapa setiap pagi selalu seperti ini?" Amira bertanya pada dirinya sendiri. Wanita itu merasa keadaannya sangat lemah sekarang. Setelah di rasa sudah mulai baikan. Amira segera mandi dan mengambil whudlu. Kemudian menunaikan sholat dua rakaat. Setelah itu baru membuat masakan untuk dirinya sendiri. "Akhirnya selesai juga." Amira mencuci semua peralatan kotor bekas memasak barusan. Amira sarapan. Kemudian menyiapkan bekal makanan untuknya nanti saat bekerja. Wanita itu juga membawa obat dari dokter kemarin. Mulai sekarang. Amira harus hidup hemat dan menjaga kesehatannya. "Sekarang aku harus bisa mengatur keuangan. Aku juga harus tetap sehat. Demi kamu." Amira berbicara sambil mengelus perutny

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-05
  • Mencari Suamiku yang Hilang   Terbiasa

    Amira di jemput oleh Nikil. Mereka berdua pergi ke rumah sakit bersama. juga saat pulang pun mereka bersama. Hingga hari-hari berikutnya. Mereka menjadi terbiasa. "Mir. Aku sudah daftarkan kamu untuk priksa kandungan. Nanti sebelum makan siang. Kamu ke poly kandungan ya!" Titah Nikil pada Amira. "Iya Dok. Terimakasih." Jawab Amira. Seperti yang di perintahkan oleh Dokter Nikil. Sebelum makan siang. Amira memeriksakan kandungannya. Dan setelah itu. Dia kembali ke ruangan Dokter Nikil lagi. Dan di sana. Dokter tampan itu sudah menunggunya. "Bagaimana?" Tanya Nikil. "Maksud Dokter. Apanya?" Amira balik bertanya. "Bagaimana kandunganmu?" Nikil mengulangi pertanyaannya. "Oh. Baik Dok. bayi nya sehat." Jawab Amira. "Kalau begitu kamu makan dulu. Setelah itu minum obat. Sudah di ambilkan tadi obatnya?" Titah Nikil lagi. Amira tidak berani menolak. wanita itu selalu menurut perintah dari Dokter itu. Lagipula. Yang di perintahkannya. Itu demi kebaikan diri dan bayi dalam kandungannya

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-06
  • Mencari Suamiku yang Hilang   Bertamu

    Hari ini Amira melakukan pekerjaan seperti biasa. Tanpa ada rasa mual saat pagi hari. Dan sampai pulang kerja. Wanita itu tetap merasa baik-baik saja. Nikil mengantarkan Amira pulang seperti biasa juga. Tapi kali ini. Pria itu mampir sebentar di kediaman asistennya itu. "Silakan duduk Dok. Mau minum apa?" Amira mempersilakan Dokter tampan itu untuk duduk di ruang tamunya. Dan juga menawarinya minuman. "Teh hangat saja kalau ada." Jawab Dokter Nikil. "Sebentar ya Dok!" Ucap Amira. Wanita itu menuju ke dapur. Lalu keluar membawakan minuman untuk tamunya. "Ini Dok. Silakan di minum! Maaf nunggu lama." Ucap Amira. "Tidak kok. Biasa saja." Jawab Nikil sambil menyeruput minumannya. "Rumah ini masih sama ya. Seperti saat pertama kali aku di minta datang ke sini." Ucap Nikil. Amira tidak merasa menyuruh Dokter itu ke rumahnya. Dia sendiri yang bersedia menjemput dan mengantarkannya pulang. "Maaf Dok. Saya tidak menyuruh Dokter untuk antar jemput saya. Itu kemauan Dok

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-08
  • Mencari Suamiku yang Hilang   Mulai Akrab

    Alisa duduk bersandar di atas kasur. Sambil menangis. Wanita itu mengatakan kalau dia tidak pernah membagi cintanya pada pria manapun. Dia berbicara sendiri seolah suaminya itu ada di depannya. Farel menyusul ke kamar. Lalu duduk di sebelah istri tercintanya itu. Dia minta maaf karena sudah membuatnya menangis. "Lisa. Mas minta maaf ya. Bercanda mas memang kelewatan. Mas tahu kalau mas ini adalah pria satu-satunya yang ada di hatimu." Ucap Farel. Alisa menatap pada suaminya yang berdiri di sebelahnya. "Bercanda?" Tanya Alisa. "Iya. Mas cuma bercanda. Hanya pengen menggodamu saja. Maaf ya sayang." Ucap Farel sambil memeluk istri tercintanya. "Tapi candaan mas itu keterlaluan. Mas tahu. Aku paling takut kalau orang yang aku cintai sudah tidak percaya lagi padaku. Karena itu aku selalu setia." Alisa menangis di pelukan suaminya. "Apa kamu mau maafin aku?" Tanya Farel. Alisa mengangguk dan tersenyum. Farel sangat mencintai Alisa. Dan senyuman istrinya itulah yang membuatny

