Share

Hari Pertama Kerja

last update Last Updated: 2024-12-05 15:36:21

Pagi sekali Amira bagun. Wanita itu merasakan mual yang amat sangat. Rasanya ingin memuntahkan semua isi di dalam perutnya.

Amira bangun dan berlari menuju ke kamar mandi. Dia memuntahkan semua yang di makan nya semalam. Wanita itu merasa lemas setelah semua isi perutnya di rasa kosong.

"Kenapa setiap pagi selalu seperti ini?" Amira bertanya pada dirinya sendiri. Wanita itu merasa keadaannya sangat lemah sekarang.

Setelah di rasa sudah mulai baikan. Amira segera mandi dan mengambil whudlu. Kemudian menunaikan sholat dua rakaat. Setelah itu baru membuat masakan untuk dirinya sendiri.

"Akhirnya selesai juga." Amira mencuci semua peralatan kotor bekas memasak barusan.

Amira sarapan. Kemudian menyiapkan bekal makanan untuknya nanti saat bekerja. Wanita itu juga membawa obat dari dokter kemarin. Mulai sekarang. Amira harus hidup hemat dan menjaga kesehatannya.

"Sekarang aku harus bisa mengatur keuangan. Aku juga harus tetap sehat. Demi kamu." Amira berbicara sambil mengelus perutnya yang masih rata.

Setelah semuanya siap. Amira segera pergi ke rumah sakit tempat Nikil bekerja. Dan saat tiba di sana. Ternyata Dokter Nikil belum datang. Akhirnya wanita itu terpaksa menunggunya.

"Amira? Kamu di sini?" Tanya Farel. Kakak iparnya itu juga baru saja tiba. Pria itu duduk di sebelah Amira dan menanyakan keadaannya.

"Kamu sekarang gimana? Apa sudah lebih baik?" Tanya Farel.

"Alhamdulillah. Karena sudah terbiasa. Jadi semua seperti tidak ada masalah." Jawab Amira.

"Alisa selalu menghawatirkanmu. Dia takut terjadi sesuatu denganmu. Kalau saja kamu mau tinggal bersama kita. Pasti kakakmu yang super rempong itu tidak merasa khawatir." Ucap Farel lagi.

"Kak Farel ini. Rempong juga kak Farel cinta." Amira meledek kakak iparnya.

"Kalau tidak cinta. gak mungkin aku nikahi kakakmu itu." Jawab Farel sambil tertawa kecil.

Farel melihat jam di tangannya. Pria itu kemudian pamit untuk pergi ke ruangannya. Dan meninggalkan Amira sendirian menunggu kedatangan Dokter Nikil.

"Aku ke ruanganku dulu ya. Palingan sebentar lagi Dokter Nikil datang." Ucap Farel kemudian pria itu pergi.

Hampir setengah jam. Amira menunggu kedatangan Dokter Nikil. Wanita itu merasa perutnya mual lagi. Dia langsung berlari menuju ke toilet dan memuntahkan kembali makanan yang di makan tadi pagi. Setelah itu kembali merasa lemas.

"Kenapa harus muntah seperti ini terus. Aku jadi tidak bertenaga lagi. Bagaimana aku bisa bekerja kalau seperti ini terus?"Amira mengeluh sendiri.

Saat keluar dari toilet. Ternyata Dokter Nikil sudah berada di depan pintu. Pria itu memberikan permen pada Amira dan menyuruhnya untuk langsung memakannya.

"Makanlah! Biar tidak merasa eneg." Ucap Dokter Nikil.

Amira menerima permen itu dan langsung memakannya. Wanita itu merasa lebih baik.

"Terimakasih. Aku sudah merasa lebih baik." Ucap Amira.

"Apa kamu sanggup untuk mulai bekerja hari ini?" Dokter Nikil menanyakan tentang kesanggupan Amira.

"Iya Dok. Saya sanggup." Jawab Amira.

Mereka berdua pergi ke ruangan Dokter Nikil. Amira di beri tahu. Apa saja yang harus di kerjakan olehnya. Dokter itu juga memberikan sebungkus permen lagi pada Amira.

"Mulut wanita hamil itu biasanya gak mau diam. pengennya ngemil. Kalau tidak. Nanti akan merasa mual." Ucap Dokter Nikil.

Amira menerima permen itu lagi. Benar apa yang di katakan oleh Dokter di hadapannya itu. Mulutnya memang harus selalu di isi.

