"mas. kita jalan-jalan yuk! Habis itu kita makan malam di restoran pinggir pantai. Gimana?" Ajak Amira pada suaminya.
"Hmmm gimana ya. Oke deh." Jawab Amar suami Amira. Mereka berdua pergi jalan-jalan ke pantai. Sore hari tempat itu sangat ramai. Banyak para turis yang datang untuk melihat sunred. Setelah petang. Mereka berdua mampir ke restoran untuk makan malam. Amira sudah menyiapkan kado kecil untuk suaminya. Sebagai hadiah kejutan di hari jadi mereka. Saat menunggu makanan di sajikan. Amira dan Amar berfoto bersama. Mengabadikan momen berdua di restoran bintang lima. Tiba-tiba ponsel milik Amar berdering. Pria itu segera mengangkatnya. "Halo. Iya pak. Gimana?" Ucap Amar. "Ah sinyalnya jelek. Sebentar ya sayang. Mas keluar dulu nyari sinyal." Ucap Amar lagi. Pria itu pamit keluar untuk mencari sinyal. Karena di dalam sinyalnya tidak bagus. Amira mengizinkan suaminya keluar. Lagian cuma menerima telefon dari bosnya. Sampai makanan yang di pesan sudah datang. Amar masih belum kembali. Tapi Amira masih tetap menunggu dengan sabar. Mungkin mereka sedang membahas masalah kantor. Pikir Amira. "Maaf mas. Saya mau keluar sebentar. Meja saya jangan di beresin dulu ya!" Ucap Amira pada seorang pelayan restoran. "Iya. Baik nyonya." Jawab pelayan itu. Amar mendapatkan hadiah dari kantor tempatnya bekerja. Menginap di hotel dan makan di restoran dengan gratis. Karena semua sudah di tanggung oleh bosnya. Bosnya Amar adalah sahabatnya sendiri. dia memberikan hadiah liburan itu sebagai kado pernikahan mereka. karena saat menikah dulu Amar tidak bisa ambil cuti. Kecuali hari H nya. Amira celingukan melihat ke kanan kiri. Dia juga bertanya pada setiap orang yang lewat. Menanyakan keberadaan suaminya. "Maaf mas. Apa melihat seorang pria sedang tinggi, putih, memakai kaos dan celana warna putih?" Tanya Amira pada seorang yang lewat di depannya. Amira mencoba menelfon suaminya. Tapi nomernya sudah tidak aktif. Sejak tadi wanita itu ingin menghubunginya. Tapi dia tahu kalau tadi yang menelfon adalah bosnya. Jadi tidak berani untuk mengganggunya. Tapi ini sudah sangat lama sekali. Tak biasanya Amar seperti ini. Tak pernah mematikan ponselnya. Apalagi menghilang tidak jelas seperti ini. "Kamu di mana sih mas? Kenapa ponselnya tidak aktif?" Amira bertanya-tanya sendiri. Wanita itu berjalan. Melangkah ke manapun. Mencari keberadaan suaminya. "Loh Amira. Kamu di sini? Amar mana? kok sendirian? Tanya seorang wanita cantik. Amira melihat wanita itu. Ternyata dia adalah Seila. Teman mereka saat masih sekolah dulu. "Tahunih. Tadi katanya nyari sinyal. Tapi sekarang gak tahu dimana." Jawab Amira. "Tunggu saja di dalam. Siapa tahu Amar di sana." Ujar Seila. Mereka berdua masuk ke dalam restoran. Amira kembali ke tempat duduknya lagi. Seila ikut duduk di sampingnya. "Kamu sudah pesan makanan dari tadi?" Tanya Seila. "Iya. Sampai makanan dingin. Jadi tak berselera." Jawab Amira lirih. "Panas atau dingin. kalau aku mah sama saja. yang penting makan." Ucap Seila. "Kalau kamu mau makan saja punyaku ini. belum ku sentuh dari tadi." Tawar Amira. "Enggak ah. ini makanan mahal. Takut gak bisa bayar." Tolak Seila. "Gak perlu bayar. Ini semua sudah di bayar. Kamu tinggal makan saja." Jelas Amira. "Beneran?" Tanya Seila