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-10
  • Mencari Suamiku yang Hilang   Ke Rumah Alisa

    "Oh ya? Aku juga mau pergi ke sana. Aku ada perlu sama Dokter Farel. Karena hari ini dia tidak datang. Ya terpaksa aku yang harus pergi ke rumahnya." Ucap Nikil berbohong. Tapi memang Dokter Farel tidak masuk hari ini. "Memangnya Dokter Farel tidak masuk hari ini?"Tanya Amira. "Tidak. Dia ijin dua hari." Jawab Nikil. "Oh. Pantesan aku tidak melihatnya sejak tadi." Ucap Amira. "Bagaimana kalau kita pergi ke sana bareng? Mumpung kita se tujuan." Nikil mengajak Amira. "Hmmm. Boleh deh." Amira menyetujui ajakannya. Sore hari. Saatnya mereka berdua pulang. Nikil menunggu Amira di tempat parkir. Sedangkan wanita itu perutnya merasa mulas. Jadi dia harus buang air dulu. "Maaf ya Dok. Jadi harus menunggu lama." Ucap Amira setelah sampai di mobil milik Nikil. "Tidak juga." Jawab Nikil. Nikil melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Mobil pria itu tidak mengarah ke rumah Alisa. Tapi ke tempat yang Amira sendiri belum pernah melewatinya. Amira tidak menyadari kalau kendaraa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-11

Bab terbaru

  • Mencari Suamiku yang Hilang   Seminggu Berlalu

    Ting tong. Bel pintu rumah berbunyi. Narendra dan Nikil sedang duduk di ruang tengah. Sedangkan Savitri dan Amira membantu Art nya memasak di dapur. "Bi. Tolong bukain pintu! Kayaknya ada tamu." Teriak Narendra sambil asik nonton TV. Begitupun juga Nikil. Dia tidak mau bangkit untuk membuka pintu. Karena tidak mau meninggalkan siaran berita tentang politik. Savitri yang mendengar teriakkan suaminya. Wanita itu melarang Mbok Asih. Art nya yang hendak keluar untuk membukakan pintu. Tapi dia malah menyuruh Amira. "Gak usah mbok! Lanjutin saja masaknya. Biar Amira saja yang membukakan pintu." Ucap Savitri pada Mbok Asih. "Iya nyonya." Jawab Mbok Asih. "Mira. Tolong kamu yang bukain pintu! Sekalian. Setelah itu kamu mandi ya! Biar ini semua mama sama Mbok Asih yang kelarin." Titah Savitri pada Amira. "Iya ma." Jawab Amira. Kemudian wanita itu keluar dari dapur dan menuju ke pintu depan. Saat pintu di buka. Seorang pria dan wanita berpenampilan mewah. Mereka berdua membawa

  • Mencari Suamiku yang Hilang   Tentang masa Lalu

    Narendra melihat Amira berada di belakang Nikil. Wanita itu terlihat lebih cantik dari saat pertama kali bertemu waktu itu. Saat sedang hamil dulu. "Kamu?" Tanya Narendra pada Amira. Pria itu lupa dengan nama wanita itu. "Dia Humaira." Jawab Nikil. "Humaira? Bukankah dia asistenmu? Namanya A, Siapa sih aku lupa." Ucap Savitri. "Dia Amira Humaira. Mahasiswi tercantik di kampus tempat Nikil belajar." Ucap Nikil sambil melirik Amira. Amira bingung dengan apa yang di maksud oleh Nikil. Wanita itu tidak merasa dirinya masih sebagai mahasiswi. Dia sudah bekerja dan sudah menikah. Menjadi seorang ibu rumah tangga. "Oh. Jadi ini orangnya. Yang sudah membuat anakku pindah haluan." Ucap Savitri. Membuat Amira makin bingung dengan yang keluarga ini bicarakan. "Maksud tante apa ya?" Amira bertanya. Wanita itu penasaran dengan apa yang di ucapkan oleh Savitri. "Sudahlah ma! Biarkan Amira istirahat dulu. Ayok Mir! Silakan duduk!" Nikil mempersilakan pada Amira untuk duduk. Tapi wani