Amira melakukan pekerjaannya dengan baik. Hari pertama bekerja justru membuatnya menjadi lebih baik. Selain bisa belajar memahami tentang kehamilan. Wanita itu juga bisa menjaga pola makannya. Karena ada Dokter Nikil yang selalu mengingatkan padanya.

"Kamu tadi berangkat naik apa?" Tanya Dokter Nikil.

"Tadi aku naik taksi. Terus nanti pulang mau naik apa?" Tanya Dokter itu lagi.

Amira mengangkat kedua bahunya. Menandakan dirinya belum tahu. Nanti akan pulang dengan kendaraan apa.

"Ayok. Kita pulang sekarang!" Ajak Dokter Nikil.

Amira terkejut. Dokter itu mengajaknya pulang. Dia kira Dokter itu hanya akan pamit pulang dan membiarkannya pulang sendirian. Ternyata Nikil adalah seorang Dokter yang sangat baik. Mengerti keadaan asistennya.

"Dokter mau mengantarkan saya pulang?" Amira memastikan apa yang di dengarnya. Wanita itu tidak mau salah faham dan membuat dirinya menjadi gede rasa.

"Iya. Kamu mau pulang naik taksi lagi?" Tanya Dokter itu lagi.

"emmm." Amira tidak menjawabnya. Wanita itu takut untuk bilang iya atau tidak. Takut nanti di anggap sombong.

"Kalau mau naik taksi lagi juga terserah kamu sih. Cuma apa tidak sayang dengan uang kamu." Nikil mengingatkan agar Amira berhemat.

"Tidak. Saya ikut Dokter saja." Dengan rasa malu. Amira mengatakan ingin ikut bersama dengan Dokter itu. Memang benar apa yang di katakannya. Tapi bukan begini seharusnya. Caranya memberi tumpangan sungguh membuat harga diri orang lain harus mau terjatuh.

Nikil mengantarkan Amira pulang ke rumahnya. Dan sebelum sampai di rumah. Pria itu membelikan buah untuk asisten barunya. Dan menyerahkannya saat tiba di kediamannya.

"Terimakasih ya Dok. Sudah mengantarkan saya sampai rumah." Ucap Amira. Kemudian wanita itu turun dari mobil milik Dokter tampan itu.

"Ini buat kamu. Jangan lupa di makan ya. Obatnya juga jangan sampai lupa." Nikil memberikan buah yang tadi di belinya.

Amira menerima buah itu dan kembali berterimakasih. Wanita itu mempersilakan Nikil untuk mampir ke rumahnya. Tapi Dokter itu menolaknya. Dan langsung pamit pergi.

"Oh iya. Besok aku jemput ya!" Ucap Dokter Nikil. Dan pria itu langsung pergi melajukan mobilnya.

Related chapters

  • Mencari Suamiku yang Hilang   Terbiasa

    Amira di jemput oleh Nikil. Mereka berdua pergi ke rumah sakit bersama. juga saat pulang pun mereka bersama. Hingga hari-hari berikutnya. Mereka menjadi terbiasa. "Mir. Aku sudah daftarkan kamu untuk priksa kandungan. Nanti sebelum makan siang. Kamu ke poly kandungan ya!" Titah Nikil pada Amira. "Iya Dok. Terimakasih." Jawab Amira. Seperti yang di perintahkan oleh Dokter Nikil. Sebelum makan siang. Amira memeriksakan kandungannya. Dan setelah itu. Dia kembali ke ruangan Dokter Nikil lagi. Dan di sana. Dokter tampan itu sudah menunggunya. "Bagaimana?" Tanya Nikil. "Maksud Dokter. Apanya?" Amira balik bertanya. "Bagaimana kandunganmu?" Nikil mengulangi pertanyaannya. "Oh. Baik Dok. bayi nya sehat." Jawab Amira. "Kalau begitu kamu makan dulu. Setelah itu minum obat. Sudah di ambilkan tadi obatnya?" Titah Nikil lagi. Amira tidak berani menolak. wanita itu selalu menurut perintah dari Dokter itu. Lagipula. Yang di perintahkannya. Itu demi kebaikan diri dan bayi dalam kandungannya

