Teriakan Adele membangunkanku dari lamunan. "Mama, makan nggak boleh bicara. Kata Nenek, nggak bagus untuk pencernaan. Menjawab telepon saat makan salah, lho!"Aku tertawa mendengar omelan Adele. Aku bergegas menyimpan ponselku, lalu mencium pipinya. "Em, kamu benar."Aku lebih tenang setelah Taufan meneleponku. Tampaknya Taufan sudah memperhitungkan semuanya.Keesokan hari, Danny ke ruanganku sambil membawa sebuah kotak besar. "Bu Maya, gaun untukmu."Tadi malam Taufan mengatakan akan mengantarkan gaun pesta. Aku tidak menyangka dia benar-benar mengirimkannya.Danny meletakkan kotak tersebut ke atas sofa, lalu pamit dan pergi meninggalkan ruanganku.Aku penasaran, aku tidak sabar melihat gaun yang dikirimkan Taufan. Begitu membuka kotak tersebut, aku melihat sehelai gaun berwarna putih yang dihiasi berlian menyilaukan.Gaun ini seperti gaun di dalam dongeng. Aku tidak sabar ingin mengenakannya. Selam menjalin hubungan selama 10 tahun bersama Harry, aku tidak pernah membeli pakaian mah
Ketika menghampiri Gilbert, aku baru menyadari keberadaan Pak Arka, sosok misterius yang berdiri tak jauh dari sana.Otakku langsung berputar cepat, aku merangkul lengan Oscar sambil berbisik. "Pria paruh baya itu bernama Arka Storia. Aku harus menyapanya dulu."Aku menghampiri Arka sambil tersenyum. Dia memiliki mata yang tajam, dia langsung mengenaliku. "Maya?""Halo, Pak! Apa kabar?" Aku sengaja memanggilnya Pak, bukan Pak Arka.Aku tidak menjabat tangannya seperti orang lain. Aku berdiri di sampingnya sambil tersenyum ramah. "Aku tidak menyangka bisa bertemu Anda di sini. Terima kasih atas bantuan Anda tempo hari.""Ah, hal kecil, tidak perlu sungkan." Pak Arka bersikap santai. "Perkenalkan, Beliau adalah Harison Cakra."Aku baru sadar, ternyata pria yang sedang mengobrol dengan Pak Arka adalah Harison."Salam kenal, Pak Harison. Saya adalah Maya, pemilik perusahaan Aurous Construction." Aku memperkenalkan diri dengan sopan dan hormat.Awalnya Harison melirik Arka dengan tatapan ra
Manuela menyeringai dingin. "Salam kenal. Akhirnya aku berkesempatan bertemu kamu. Aku dengan Bu Maya adalah wanita yang tangguh dan pekerja keras. Aku harus banyak belajar darimu."Meskipun kata-katanya berisi pujian, aku merasa sikapnya tidak bersahabat. Terutama, dia menekankan kata "belajar"."Bu Manuela terlalu memujiku. Justru aku yang harus belajar dari Bu Manuela." Aku sengaja memuji Manuela, sekarang bukan momen yang tepat untuk bertengkar. Apalagi ada banyak tamu penting yang hadir, tidak boleh menyinggung siapa pun."Bu Maya terlalu rendah hati." Manuela berbicara kepadaku dengan intonasi yang sinis dan merendahkan. "Silakan nikmati pestanya. Para pria yang menghadiri pesta ini adalah orang baik. Tidak akan ada yang berani mengganggumu."Manuela membalikkan badan dan pergi meninggalkanku setelah mengobrol.Beberapa orang yang ada di sekitar pun menoleh ke arahku. Wajahku sontak memerah, Manuela sengaja mempermalukanku di depan umum. Manuela pasti mengetahui kejadian malam it
Hatiku bergetar melihat kedekatan Luna dan Manuela. Apakah mereka akan bekerja sama untuk menyerangku?Di samping mereka, aku juga melihat Gilbert dan Taufan yang sedang berbincang. Mereka tidak tampak seperti pesaing, justru malah kelihatan akrab dan bersahabat.Dunia bisnis sangat mengerikan, semua orang mengenakan topeng dan penuh sandiwara.Di saat bersamaan, Luna mengangkat gelas yang dipegang sambil tersenyum ke arahku. Manuela mengikuti arah pandang Luna. Seketika Manuela menyeringai sinis kepadaku.Aku mendengus dingin sambil berbisik kepada Hana, "Kayaknya kamu benar, dia orang yang pendendam.""Nggak heran, Keluarga Raven berusaha keras untuk menyanjung Keluarga Cakra. Walaupun Gilbert sangat berhati-hati, Manuela bukan wanita yang mudah dihadapi. Sekarang semua anggota Keluarga Raven sudah tidak memiliki kuasa di perusahaan. Aku malah bingung kalau dia nggak marah," jawab Hana."Seandainya semua keberuntungan ini digunakan untuk memenangkan lotre." Aku tersenyum kecut."Kamu
Seketika aku pun gugup, aku tidak berani memastikan apakah Harry melihat aku dan Taufan yang berciuman. Jangan-jangan Harry benar melihatnya? Bajingan ini selalu mengganggu hidupku.Aku sangat kesal, semua gara-gara Taufan.Di saat bersamaan, Luna juga datang menghampiriku. Dia menyapaku sambil tersenyum lembut. "Maya, akhirnya aku menemukanmu. Kok kamu di sini? ngapain?"Luna melirik Harry dan tangannya yang memberikan segelas anggur merah kepadaku. "Apakah aku mengganggu kalian?"Ketika membalikkan badan, dua orang pria melintas di belakang dan tidak sengaja menabraknya. Harry tidak marah, dia menatapku sambil tersenyum bahagia. Dia bersenang-senang di atas penderitaanku."Nggak, kok. Kami lagi membicarakan sesuatu, ada kaitannya dengan Nona Luna."Pria yang tidak sengaja menabrak Harry masih berusaha meminta maaf kepadanya. Dia menepuk pakaian Harry yang ketumpahan anggur merah. "Aduh, maaf."Harry kesal karena merasa terganggu. Dia melirik kedua pria itu, lalu kembali menatap Luna.