memastikan. Seila menghabiskan semua makanan yang tersedia di meja itu. Wanita itu bisa menghibur Amira sesaat. Sambil menunggu kedatangan suaminya. Tapi setelah Seila pergi dan hari semakin larut. Amar masih belum juga kembali. Amira masih tetap menunggu suaminya di tempat itu. Hingga restoran itu sudah mau tutup. Amira masih setia menunggunya. Sampai mendapat teguran dari pelayanan restoran itu. "Maaf Bu. Restoran sudah mau tutup. Ibu bisa meninggalkan tempat ini sekarang." Ucap pelayan itu dengan sopan. Amira meninggalkan tempat itu. Dia masih tetap menunggu suaminya di depan restoran mewah itu. Hingga pagi menjelang. Wanita itu masih tetap menunggu. ponsel di dalam tas Amira berbunyi. Wanita itu bergegas mengambil dan langsung menerima panggilan itu. Tanpa melihat nomer siapa yang menghubunginya. "Halo mas. Kamu di mana sekarang? Aku menunggumu lama banget." Ucap Amira. "Ini Kak Lisa. Bukan Amar." Jawab Alisa. Kakaknya Amira lewat sambungan telefon. "Oh iya kak. Ada apa?" Tanya Amira. "Kamu cepetan pulang ya! Gak usah nunggu sampai seminggu. Kakak tunggu ya!" Tegas Alisa. "Memangnya ada apa kak?" Tanya Amira penasaran. "pokoknya cepetan pulang! Udah dulu ya. Kakak tunggu!" Ucap Alisa. kemudian sambungan telefonnya terputus. Amira langsung memesan taksi. Mengambil semua barang-barang miliknya di hotel. Kemudian cek out. Wanita itu tidak membawa semua milik suaminya. Membiarkan saja barang itu tetap di kamar hotel. Setelah cek out dari hotel. Amira langsung menuju ke bandara. Beruntung masih ada tiket untuk hari ini. Meskipun harus menunggu tiga jam lagi. Sesaat Amira lupa tentang suaminya. Karena pikirannya tertuju pada kakak dan ibunya di rumah. Ucapan Kakaknya tadi membuat Amira jadi tidak tenang. *** Sampai di rumah. Keadaan tempat itu sepi. Tak ada seorang pun di dalam rumah. Termasuk juga Art yang bekerja di rumah itu. "Assalamualaikum. Kak Lisa, ibu. Aku pulang. Dimana kalian?" panggil Amira. Tak ada sahutan dari siapapun. Amira duduk di sofa ruang tamu. Wanita itu menghubungi kakaknya dan menanyakan keberadaan mereka. "Halo kak. Kakak dimana sekarang? Ibu juga gak ada. Ibu bareng Kak Lisa gak?" Amira memberondong pertanyaan pada kakaknya. "Iya. ibu lagi bareng kakak. Sekarang kamu ke sini ya! Ke rumah sakit tempat Kak Farel bekerja!" perintah Alisa. "Memangnya ada apa sih kak? Kak Lisa mau bikin kejutan ya buat aku?" Tebak Amira. "Kamu datang cepetan ya!" Ucap Alisa lagi. Amira penasaran. Sebenarnya ada apa sih? Apa yang ingin di tunjukkan oleh kakaknya itu. Amira pun kembali memesan taksi kemudian pergi ke rumah sakit. Sampai di rumah sakit. Amira kembali menghubungi Alisa. Menanyakan keberadaan kakak dan ibunya sekarang. "Halo kak. Aku sudah sampai nih. Kak Lisa dimana?" Tanya Amira. "Kamu langsung ke ruang ICU saja!" Jawab Alisa. Mendengar kata ICU. Perasaan Amira menjadi tidak enak. Siapa yang sedang sakit? Kemarin saat dia pamit pergi ke Bali. Ibu dan kakaknya baik-baik saja. Termasuk juga Farel suami dari Alisa. Sampai di depan ruang ICU. Amira memanggil Alisa yang sedang duduk sendiri sambil menangis. Amira bingung. Apa yang sebenarnya terjadi? "Kak Lisa?" Panggil Amira. Alisa menoleh. Melihat keberadaan Amira. Wanita itu langsung memeluk erat adiknya. Sambil