    Last Updated : 2024-12-06
  • Mencari Suamiku yang Hilang   Bertamu

    Hari ini Amira melakukan pekerjaan seperti biasa. Tanpa ada rasa mual saat pagi hari. Dan sampai pulang kerja. Wanita itu tetap merasa baik-baik saja. Nikil mengantarkan Amira pulang seperti biasa juga. Tapi kali ini. Pria itu mampir sebentar di kediaman asistennya itu. "Silakan duduk Dok. Mau minum apa?" Amira mempersilakan Dokter tampan itu untuk duduk di ruang tamunya. Dan juga menawarinya minuman. "Teh hangat saja kalau ada." Jawab Dokter Nikil. "Sebentar ya Dok!" Ucap Amira. Wanita itu menuju ke dapur. Lalu keluar membawakan minuman untuk tamunya. "Ini Dok. Silakan di minum! Maaf nunggu lama." Ucap Amira. "Tidak kok. Biasa saja." Jawab Nikil sambil menyeruput minumannya. "Rumah ini masih sama ya. Seperti saat pertama kali aku di minta datang ke sini." Ucap Nikil. Amira tidak merasa menyuruh Dokter itu ke rumahnya. Dia sendiri yang bersedia menjemput dan mengantarkannya pulang. "Maaf Dok. Saya tidak menyuruh Dokter untuk antar jemput saya. Itu kemauan Dok

    Last Updated : 2024-12-08
  • Mencari Suamiku yang Hilang   Mulai Akrab

    Alisa duduk bersandar di atas kasur. Sambil menangis. Wanita itu mengatakan kalau dia tidak pernah membagi cintanya pada pria manapun. Dia berbicara sendiri seolah suaminya itu ada di depannya. Farel menyusul ke kamar. Lalu duduk di sebelah istri tercintanya itu. Dia minta maaf karena sudah membuatnya menangis. "Lisa. Mas minta maaf ya. Bercanda mas memang kelewatan. Mas tahu kalau mas ini adalah pria satu-satunya yang ada di hatimu." Ucap Farel. Alisa menatap pada suaminya yang berdiri di sebelahnya. "Bercanda?" Tanya Alisa. "Iya. Mas cuma bercanda. Hanya pengen menggodamu saja. Maaf ya sayang." Ucap Farel sambil memeluk istri tercintanya. "Tapi candaan mas itu keterlaluan. Mas tahu. Aku paling takut kalau orang yang aku cintai sudah tidak percaya lagi padaku. Karena itu aku selalu setia." Alisa menangis di pelukan suaminya. "Apa kamu mau maafin aku?" Tanya Farel. Alisa mengangguk dan tersenyum. Farel sangat mencintai Alisa. Dan senyuman istrinya itulah yang membuatny

    Last Updated : 2024-12-10
  • Mencari Suamiku yang Hilang   Ke Rumah Alisa

    "Oh ya? Aku juga mau pergi ke sana. Aku ada perlu sama Dokter Farel. Karena hari ini dia tidak datang. Ya terpaksa aku yang harus pergi ke rumahnya." Ucap Nikil berbohong. Tapi memang Dokter Farel tidak masuk hari ini. "Memangnya Dokter Farel tidak masuk hari ini?"Tanya Amira. "Tidak. Dia ijin dua hari." Jawab Nikil. "Oh. Pantesan aku tidak melihatnya sejak tadi." Ucap Amira. "Bagaimana kalau kita pergi ke sana bareng? Mumpung kita se tujuan." Nikil mengajak Amira. "Hmmm. Boleh deh." Amira menyetujui ajakannya. Sore hari. Saatnya mereka berdua pulang. Nikil menunggu Amira di tempat parkir. Sedangkan wanita itu perutnya merasa mulas. Jadi dia harus buang air dulu. "Maaf ya Dok. Jadi harus menunggu lama." Ucap Amira setelah sampai di mobil milik Nikil. "Tidak juga." Jawab Nikil. Nikil melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Mobil pria itu tidak mengarah ke rumah Alisa. Tapi ke tempat yang Amira sendiri belum pernah melewatinya. Amira tidak menyadari kalau kendaraa

