Aku tertegun selama beberapa menit.Akhirnya teriakan Jasmine yang menyadarkanku dari lamunan. "Kamu nggak dengar? Cepat pergi! Aku peringatkan, kamu dan anak haram itu jangan pernah mengganggu kehidupan kami lagi!"Aku menarik napas dalam-dalam, lalu membalikkan badan dan pergi meninggalkan tempat itu.Tiba-tiba Harry berteriak, "Maya ...."Aku tidak menghentikan langkahku. Sesaat membuka pintu, sekelompok karyawan yang sedang menguping langsung membubarkan diri.Sesampainya di mobil, aku duduk mematung selama beberapa saat. Tenggorokanku terasa pahit, tanganku bergetar memegang setir.Aku menggertakkan gigi dengan marah, aku tidak menyangka Harry tega membuang putrinya sendiri. Harry benar-benar telah berubah.Setelah menemui mereka, aku merasa seluruh tenagaku habis terkuras.Ponselku terus berdering, tetapi aku belum sanggup berbicara. Aku berusaha menenangkan diri, lalu baru menjawab panggilan tersebut."Kok lama jawab teleponnya?" Terdengar suara lembut di ujung telepon.Tangisan
Harry menatap aku dan Taufan yang beranjak pergi, dia masih berusaha mencerna semua yang terjadi.Dua hari kemudian, aku menyelesaikan serangkaian proses administrasi perpindahan sekolah Adele. Aku tinggal di daerah sini, jadi wajar saja aku memindahkan anakku ke sekolah ini.Ketika sedang mengunjungi kelas Adele, aku mendengar dua orang wanita yang bergosip di luar. "Bukannya kuota murid sudah penuh? Kok masih menerima siswa baru?""Kamu nggak tahu siapa murid baru itu?" tanya wanita yang lebih muda."Memangnya dia siapa?" Guru yang satu bertanya balik. Mereka berbisik-bisik, aku tidak mendengar jelas pembicaraannya.Aku hanya bisa melihat ekspresi guru yang begitu terkejut. Dia membelalak sampai menganga, aku tidak mengerti kenapa guru itu terlihat sangat kaget?Apakah Taufan menggunakan koneksi tertentu? Aku tidak mau berpikir terlalu banyak, memindahkan sekolah Adele adalah prioritas utama.Saat pulang sekolah, Adele menceritakan kegiatannya hari ini. "Mama, aku menyukai sekolah ya
"Harry, apa katamu?" Jasmine memelototi Harry. Dia mendengar ucapan Harry kepadaku.Aku muak melihat wajah Jasmine. "Silakan bertengkar di rumah, jangan membuat keributan di kantorku. Ini tempat kerja, bukan mengurus rumah tangga."Kebetulan Oscar masuk ke ruanganku sambil membawa setumpuk dokumen. Dia mengerutkan alis saat melihat ruanganku yang ramai.Shea bergegas mengulurkan tangan. "Pak Harry, silakan."Melihat satu per satu karyawan yang masuk ke ruanganku, Harry membalikkan badan dan pergi meninggalkan kantorku.Jasmine memelototiku. "Kamu menggodanya lagi? Maya, kamu nggak bisa hidup tanpa pria, ya? Cara apa lagi yang kamu gunakan untuk merayu Harry?"Aku mengambil selembar fotokopi kartu keluarga, lalu melemparkan dokumen asli ke kaki Jasmine. "Bawa pergi, jaga suamimu baik-baik. Jangan sampai direbut wanita lain."Amarah Jasmine langsung meledak saat melihat kartu keluarga yang aku lemparkan. "Bagus, bagus banget! Ternyata dia diam-diam mengantarkan kartu keluarga kepadamu. M
Teriakan Adele membangunkanku dari lamunan. "Mama, makan nggak boleh bicara. Kata Nenek, nggak bagus untuk pencernaan. Menjawab telepon saat makan salah, lho!"Aku tertawa mendengar omelan Adele. Aku bergegas menyimpan ponselku, lalu mencium pipinya. "Em, kamu benar."Aku lebih tenang setelah Taufan meneleponku. Tampaknya Taufan sudah memperhitungkan semuanya.Keesokan hari, Danny ke ruanganku sambil membawa sebuah kotak besar. "Bu Maya, gaun untukmu."Tadi malam Taufan mengatakan akan mengantarkan gaun pesta. Aku tidak menyangka dia benar-benar mengirimkannya.Danny meletakkan kotak tersebut ke atas sofa, lalu pamit dan pergi meninggalkan ruanganku.Aku penasaran, aku tidak sabar melihat gaun yang dikirimkan Taufan. Begitu membuka kotak tersebut, aku melihat sehelai gaun berwarna putih yang dihiasi berlian menyilaukan.Gaun ini seperti gaun di dalam dongeng. Aku tidak sabar ingin mengenakannya. Selam menjalin hubungan selama 10 tahun bersama Harry, aku tidak pernah membeli pakaian mah