menangis dan mengatakan bahwa ibu mereka sedang di ruang ICU. "Mira. Ibu kecelakaan. Ibu jadi korban tabrak lari saat pergi ke pasar tadi pagi." Jelas Alisa sambil menangis. Amira ikut menangis. Kedua wanita itu berpelukan saling menguatkan. Mereka sama-sama tidak ingin kehilangan ibu tersayangnya.Seorang Dokter dan dua perawat. Mereka masuk ke ruang ICU dengan tergesa-gesa. Amira dan Alisa panik. Mereka takut kalau yang di tujunya itu ibu mereka. "Dokter apa yang terjadi? ada apa ini Dok?" Tanya Amira dengan panik. Farel juga datang sambil berlari. Pria itu langsung memeluk istrinya. Memberi kekuatan agar Alisa tidak cemas memikirkan ibunya di dalam ruangan itu. "Mas. Dokter itu. Mereka tidak sedang mengatasi ibu kan? Ibu baik-baik saja kan?" Ucap Alisa mengharap tidak terjadi sesuatu pada ibunya. "Kita berdoa saja. Semoga ibu kita cepat melewati masa kritisnya!" Jawab Farel "Mas. Apa Mas Farel bisa bantu menyembuhkan ibu?" Tanya Amira. Wanita itu mendadak seperti bodoh. Padahal dia tahu kalau kakak iparnya itu adalah seorang Dokter anak. Bukan Dokter spesialis. "Aku cuma Dokter anak. Aku tidak bisa berbuat apapun untuk itu." Jawab Farel. Amira kecewa. Wanita itu duduk di bangku depan ruangan itu. Dia duduk sendiri. Sedangkan Alisa masih terisak dalam pelukan s
Amira menceritakan tentang menghilangnya Amar. Suaminya itu pergi tak pernah kembali. Dia sudah menghilang bak di telan bumi. Karena itulah Amira minta untuk di carikan pekerjaan. Agar bisa punya penghasilan sendiri. Untuk bisa menyambung hidup. untuk bisa memghilangkan kesedihannya. "Tolong ya kak Lisa kan punya banyak teman. Kak Farel juga. Bantuin adik iparmu yang sedang kesusahan ini." Rayu Amira. "Kamu tidak perlu susah. Aku bisa bantu keuangan kamu. Nanti Lisa yang mengaturnya." Jawab Farel. "Tapi aku juga butuh kesibukan." Jawab Amira. Farel dan Alisa berjanji. Mereka akan membantu Amira untuk mencarikan pekerjaan. Mereka bertiga asik mengobrol hingga petang. Setelah merasa cukup lama bertamu di rumah adiknya. duo sejoli itu pamit pulang. Alisa juga berjanji. Dia akan datang lagi besok. Sebelum berangkat bekerja. Dia akan mampir dulu. Pukul tujuh pagi. Pintu rumah Amira sudah ada yang mengetuk. Ternyata benar. Alisa datang ke rumah sebelum berangkat kerja. "Kak
Siang ini. Amira pergi ke rumah sakit. Tempat dimana Farel bekerja. Wanita itu menemui kakak iparnya lebih dulu. Menuju ke ruangannya. Tok tok tok "Masuk!" Ucap Farel dari dalam ruangannya. "Kak Farel tadi yang minta aku datang ke sini?" Tanya Amira sambil masuk ke ruangan itu. "Iya. Silahkan duduk!" Titah Farel. Amira pun duduk di depan meja kerja Farel. Mereka berdua duduk saling berhadapan. Sambil menunggu kedatangan teman kerjanya. "Ada pekerjaan apa buatku kak?" Tanya Amira. "Kamu penginya kerja apa?" Farel balik bertanya. "Apa saja. Yang penting bisa kerja. Biar ada kegiatan dan punya penghasilan." Jawab Amira. Tak berapa lama. Orang yang di maksud oleh Farel pun datang. Dia masuk ruangan itu lalu duduk di bangku sebelah Amira. "Ini temanku yang sedang membutuhkan seorang asisten. Dia adalah Dokter Nikil Saputra." Farel memperkenalkan temannya pada Amira. "Kamu Dokter yang tadi kan?" Tanya Amira. "Ibu Amira kan?" Nikil balik bertanya. "Iya. Saya Amira.