    Last Updated : 2024-12-11
  • Mencari Suamiku yang Hilang   Spesial untuk Alisa

    Alisa dan Amira. Mereka berdua menyiapkan makan malam untuk bersama. Sedangkan Nikil asik mengobrol bersama dengan Farel. Membicarakan masalah pekerjaan di rumah sakit. Nikil minta saran dan pendapat sahabatnya itu. Apakah dia harus menolong atau menerima di tugaskan di Bali. Karena sejatinya pria itu sudah merasa nyaman bekerja dekat dengan tempat tinggalnya sendiri. "Menurut kamu bagaimana?" Tanya Nikil. 'Semua terserah kamu sendiri. Kalau kamu siap ya terima saja. Siapa tahu kamu nanti ketemu jodoh di sana." Jawab Farel. Pria itu malah menggodanya. "Kamu ini. Tau sendiri kan? Lima tahun aku belum bisa move on darinya. Apalagi sekarang dia sudah mulai dekat denganku. Aku tidak bisa meninggalkan dia sendirian." Ucap Nikil. "Iya sih. Sebenarnya aku senang kalian bisa dekat dan akrab. Tapi aku takut kalau nanti kamu kecewa lagi." Farel mengkhawatirkan nasib Nikil nantinya. "Mungkin aku harus merelakan lagi. Karena kebahagiaanku. Itu bisa melihatnya bahagia." Nikil berucap lagi

    Last Updated : 2024-12-12
  • Mencari Suamiku yang Hilang   Pergi Ke Bali

    Pagi ini. Nikil datang ke rumah Alisa untuk menjemput Amira. Pria itu juga ikut sarapan bersama kedua pemilik rumah itu. Kemudian pergi berangkat ke rumah sakit bersama dengan Amira. Di perjalanan. Mereka mengobrol seperti biasa. Nikil juga memberanikan diri untuk mengatakan kalau dirinya di tugaskan ke Bali. Dan akan mengajak Amira ikut bersamanya. "Mir. Minggu depan aku harus pergi ke Bali." Ucap Nikil. Mendengar kata Bali. Amira kembali teringat akan suaminya yang hilang di Pulau Dewata itu. Air matanya menetes dan dalam diam wanita itu terisak-isak. "Kamu kenapa Mir? Aku tidak akan pergi sendiri. Aku akan mengajakmu pergi ke sana. Kamu jangan sedih!" Ucap Nikil. Pria itu mengira. Amira menangis karena tidak mau di tinggalkan olehnya. "Maksud Dokter. Aku ikut berlibur ke Bali bersama dengan Dokter?" Tanya Amira. "Bukan berlibur. Tapi aku di tugaskan di sana." Jawab Nikil. "Maaf Dok. Saya tidak bisa." Amira menolaknya. "Lalu siapa yang akan membantuku di sana?" Tanya

    Last Updated : 2024-12-13
  • Mencari Suamiku yang Hilang   Tinggal Seatap

    "Kenapa kamu tidur di sini?" Tanya Amira. "Ini kan kamarku. Aku mau istirahat. Memangnya kenapa?" Nikil balik bertanya. "Tadi kamu bilang. Ini kamarku." Protes Amira. "Iya memang. Tapi aku juga pilih kamar yang ini. Kita bareng sekamar saja ya!" Nikil mulai berani menggoda Amira. Pria itu merasa bebas karena wanita itu tinggal seatap bersamanya. "Jadi maksud kamu mau berbuat jahat denganku?" Amira menuduh pria di hadapannya itu akan berbuat jahat pada dirinya. "Tentu saja tidak. Aku hanya ingin menjagamu. Kalau kita sekamar. Aku bisa menjagamu setiap waktu." Jawab Nikil. "Tidak perlu. Aku pindah ke kamar yang lain saja." Amira menjawab sambil menyeret kopernya. Membawanya ke kamar sebelah. Wanita itu mengistirahatkan tubuhnya yang lelah. Karena seharian duduk di pesawat. Tubuhnya seperti pegal semua. Pagi hari. Amira bangun lalu membersihkan dirinya. Kemudian pergi ke dapur. Wanita itu berniat untuk membuat masakan. Tapi saat melewati ruang makan. Di meja sudah tersa