Ketika menghampiri Gilbert, aku baru menyadari keberadaan Pak Arka, sosok misterius yang berdiri tak jauh dari sana.Otakku langsung berputar cepat, aku merangkul lengan Oscar sambil berbisik. "Pria paruh baya itu bernama Arka Storia. Aku harus menyapanya dulu."Aku menghampiri Arka sambil tersenyum. Dia memiliki mata yang tajam, dia langsung mengenaliku. "Maya?""Halo, Pak! Apa kabar?" Aku sengaja memanggilnya Pak, bukan Pak Arka.Aku tidak menjabat tangannya seperti orang lain. Aku berdiri di sampingnya sambil tersenyum ramah. "Aku tidak menyangka bisa bertemu Anda di sini. Terima kasih atas bantuan Anda tempo hari.""Ah, hal kecil, tidak perlu sungkan." Pak Arka bersikap santai. "Perkenalkan, Beliau adalah Harison Cakra."Aku baru sadar, ternyata pria yang sedang mengobrol dengan Pak Arka adalah Harison."Salam kenal, Pak Harison. Saya adalah Maya, pemilik perusahaan Aurous Construction." Aku memperkenalkan diri dengan sopan dan hormat.Awalnya Harison melirik Arka dengan tatapan ra
Manuela menyeringai dingin. "Salam kenal. Akhirnya aku berkesempatan bertemu kamu. Aku dengan Bu Maya adalah wanita yang tangguh dan pekerja keras. Aku harus banyak belajar darimu."Meskipun kata-katanya berisi pujian, aku merasa sikapnya tidak bersahabat. Terutama, dia menekankan kata "belajar"."Bu Manuela terlalu memujiku. Justru aku yang harus belajar dari Bu Manuela." Aku sengaja memuji Manuela, sekarang bukan momen yang tepat untuk bertengkar. Apalagi ada banyak tamu penting yang hadir, tidak boleh menyinggung siapa pun."Bu Maya terlalu rendah hati." Manuela berbicara kepadaku dengan intonasi yang sinis dan merendahkan. "Silakan nikmati pestanya. Para pria yang menghadiri pesta ini adalah orang baik. Tidak akan ada yang berani mengganggumu."Manuela membalikkan badan dan pergi meninggalkanku setelah mengobrol.Beberapa orang yang ada di sekitar pun menoleh ke arahku. Wajahku sontak memerah, Manuela sengaja mempermalukanku di depan umum. Manuela pasti mengetahui kejadian malam it
Hatiku bergetar melihat kedekatan Luna dan Manuela. Apakah mereka akan bekerja sama untuk menyerangku?Di samping mereka, aku juga melihat Gilbert dan Taufan yang sedang berbincang. Mereka tidak tampak seperti pesaing, justru malah kelihatan akrab dan bersahabat.Dunia bisnis sangat mengerikan, semua orang mengenakan topeng dan penuh sandiwara.Di saat bersamaan, Luna mengangkat gelas yang dipegang sambil tersenyum ke arahku. Manuela mengikuti arah pandang Luna. Seketika Manuela menyeringai sinis kepadaku.Aku mendengus dingin sambil berbisik kepada Hana, "Kayaknya kamu benar, dia orang yang pendendam.""Nggak heran, Keluarga Raven berusaha keras untuk menyanjung Keluarga Cakra. Walaupun Gilbert sangat berhati-hati, Manuela bukan wanita yang mudah dihadapi. Sekarang semua anggota Keluarga Raven sudah tidak memiliki kuasa di perusahaan. Aku malah bingung kalau dia nggak marah," jawab Hana."Seandainya semua keberuntungan ini digunakan untuk memenangkan lotre." Aku tersenyum kecut."Kamu
Seketika aku pun gugup, aku tidak berani memastikan apakah Harry melihat aku dan Taufan yang berciuman. Jangan-jangan Harry benar melihatnya? Bajingan ini selalu mengganggu hidupku.Aku sangat kesal, semua gara-gara Taufan.Di saat bersamaan, Luna juga datang menghampiriku. Dia menyapaku sambil tersenyum lembut. "Maya, akhirnya aku menemukanmu. Kok kamu di sini? ngapain?"Luna melirik Harry dan tangannya yang memberikan segelas anggur merah kepadaku. "Apakah aku mengganggu kalian?"Ketika membalikkan badan, dua orang pria melintas di belakang dan tidak sengaja menabraknya. Harry tidak marah, dia menatapku sambil tersenyum bahagia. Dia bersenang-senang di atas penderitaanku."Nggak, kok. Kami lagi membicarakan sesuatu, ada kaitannya dengan Nona Luna."Pria yang tidak sengaja menabrak Harry masih berusaha meminta maaf kepadanya. Dia menepuk pakaian Harry yang ketumpahan anggur merah. "Aduh, maaf."Harry kesal karena merasa terganggu. Dia melirik kedua pria itu, lalu kembali menatap Luna.