Saat Amira keluar dari minimarket. Nikil masih berada di depan mobilnya. Pria itu ternyata sedang menunggunya. Dia mau mengajak Amira pulang bersamanya. "Ayok kita pulang!" Ajak pria itu sambil menarik belanjaan yang di bawa oleh Amira. "Tapi kita kan beda arah." Tolak Amira. "Sudah cepat ayo masuk!" Nikil memaksa Amira untuk masuk ke dalam mobilnya. Amira menurut saja. Wanita itu masuk ke dalam mobil karena Nikil sudah membukakan pintu untuknya. Sampai di depan rumah Amira. Nikil memarkirkan mobilnya tepat di depan pintu. Kemudian pria itu turun dan kembali membukakan pintu mobilnya. Amira pun turun setelah pintu mobil di bukakan. Wanita itu langsung masuk ke dalam rumah. Dia lupa kalau sedang bersama dengan Nikil. Bukan suaminya. "Ini mau taruh di mana?" Tanya Nikil sambil menunjukkan belanjaan yang di bawanya. "Ya Allah. Maaf ya. Aku lupa kalau tadi aku..." Amira tidak meneruskan ucapannya. Dia langsung mengalihkan pembicaraan. Karena tidak mau membahas tentang suaminya.
Pagi sekali Amira bagun. Wanita itu merasakan mual yang amat sangat. Rasanya ingin memuntahkan semua isi di dalam perutnya. Amira bangun dan berlari menuju ke kamar mandi. Dia memuntahkan semua yang di makan nya semalam. Wanita itu merasa lemas setelah semua isi perutnya di rasa kosong. "Kenapa setiap pagi selalu seperti ini?" Amira bertanya pada dirinya sendiri. Wanita itu merasa keadaannya sangat lemah sekarang. Setelah di rasa sudah mulai baikan. Amira segera mandi dan mengambil whudlu. Kemudian menunaikan sholat dua rakaat. Setelah itu baru membuat masakan untuk dirinya sendiri. "Akhirnya selesai juga." Amira mencuci semua peralatan kotor bekas memasak barusan. Amira sarapan. Kemudian menyiapkan bekal makanan untuknya nanti saat bekerja. Wanita itu juga membawa obat dari dokter kemarin. Mulai sekarang. Amira harus hidup hemat dan menjaga kesehatannya. "Sekarang aku harus bisa mengatur keuangan. Aku juga harus tetap sehat. Demi kamu." Amira berbicara sambil mengelus perutny
Amira di jemput oleh Nikil. Mereka berdua pergi ke rumah sakit bersama. juga saat pulang pun mereka bersama. Hingga hari-hari berikutnya. Mereka menjadi terbiasa. "Mir. Aku sudah daftarkan kamu untuk priksa kandungan. Nanti sebelum makan siang. Kamu ke poly kandungan ya!" Titah Nikil pada Amira. "Iya Dok. Terimakasih." Jawab Amira. Seperti yang di perintahkan oleh Dokter Nikil. Sebelum makan siang. Amira memeriksakan kandungannya. Dan setelah itu. Dia kembali ke ruangan Dokter Nikil lagi. Dan di sana. Dokter tampan itu sudah menunggunya. "Bagaimana?" Tanya Nikil. "Maksud Dokter. Apanya?" Amira balik bertanya. "Bagaimana kandunganmu?" Nikil mengulangi pertanyaannya. "Oh. Baik Dok. bayi nya sehat." Jawab Amira. "Kalau begitu kamu makan dulu. Setelah itu minum obat. Sudah di ambilkan tadi obatnya?" Titah Nikil lagi. Amira tidak berani menolak. wanita itu selalu menurut perintah dari Dokter itu. Lagipula. Yang di perintahkannya. Itu demi kebaikan diri dan bayi dalam kandungannya