    Last Updated : 2024-12-14
  • Mencari Suamiku yang Hilang   Rumah Sakit Baru

    "Iwa. Apa tuan sudah makan?" Tanya Amira. "Sudah nyonya. Baru saja piringnya saya bawa ke dapur." Jawab Iwa Kadek. Amira makan malam sendirian. Rasanya ada yang berbeda. Sikap Nikil yang mendiamkannya. Membuat dirinya kembali merasa bersalah. Setelah selesai makan. Amira meminta tolong pada Iwa Kadek untuk membereskan meja makan. Dia tidak berani pergi ke dapur sendiri. Karena Nikil sudah melarangnya. "Iwa. Tolong beresin meja makan ya! Saya sudah selesai." Titah Amira. "Iya nyonya. Ini memang sudah tugas saya." Jawab Iwa Kadek. Amira bangkit dari duduknya. Hendak pergi menuju ke kamarnya. Tapi di panggil oleh asisten rumah tangganya. "Tunggu nyonya!" Ucap Iwa Kadek. "Ada apa Iwa?" Amira berbalik menghadap pada wanita paruh baya itu lalu balik bertanya. "Tadi tuan menyuruh saya memberikan ini buat nyonya." Ucap Iwa Kadek sambil memberikan kotak kecil berwarna merah. "Apa ini Iwa?" Tanya Amira. "Saya tidak tahu. Tapi tadi tuan berpesan. Besok sudah mulai bekerja."

    Last Updated : 2024-12-15

Latest chapter

  • Mencari Suamiku yang Hilang   Seminggu Berlalu

    Ting tong. Bel pintu rumah berbunyi. Narendra dan Nikil sedang duduk di ruang tengah. Sedangkan Savitri dan Amira membantu Art nya memasak di dapur. "Bi. Tolong bukain pintu! Kayaknya ada tamu." Teriak Narendra sambil asik nonton TV. Begitupun juga Nikil. Dia tidak mau bangkit untuk membuka pintu. Karena tidak mau meninggalkan siaran berita tentang politik. Savitri yang mendengar teriakkan suaminya. Wanita itu melarang Mbok Asih. Art nya yang hendak keluar untuk membukakan pintu. Tapi dia malah menyuruh Amira. "Gak usah mbok! Lanjutin saja masaknya. Biar Amira saja yang membukakan pintu." Ucap Savitri pada Mbok Asih. "Iya nyonya." Jawab Mbok Asih. "Mira. Tolong kamu yang bukain pintu! Sekalian. Setelah itu kamu mandi ya! Biar ini semua mama sama Mbok Asih yang kelarin." Titah Savitri pada Amira. "Iya ma." Jawab Amira. Kemudian wanita itu keluar dari dapur dan menuju ke pintu depan. Saat pintu di buka. Seorang pria dan wanita berpenampilan mewah. Mereka berdua membawa

  • Mencari Suamiku yang Hilang   Tentang masa Lalu

    Narendra melihat Amira berada di belakang Nikil. Wanita itu terlihat lebih cantik dari saat pertama kali bertemu waktu itu. Saat sedang hamil dulu. "Kamu?" Tanya Narendra pada Amira. Pria itu lupa dengan nama wanita itu. "Dia Humaira." Jawab Nikil. "Humaira? Bukankah dia asistenmu? Namanya A, Siapa sih aku lupa." Ucap Savitri. "Dia Amira Humaira. Mahasiswi tercantik di kampus tempat Nikil belajar." Ucap Nikil sambil melirik Amira. Amira bingung dengan apa yang di maksud oleh Nikil. Wanita itu tidak merasa dirinya masih sebagai mahasiswi. Dia sudah bekerja dan sudah menikah. Menjadi seorang ibu rumah tangga. "Oh. Jadi ini orangnya. Yang sudah membuat anakku pindah haluan." Ucap Savitri. Membuat Amira makin bingung dengan yang keluarga ini bicarakan. "Maksud tante apa ya?" Amira bertanya. Wanita itu penasaran dengan apa yang di ucapkan oleh Savitri. "Sudahlah ma! Biarkan Amira istirahat dulu. Ayok Mir! Silakan duduk!" Nikil mempersilakan pada Amira untuk duduk. Tapi wani

  • Mencari Suamiku yang Hilang   Kembali ke Jakarta

    "Kenapa kamu menatapku seperti itu?" Tanya Nikil. Amira tersadar dari lamunannya. Wanita itu juga baru sadar kalau dirinya sudah menatap wajah pria di hadapannya tanpa berkedip. "Terimakasih. Kamu sudah peduli denganku." Jawab Amira. "Aku akan selalu peduli padamu. Karena aku mencintaimu." Ucap Nikil membuat Amira tersenyum. Wanita itu yakin bahwa Nikil serius mencintai dirinya. "Jangan berbuat seperti tadi lagi! Aku takut. Takut kehilanganmu untuk kedua kalinya." Bisik Nikil di telinga Amira. Kemudian pria itu mencium leher jenjang wanita itu. Membuatnya merasa geli dan terpancing hasrat. "Jangan menciumiku di situ!" Amira menyuruh Nikil untuk menghentikan ciumannya. Dia takut kalau sampai dirinya terbawa hasrat kemudian melakukan hal yang belum seharusnya. "Kenapa? Kamu tidak suka?" Tanya Nikil. Amira menggeleng bukan karena tidak suka. Justru karena dia sangat menikmatinya dan merasakan ciuman yang selama ini dia rindukan. "Kenapa?" Tanya Nikil lagi. "Aku takut ki