  • Mencari Suamiku yang Hilang   Kembali ke Jakarta

    "Kenapa kamu menatapku seperti itu?" Tanya Nikil. Amira tersadar dari lamunannya. Wanita itu juga baru sadar kalau dirinya sudah menatap wajah pria di hadapannya tanpa berkedip. "Terimakasih. Kamu sudah peduli denganku." Jawab Amira. "Aku akan selalu peduli padamu. Karena aku mencintaimu." Ucap Nikil membuat Amira tersenyum. Wanita itu yakin bahwa Nikil serius mencintai dirinya. "Jangan berbuat seperti tadi lagi! Aku takut. Takut kehilanganmu untuk kedua kalinya." Bisik Nikil di telinga Amira. Kemudian pria itu mencium leher jenjang wanita itu. Membuatnya merasa geli dan terpancing hasrat. "Jangan menciumiku di situ!" Amira menyuruh Nikil untuk menghentikan ciumannya. Dia takut kalau sampai dirinya terbawa hasrat kemudian melakukan hal yang belum seharusnya. "Kenapa? Kamu tidak suka?" Tanya Nikil. Amira menggeleng bukan karena tidak suka. Justru karena dia sangat menikmatinya dan merasakan ciuman yang selama ini dia rindukan. "Kenapa?" Tanya Nikil lagi. "Aku takut ki

  • Mencari Suamiku yang Hilang   Benar-benar Cinta

    Sudah lebih dari sebulan. Nikil tidak pernah lagi pergi ke rumah sakit untuk bekerja. Pria itu tidak lagi bertugas sebagai Dokter di sana. Dan Amira baru menyadari hal itu. Saat sedang sarapan bersama. Amira bertanya pada Nikil. Tenang pekerjaan mereka berdua di rumah sakit. "Oh ya mas. Kapan kita ke rumah sakit lagi?" Tanyanya. Sekarang Amira sudah memanggil Nikil dengan sebutan mas. "Kamu sedang sakit? Apa yang kamu rasakan? Biar aku periksa." Nikil tidak menjawab pertanyaan Amira. Dia malah panik. Mengira wanita itu sedang sakit. "Tidak. Aku tidak sedang sakit. Tapi kamu kan seorang Dokter. Kamu bekerja di rumah sakit. Sepertinya sudah lama kita tidak bekerja." Amira menjelaskan maksud pertanyaannya. "Oh. Aku kira kamu sakit." Ucap Nikil. Kemudian pria itu melanjutkan menyuapkan makanan ke mulutnya. Amira merasa kesal karena pertanyaannya tidak mendapatkan jawaban. Wanita itu kembali bertanya hal yang sama. "Mas." Panggil Amira. "Iya sayang. Ada apa?" Jawab Nikil.

  • Mencari Suamiku yang Hilang   Berjanji Bersama

    "Iwa. Apa nyonya belum bangun?" Tanya Nikil pada Iwa Kadek. "Sudah tuan. Tadi yang masak semua ini juga nyonya." Jawab Iwa Kadek. "Tuan di suruh makan duluan saja. Nanti nyonya akan makan sendiri katanya." Ucap Iwa Kadek lagi. "Sekarang nyonya ada di mana?" Tanya Nikil. "Ada di kamar. Tadi bilangnya mau istirahat sebentar." Jawab Iwa Kadek lagi. Nikil mengira kalau Amira sedang sakit. Pria itu tidak jadi makan. Tapi malah kembali ke kamarnya. Kemudian keluar lagi dengan membawa perlengkapan dokternya. Nikil mengetuk pintu kamar Amira dan memanggilnya. Berkali-kali dia memanggil. Tapi tidak ada suara sahutan dari dalam. Pria itu menjadi panik. Takut Amira kenapa-napa. "Mira. Mir. Buka pintunya Mir! Kamu baik-baik saja kan?" Teriak Nikil. Pria itu berusaha mendobrak pintunya. Tapi saat dia akan mendobrak. Amira membuka pintu itu dan akhirnya. Dia malah menabrak Amira. Lalu terdorong dan terjatuh. Nikil menindih tubuh Amira. Wanita itu meringis kesakitan. Karena tertimp

  • Mencari Suamiku yang Hilang   Bukan Sandiwara

    "Siapa yang datang Iwa?" Tanya Amira dan Nikil bersamaan. "Namanya Shella dan calon suaminya." Jawab Iwa Kadek. "Oh iya. Suruh mereka masuk!" Titah Amira. Nikil masuk ke kamarnya. Pria itu mau mandi dulu. Karena merasa badannya bau amis karena setelah mencuci udang tadi. Amira ke ruang tamu. Menyambut kedatangan temannya itu. Wanita itu terlihat sangat bahagia bertemu dengannya. "Shella. Apa kabar?" Ucap Amira sambil memeluknya. "Kabarku baik. Kamu sendiri gimana?" Tanya Sella. "Seperti yang kamu lihat." Jawab Amira. "Kamu nampak lebih baik di banding saat terakhir kita bertemu." Ucap Sella. "Oh ya?" Ucap Amira. "Iya. Beneran." Jawab Shella. "Kenalin. Ini Nandito. Calon suamiku." Shella memperkenalkan calon suaminya pada Amira. Setelah saling berkenalan. Mereka duduk di sofa. Kemudian Nikil datang. Pria itu sudah mandi dan mengganti baju santai yang lain. "Ada tamu rupanya." Ucap Nikil. "Iya mas. Ini temanku namanya Shella. Dan ini Nandito. Calon suaminya."