Aku merasa seakan ditelanjangi. Jika tidak memiliki rahasia, Harry tidak mungkin berani bersikap seangkuh ini. Aku memahami watak Harry, aku sendiri pernah merasakan bagaimana dia menjebakku.Aku melirik Taufan dengan sinis, dia sama sekali tidak memedulikan harga diriku."Tidak tahu malu!" Aku melontarkan kata-kata ini untuk Harry dan Taufan. Kemudian aku membalikkan badan dan pergi."Berhenti! Maya, kamu nggak mau lihat?" Harry tidak mau melepaskanku. "Kalau kamu pergi, pertunjukan ini jadi nggak seru."Luna menggenggam lenganku, dia tersenyum canggung, seperti mencoba untuk mencairkan suasana. "Kak Maya, semua salahku. Aku nggak tahu apa yang lagi kalian bicarakan. Aku ...."Aku melirik tangannya yang menggenggam erat lenganku. Dia tidak sedang berusaha membantuku. Sebaliknya, dia malah menyiram minyak ke api panas.Manuela muncul di tengah kerumunan. Dia melirik Luna yang menarik tanganku, lalu menatap Harry yang tersenyum keji. "Pak Harry, ada keributan apa lagi?""Bu Manuela, maa
Aku menghentikan langkahku, aku langsung mengerti apa yang terjadi.Angin sepoi-sepoi terasa sejuk. Aku menuruni tangga hotel dan menunggu taksi di tepi jalan. Aku dan Oscar datang dengan mengendarai mobil Oscar, aku tidak membawa mobil. Tadi aku sengaja berbohong karena tidak ingin merepotkan Gilbert.Aku menyuruh Oscar tinggal untuk memperluas koneksi. Para tamu yang hadir di pesta berasal dari kalangan konglomerat. Ini adalah kesempatan yang bagus untuk Oscar, sayang kalau dilewatkan. Sementara Hana bisa menggali beberapa informasi penting yang mungkin akan berguna untukku.Hari ini aku merasakan ada yang aneh dengan sikap Luna. Aku juga yakin, kedatangan Taufan hari ini bukan untuk memberikan ucapan selamat kepada Gilbert.Seharusnya aku tidak datang ke pesta malam ini, aku hanya mempermalukan diri sendiri. Dulu aku terlalu memandang tinggi Harry, dia hanyalah seorang pecundang. Dibandingkan dengan Taufan dan Gilbert, Harry hanya butiran debu.Setelah masuk ke dalam taksi, bagian b
Setelah melepaskan seluruh pakaiannya, Harry langsung menindihku di atas tempat tidur. Aku menggigitnya dan menendangnya dengan sekuat tenaga, lalu berteriak minta tolong. Dia seperti seekor harimau kelaparan. Kedua matanya sangat merah, sementara mulutnya mengeluarkan suara tawa yang menakutkan."Dulu kamu nggak begini. Bukannya kamu sangat menyukaiku? Hari ini, aku akan membuatmu merasakan kenikmatan yang nggak akan pernah kamu lupakan! Hahaha ...," ucap Harry. "Harry, lepaskan aku ...," kataku memohon dengan putus asa. Aku merasa sangat jijik. Aku lebih baik mati daripada harus disentuh oleh pria berengsek ini.Harry menamparku lagi. Saat ini, kepalaku terasa pusing dan hidungku mimisan."Dasar, nggak tahu diri. Kalau kamu patuh, aku akan bersikap lembut seperti dulu. Maya, aku juga nggak mau seperti ini. Aku nggak mau menamparmu dan ingin menyayangimu. Setelah berpisah untuk waktu yang lama, aku sangat rindu untuk bercinta denganmu. Bukankah begini sangat bagus? Kita ...," ujar Ha