  • Mencari Suamiku yang Hilang   Benar-benar Cinta

    Sudah lebih dari sebulan. Nikil tidak pernah lagi pergi ke rumah sakit untuk bekerja. Pria itu tidak lagi bertugas sebagai Dokter di sana. Dan Amira baru menyadari hal itu. Saat sedang sarapan bersama. Amira bertanya pada Nikil. Tenang pekerjaan mereka berdua di rumah sakit. "Oh ya mas. Kapan kita ke rumah sakit lagi?" Tanyanya. Sekarang Amira sudah memanggil Nikil dengan sebutan mas. "Kamu sedang sakit? Apa yang kamu rasakan? Biar aku periksa." Nikil tidak menjawab pertanyaan Amira. Dia malah panik. Mengira wanita itu sedang sakit. "Tidak. Aku tidak sedang sakit. Tapi kamu kan seorang Dokter. Kamu bekerja di rumah sakit. Sepertinya sudah lama kita tidak bekerja." Amira menjelaskan maksud pertanyaannya. "Oh. Aku kira kamu sakit." Ucap Nikil. Kemudian pria itu melanjutkan menyuapkan makanan ke mulutnya. Amira merasa kesal karena pertanyaannya tidak mendapatkan jawaban. Wanita itu kembali bertanya hal yang sama. "Mas." Panggil Amira. "Iya sayang. Ada apa?" Jawab Nikil.

  • Mencari Suamiku yang Hilang   Berjanji Bersama

    "Iwa. Apa nyonya belum bangun?" Tanya Nikil pada Iwa Kadek. "Sudah tuan. Tadi yang masak semua ini juga nyonya." Jawab Iwa Kadek. "Tuan di suruh makan duluan saja. Nanti nyonya akan makan sendiri katanya." Ucap Iwa Kadek lagi. "Sekarang nyonya ada di mana?" Tanya Nikil. "Ada di kamar. Tadi bilangnya mau istirahat sebentar." Jawab Iwa Kadek lagi. Nikil mengira kalau Amira sedang sakit. Pria itu tidak jadi makan. Tapi malah kembali ke kamarnya. Kemudian keluar lagi dengan membawa perlengkapan dokternya. Nikil mengetuk pintu kamar Amira dan memanggilnya. Berkali-kali dia memanggil. Tapi tidak ada suara sahutan dari dalam. Pria itu menjadi panik. Takut Amira kenapa-napa. "Mira. Mir. Buka pintunya Mir! Kamu baik-baik saja kan?" Teriak Nikil. Pria itu berusaha mendobrak pintunya. Tapi saat dia akan mendobrak. Amira membuka pintu itu dan akhirnya. Dia malah menabrak Amira. Lalu terdorong dan terjatuh. Nikil menindih tubuh Amira. Wanita itu meringis kesakitan. Karena tertimp

  • Mencari Suamiku yang Hilang   Bukan Sandiwara

    "Siapa yang datang Iwa?" Tanya Amira dan Nikil bersamaan. "Namanya Shella dan calon suaminya." Jawab Iwa Kadek. "Oh iya. Suruh mereka masuk!" Titah Amira. Nikil masuk ke kamarnya. Pria itu mau mandi dulu. Karena merasa badannya bau amis karena setelah mencuci udang tadi. Amira ke ruang tamu. Menyambut kedatangan temannya itu. Wanita itu terlihat sangat bahagia bertemu dengannya. "Shella. Apa kabar?" Ucap Amira sambil memeluknya. "Kabarku baik. Kamu sendiri gimana?" Tanya Sella. "Seperti yang kamu lihat." Jawab Amira. "Kamu nampak lebih baik di banding saat terakhir kita bertemu." Ucap Sella. "Oh ya?" Ucap Amira. "Iya. Beneran." Jawab Shella. "Kenalin. Ini Nandito. Calon suamiku." Shella memperkenalkan calon suaminya pada Amira. Setelah saling berkenalan. Mereka duduk di sofa. Kemudian Nikil datang. Pria itu sudah mandi dan mengganti baju santai yang lain. "Ada tamu rupanya." Ucap Nikil. "Iya mas. Ini temanku namanya Shella. Dan ini Nandito. Calon suaminya."