Hari ini Amira melakukan pekerjaan seperti biasa. Tanpa ada rasa mual saat pagi hari. Dan sampai pulang kerja. Wanita itu tetap merasa baik-baik saja. Nikil mengantarkan Amira pulang seperti biasa juga. Tapi kali ini. Pria itu mampir sebentar di kediaman asistennya itu. "Silakan duduk Dok. Mau minum apa?" Amira mempersilakan Dokter tampan itu untuk duduk di ruang tamunya. Dan juga menawarinya minuman. "Teh hangat saja kalau ada." Jawab Dokter Nikil. "Sebentar ya Dok!" Ucap Amira. Wanita itu menuju ke dapur. Lalu keluar membawakan minuman untuk tamunya. "Ini Dok. Silakan di minum! Maaf nunggu lama." Ucap Amira. "Tidak kok. Biasa saja." Jawab Nikil sambil menyeruput minumannya. "Rumah ini masih sama ya. Seperti saat pertama kali aku di minta datang ke sini." Ucap Nikil. Amira tidak merasa menyuruh Dokter itu ke rumahnya. Dia sendiri yang bersedia menjemput dan mengantarkannya pulang. "Maaf Dok. Saya tidak menyuruh Dokter untuk antar jemput saya. Itu kemauan Dok
Alisa duduk bersandar di atas kasur. Sambil menangis. Wanita itu mengatakan kalau dia tidak pernah membagi cintanya pada pria manapun. Dia berbicara sendiri seolah suaminya itu ada di depannya. Farel menyusul ke kamar. Lalu duduk di sebelah istri tercintanya itu. Dia minta maaf karena sudah membuatnya menangis. "Lisa. Mas minta maaf ya. Bercanda mas memang kelewatan. Mas tahu kalau mas ini adalah pria satu-satunya yang ada di hatimu." Ucap Farel. Alisa menatap pada suaminya yang berdiri di sebelahnya. "Bercanda?" Tanya Alisa. "Iya. Mas cuma bercanda. Hanya pengen menggodamu saja. Maaf ya sayang." Ucap Farel sambil memeluk istri tercintanya. "Tapi candaan mas itu keterlaluan. Mas tahu. Aku paling takut kalau orang yang aku cintai sudah tidak percaya lagi padaku. Karena itu aku selalu setia." Alisa menangis di pelukan suaminya. "Apa kamu mau maafin aku?" Tanya Farel. Alisa mengangguk dan tersenyum. Farel sangat mencintai Alisa. Dan senyuman istrinya itulah yang membuatny
Alisa dan Amira. Mereka berdua menyiapkan makan malam untuk bersama. Sedangkan Nikil asik mengobrol bersama dengan Farel. Membicarakan masalah pekerjaan di rumah sakit. Nikil minta saran dan pendapat sahabatnya itu. Apakah dia harus menolong atau menerima di tugaskan di Bali. Karena sejatinya pria itu sudah merasa nyaman bekerja dekat dengan tempat tinggalnya sendiri. "Menurut kamu bagaimana?" Tanya Nikil. 'Semua terserah kamu sendiri. Kalau kamu siap ya terima saja. Siapa tahu kamu nanti ketemu jodoh di sana." Jawab Farel. Pria itu malah menggodanya. "Kamu ini. Tau sendiri kan? Lima tahun aku belum bisa move on darinya. Apalagi sekarang dia sudah mulai dekat denganku. Aku tidak bisa meninggalkan dia sendirian." Ucap Nikil. "Iya sih. Sebenarnya aku senang kalian bisa dekat dan akrab. Tapi aku takut kalau nanti kamu kecewa lagi." Farel mengkhawatirkan nasib Nikil nantinya. "Mungkin aku harus merelakan lagi. Karena kebahagiaanku. Itu bisa melihatnya bahagia." Nikil berucap lagi
"Oh ya? Aku juga mau pergi ke sana. Aku ada perlu sama Dokter Farel. Karena hari ini dia tidak datang. Ya terpaksa aku yang harus pergi ke rumahnya." Ucap Nikil berbohong. Tapi memang Dokter Farel tidak masuk hari ini. "Memangnya Dokter Farel tidak masuk hari ini?"Tanya Amira. "Tidak. Dia ijin dua hari." Jawab Nikil. "Oh. Pantesan aku tidak melihatnya sejak tadi." Ucap Amira. "Bagaimana kalau kita pergi ke sana bareng? Mumpung kita se tujuan." Nikil mengajak Amira. "Hmmm. Boleh deh." Amira menyetujui ajakannya. Sore hari. Saatnya mereka berdua pulang. Nikil menunggu Amira di tempat parkir. Sedangkan wanita itu perutnya merasa mulas. Jadi dia harus buang air dulu. "Maaf ya Dok. Jadi harus menunggu lama." Ucap Amira setelah sampai di mobil milik Nikil. "Tidak juga." Jawab Nikil. Nikil melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Mobil pria itu tidak mengarah ke rumah Alisa. Tapi ke tempat yang Amira sendiri belum pernah melewatinya. Amira tidak menyadari kalau kendaraa