  • Mencari Suamiku yang Hilang   Teruslah Tersenyum

    "Sekarang kita ke tempat ikan. Aku mau belanja ikan juga." Ucap Amira. Lagi-lagi wanita itu menarik tangan Nikil. "Kan sudah beli daging." Protes Nikil. "Aku pengen masak yang banyak." Jawab Amira. Nikil menurut saja saat tangannya di tarik oleh wanita pujaan hatinya. Pria itu merasa senang. Tapi tetap berpura-pura tidak suka. "Ayo mas. Bayar lagi. Semua cuma seratus ribu." Ucap Amira lagi. "Seratus ribu? Ikan apa itu?" Tanya Nikil pura-pura tidak tahu. "Ini udang dan ini cumi. Aku tidak jadi beli ikan." Jawab Amira tanpa merasa bersalah. "Sekarang aku mau beli sayuran." Ucap Amira lagi. Wanita itu memberikan belanjaannya pada Nikil. Kemudian menuju ke tempat sayuran. Setelah semua belanjaannya di rasa cukup. Amira langsung meminta untuk pulang. Wanita itu sangat merasa puas. Dan mereka pun pulang ke rumah. Sampai di rumah. Amira meminta tolong pada Iwa Made untuk membawakan belanjaannya ke dalam. Sedangkan Nikil melenggang masuk ke dalam rumah tanpa membawa satu

  • Mencari Suamiku yang Hilang   Belanja Berdua

    Pagi ini mereka berdua sarapan pagi bersama seperti biasa. Tapi perasaan di antara keduanya tidak seperti biasanya. Mereka merasakan hal yang sama. Nikil merasa sangat bahagia. Karena Amira berubah menjadi perhatian dan memanggil dirinya dengan sebutan mas. Sedangkan Amira merasa lebih tenang hatinya. Karena tidak lagi terbebani oleh perasaannya pada Amar. Wanita itu sudah ikhlas untuk melepaskannya. "Tumben sekali kamu seperti ini? Ada angin apa yang membuat kamu jadi perhatian padaku?" Tanya Nikil. "Tidak juga. Aku tidak perhatian padamu. Aku melakukan hal yang seperti biasanya." Jawab Amira Nikil berfikir sejenak. Memang benar apa yang di katakan oleh wanita di depannya itu. Dia melakukan hal yang seperti biasanya. "Kamu memang melakukan hal yang sama. Tapi aku merasa ada yang berbeda denganmu." Ucap Nikil. "Itu cuma perasaanmu saja." Ucap Amira. "Mungkin juga sih. Tapi aku lebih suka kamu yang seperti ini." Ucap Nikil lagi. Setelah itu makan. Nikil duduk di teras

  • Mencari Suamiku yang Hilang   Lembaran Baru

    "Sepertinya saya tidak mungkin bisa membeli barang semahal itu. Maaf Pak Nicolas. Kami permisi dulu." Ucap Nikil menutupi sikap Amira yang mulai labil. "Oh iya silahkan!" Jawab Nicolas. Nikil merangungkul punggung Amira. Dan mengajaknya pulang. Mereka berdua berjalan menuju ke tempat parkir. Kemudian langsung masuk ke dalam mobil. Di dalam mobil. Amira duduk sambil menangis. Wanita itu meratapi kesedihannya. Sakit rasanya saat mendengar suaminya sendiri mengatakan bersama dengan seorang istri. Bahkan dia tidak mengenalinya bahwa wanita yang di hadapannya adalah istrinya sendiri. "Kalau kamu masih ingin menangis. Menangislah sepuasnya. Biar kamu bisa lebih baik." Ucap Nikil. Amira berhenti menangis. Wanita itu menatap pria di sampingnya dengan sinis. Dia sangat kesal mendengar ucapannya barusan. "Kenapa menatapku seperti itu? Apa aku salah? Kalau begitu aku minta maaf." Ucap Nikil lagi. "Kamu memang pria yang aneh. Pantas saja sampai sekarang belum punya istri." Jawab Ami

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status