  • Mencari Suamiku yang Hilang   Teruslah Tersenyum

    "Sekarang kita ke tempat ikan. Aku mau belanja ikan juga." Ucap Amira. Lagi-lagi wanita itu menarik tangan Nikil. "Kan sudah beli daging." Protes Nikil. "Aku pengen masak yang banyak." Jawab Amira. Nikil menurut saja saat tangannya di tarik oleh wanita pujaan hatinya. Pria itu merasa senang. Tapi tetap berpura-pura tidak suka. "Ayo mas. Bayar lagi. Semua cuma seratus ribu." Ucap Amira lagi. "Seratus ribu? Ikan apa itu?" Tanya Nikil pura-pura tidak tahu. "Ini udang dan ini cumi. Aku tidak jadi beli ikan." Jawab Amira tanpa merasa bersalah. "Sekarang aku mau beli sayuran." Ucap Amira lagi. Wanita itu memberikan belanjaannya pada Nikil. Kemudian menuju ke tempat sayuran. Setelah semua belanjaannya di rasa cukup. Amira langsung meminta untuk pulang. Wanita itu sangat merasa puas. Dan mereka pun pulang ke rumah. Sampai di rumah. Amira meminta tolong pada Iwa Made untuk membawakan belanjaannya ke dalam. Sedangkan Nikil melenggang masuk ke dalam rumah tanpa membawa satu

  • Mencari Suamiku yang Hilang   Belanja Berdua

    Pagi ini mereka berdua sarapan pagi bersama seperti biasa. Tapi perasaan di antara keduanya tidak seperti biasanya. Mereka merasakan hal yang sama. Nikil merasa sangat bahagia. Karena Amira berubah menjadi perhatian dan memanggil dirinya dengan sebutan mas. Sedangkan Amira merasa lebih tenang hatinya. Karena tidak lagi terbebani oleh perasaannya pada Amar. Wanita itu sudah ikhlas untuk melepaskannya. "Tumben sekali kamu seperti ini? Ada angin apa yang membuat kamu jadi perhatian padaku?" Tanya Nikil. "Tidak juga. Aku tidak perhatian padamu. Aku melakukan hal yang seperti biasanya." Jawab Amira Nikil berfikir sejenak. Memang benar apa yang di katakan oleh wanita di depannya itu. Dia melakukan hal yang seperti biasanya. "Kamu memang melakukan hal yang sama. Tapi aku merasa ada yang berbeda denganmu." Ucap Nikil. "Itu cuma perasaanmu saja." Ucap Amira. "Mungkin juga sih. Tapi aku lebih suka kamu yang seperti ini." Ucap Nikil lagi. Setelah itu makan. Nikil duduk di teras

  • Mencari Suamiku yang Hilang   Lembaran Baru

    "Sepertinya saya tidak mungkin bisa membeli barang semahal itu. Maaf Pak Nicolas. Kami permisi dulu." Ucap Nikil menutupi sikap Amira yang mulai labil. "Oh iya silahkan!" Jawab Nicolas. Nikil merangungkul punggung Amira. Dan mengajaknya pulang. Mereka berdua berjalan menuju ke tempat parkir. Kemudian langsung masuk ke dalam mobil. Di dalam mobil. Amira duduk sambil menangis. Wanita itu meratapi kesedihannya. Sakit rasanya saat mendengar suaminya sendiri mengatakan bersama dengan seorang istri. Bahkan dia tidak mengenalinya bahwa wanita yang di hadapannya adalah istrinya sendiri. "Kalau kamu masih ingin menangis. Menangislah sepuasnya. Biar kamu bisa lebih baik." Ucap Nikil. Amira berhenti menangis. Wanita itu menatap pria di sampingnya dengan sinis. Dia sangat kesal mendengar ucapannya barusan. "Kenapa menatapku seperti itu? Apa aku salah? Kalau begitu aku minta maaf." Ucap Nikil lagi. "Kamu memang pria yang aneh. Pantas saja sampai sekarang belum punya istri." Jawab Ami

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status