Alisa duduk bersandar di atas kasur. Sambil menangis. Wanita itu mengatakan kalau dia tidak pernah membagi cintanya pada pria manapun. Dia berbicara sendiri seolah suaminya itu ada di depannya. Farel menyusul ke kamar. Lalu duduk di sebelah istri tercintanya itu. Dia minta maaf karena sudah membuatnya menangis. "Lisa. Mas minta maaf ya. Bercanda mas memang kelewatan. Mas tahu kalau mas ini adalah pria satu-satunya yang ada di hatimu." Ucap Farel. Alisa menatap pada suaminya yang berdiri di sebelahnya. "Bercanda?" Tanya Alisa. "Iya. Mas cuma bercanda. Hanya pengen menggodamu saja. Maaf ya sayang." Ucap Farel sambil memeluk istri tercintanya. "Tapi candaan mas itu keterlaluan. Mas tahu. Aku paling takut kalau orang yang aku cintai sudah tidak percaya lagi padaku. Karena itu aku selalu setia." Alisa menangis di pelukan suaminya. "Apa kamu mau maafin aku?" Tanya Farel. Alisa mengangguk dan tersenyum. Farel sangat mencintai Alisa. Dan senyuman istrinya itulah yang membuatny
Hari ini Amira melakukan pekerjaan seperti biasa. Tanpa ada rasa mual saat pagi hari. Dan sampai pulang kerja. Wanita itu tetap merasa baik-baik saja. Nikil mengantarkan Amira pulang seperti biasa juga. Tapi kali ini. Pria itu mampir sebentar di kediaman asistennya itu. "Silakan duduk Dok. Mau minum apa?" Amira mempersilakan Dokter tampan itu untuk duduk di ruang tamunya. Dan juga menawarinya minuman. "Teh hangat saja kalau ada." Jawab Dokter Nikil. "Sebentar ya Dok!" Ucap Amira. Wanita itu menuju ke dapur. Lalu keluar membawakan minuman untuk tamunya. "Ini Dok. Silakan di minum! Maaf nunggu lama." Ucap Amira. "Tidak kok. Biasa saja." Jawab Nikil sambil menyeruput minumannya. "Rumah ini masih sama ya. Seperti saat pertama kali aku di minta datang ke sini." Ucap Nikil. Amira tidak merasa menyuruh Dokter itu ke rumahnya. Dia sendiri yang bersedia menjemput dan mengantarkannya pulang. "Maaf Dok. Saya tidak menyuruh Dokter untuk antar jemput saya. Itu kemauan Dok
Amira di jemput oleh Nikil. Mereka berdua pergi ke rumah sakit bersama. juga saat pulang pun mereka bersama. Hingga hari-hari berikutnya. Mereka menjadi terbiasa. "Mir. Aku sudah daftarkan kamu untuk priksa kandungan. Nanti sebelum makan siang. Kamu ke poly kandungan ya!" Titah Nikil pada Amira. "Iya Dok. Terimakasih." Jawab Amira. Seperti yang di perintahkan oleh Dokter Nikil. Sebelum makan siang. Amira memeriksakan kandungannya. Dan setelah itu. Dia kembali ke ruangan Dokter Nikil lagi. Dan di sana. Dokter tampan itu sudah menunggunya. "Bagaimana?" Tanya Nikil. "Maksud Dokter. Apanya?" Amira balik bertanya. "Bagaimana kandunganmu?" Nikil mengulangi pertanyaannya. "Oh. Baik Dok. bayi nya sehat." Jawab Amira. "Kalau begitu kamu makan dulu. Setelah itu minum obat. Sudah di ambilkan tadi obatnya?" Titah Nikil lagi. Amira tidak berani menolak. wanita itu selalu menurut perintah dari Dokter itu. Lagipula. Yang di perintahkannya. Itu demi kebaikan diri dan bayi dalam kandungannya
Pagi sekali Amira bagun. Wanita itu merasakan mual yang amat sangat. Rasanya ingin memuntahkan semua isi di dalam perutnya. Amira bangun dan berlari menuju ke kamar mandi. Dia memuntahkan semua yang di makan nya semalam. Wanita itu merasa lemas setelah semua isi perutnya di rasa kosong. "Kenapa setiap pagi selalu seperti ini?" Amira bertanya pada dirinya sendiri. Wanita itu merasa keadaannya sangat lemah sekarang. Setelah di rasa sudah mulai baikan. Amira segera mandi dan mengambil whudlu. Kemudian menunaikan sholat dua rakaat. Setelah itu baru membuat masakan untuk dirinya sendiri. "Akhirnya selesai juga." Amira mencuci semua peralatan kotor bekas memasak barusan. Amira sarapan. Kemudian menyiapkan bekal makanan untuknya nanti saat bekerja. Wanita itu juga membawa obat dari dokter kemarin. Mulai sekarang. Amira harus hidup hemat dan menjaga kesehatannya. "Sekarang aku harus bisa mengatur keuangan. Aku juga harus tetap sehat. Demi kamu." Amira berbicara sambil mengelus perutny
Saat Amira keluar dari minimarket. Nikil masih berada di depan mobilnya. Pria itu ternyata sedang menunggunya. Dia mau mengajak Amira pulang bersamanya. "Ayok kita pulang!" Ajak pria itu sambil menarik belanjaan yang di bawa oleh Amira. "Tapi kita kan beda arah." Tolak Amira. "Sudah cepat ayo masuk!" Nikil memaksa Amira untuk masuk ke dalam mobilnya. Amira menurut saja. Wanita itu masuk ke dalam mobil karena Nikil sudah membukakan pintu untuknya. Sampai di depan rumah Amira. Nikil memarkirkan mobilnya tepat di depan pintu. Kemudian pria itu turun dan kembali membukakan pintu mobilnya. Amira pun turun setelah pintu mobil di bukakan. Wanita itu langsung masuk ke dalam rumah. Dia lupa kalau sedang bersama dengan Nikil. Bukan suaminya. "Ini mau taruh di mana?" Tanya Nikil sambil menunjukkan belanjaan yang di bawanya. "Ya Allah. Maaf ya. Aku lupa kalau tadi aku..." Amira tidak meneruskan ucapannya. Dia langsung mengalihkan pembicaraan. Karena tidak mau membahas tentang suaminya.
Siang ini. Amira pergi ke rumah sakit. Tempat dimana Farel bekerja. Wanita itu menemui kakak iparnya lebih dulu. Menuju ke ruangannya. Tok tok tok "Masuk!" Ucap Farel dari dalam ruangannya. "Kak Farel tadi yang minta aku datang ke sini?" Tanya Amira sambil masuk ke ruangan itu. "Iya. Silahkan duduk!" Titah Farel. Amira pun duduk di depan meja kerja Farel. Mereka berdua duduk saling berhadapan. Sambil menunggu kedatangan teman kerjanya. "Ada pekerjaan apa buatku kak?" Tanya Amira. "Kamu penginya kerja apa?" Farel balik bertanya. "Apa saja. Yang penting bisa kerja. Biar ada kegiatan dan punya penghasilan." Jawab Amira. Tak berapa lama. Orang yang di maksud oleh Farel pun datang. Dia masuk ruangan itu lalu duduk di bangku sebelah Amira. "Ini temanku yang sedang membutuhkan seorang asisten. Dia adalah Dokter Nikil Saputra." Farel memperkenalkan temannya pada Amira. "Kamu Dokter yang tadi kan?" Tanya Amira. "Ibu Amira kan?" Nikil balik bertanya. "Iya. Saya Amira.
Amira menceritakan tentang menghilangnya Amar. Suaminya itu pergi tak pernah kembali. Dia sudah menghilang bak di telan bumi. Karena itulah Amira minta untuk di carikan pekerjaan. Agar bisa punya penghasilan sendiri. Untuk bisa menyambung hidup. untuk bisa memghilangkan kesedihannya. "Tolong ya kak Lisa kan punya banyak teman. Kak Farel juga. Bantuin adik iparmu yang sedang kesusahan ini." Rayu Amira. "Kamu tidak perlu susah. Aku bisa bantu keuangan kamu. Nanti Lisa yang mengaturnya." Jawab Farel. "Tapi aku juga butuh kesibukan." Jawab Amira. Farel dan Alisa berjanji. Mereka akan membantu Amira untuk mencarikan pekerjaan. Mereka bertiga asik mengobrol hingga petang. Setelah merasa cukup lama bertamu di rumah adiknya. duo sejoli itu pamit pulang. Alisa juga berjanji. Dia akan datang lagi besok. Sebelum berangkat bekerja. Dia akan mampir dulu. Pukul tujuh pagi. Pintu rumah Amira sudah ada yang mengetuk. Ternyata benar. Alisa datang ke rumah sebelum berangkat kerja. "Kak