Share

Menantu yang Tersakiti
Menantu yang Tersakiti
Author: Icha1109

Pengantin Baru

Author: Icha1109
last update Last Updated: 2024-10-29 19:42:56

"Saya terima nikah dan kawinnya, Kahiyang Ayu Jelita binti Purwanto dengan mas kawin tersebut, tunai,"

Ucapan Ijab kabul dari suamiku, Zidan Anggara telah resmi menjadikan kami sebagai pasangan suami istri. Suasana gembira dan penuh haru menyelimuti masjid Al - Ikhlas hari itu sebagai penanda bahwa ada dua orang insan yang telah menyatu sebagai pasangan suami istri dalam suatu mahligai rumah tangga.

"Selamat ya nak, semoga pernikahan kalian sakinah, mawaddah dan warahmah. Langgeng sampai kakek nenek dan cepat dapat momongan supaya ibu bisa punya cucu," ucap Ibuku sambil memelukku dengan erat dan berlinang air mata menyaksikan putri kesayangannya yang telah resmi menjadi seorang istri.

Perasaanku hari itu sangat bahagia, bagaimana tidak? Pria yang baru aku kenal selama tiga bulan tersebut resmi menjadikanku sebagai istri sahnya.

"Sekarang kita sudah resmi menjadi suami istri sayang," ucap Suamiku, sambil tersenyum manis kepadaku.

Malam itu juga kami menyelenggarakam seremoni pernikahan kami di sebuah hotel mewah. Dengan dekorasi yang indah membuat siapapun takjub melihatnya. Semua biaya pernikahan kami ditanggung oleh suamiku dan keluarganya. Aku memang sangat beruntung mempunyai suami yang sudah terbilang mapan.

"Wah, selamat ya Kahiyang! Selamat menempuh hidup baru!" Mentari sahabatku datang ke resepsi pernikahanku dengan membawakanku kado pernikahan.

"Terima kasih sayang, kamu cepat menyusul juga ya!" jawabku kepada Mentari, sahabatku.

Malam itu banyak teman - teman dan keluargaku yang datang, karena banyaknya tamu undangan sampai - sampai aku tidak sempat untuk makan dan hanya menghabiskan satu gelas es buah saja.

"Tenang ya sayang, habis ini nanti aku suapin kamu," ucap Zidan suamiku, yang mengerti bahwa aku sedang kelaparan.

Aku tersenyum bahagia karena suamiku pengertian, betapa senangnya hati ini bisa menikah dengan pria idamanku.

Acara resepsi kami digelar dari jam tujuh malam hingga selesai jam sepuluh malam. Tubuh ini sangat lelah karena banyaknya tamu yang berdatangan membuatku hampir berdiri terus dipelaminan.

Seluruh sahabat dan keluarga hadir memeriahkan pesta kami. Kado pernikahan sampai menggunung, membuatku berpikir keras bagaimana cara membawanya pulang. Ucapan selamat dan do'a yang diucapkan untukku dan sang suami, semakin membuatku senang dan terharu. Selepas acara, aku langsung menuju ke rumah suami dan tinggal disana selama beberapa hari.

Tak terasa, acara resepsi kami telah usai. Setelah gedung telah beres dan barang - barang telah diangkat, aku beserta keluarga suami langsung pulang ke rumah.

"Sayang, kamu pasti capek kan?" tanya Suamiku sambil memijat kedua bahuku.

Aku mengangguk manja dan tersenyum manis kepada suamiku. Ia memijat kedua bahuku dan membawakanku sepiring makanan.

Jam menunjukkan pukul sebelas malam, meski tubuhku sangatlah lelah tetapi mata ini belum ingin terpejam.

Zidan saat itu menyuapiku makan malam, kami makan sepiring berdua. Alangkah ini romantisnya suamiku malam itu.

"Sayang, sudah ini kita boleh melakukan itu kan?" tanya Zidan sambil melirikku dengan senyumnya yang menggoda.

Aku tersipu malu karena paham dengan apa yang ia ucapkan. Malam itu adalah malam pertama kami dan kami melaluinya dengan sangat berbahagia sebagai pengantin baru.

"Kahiyang! Kahiyang!" suara Ibu mertuaku, Lidia membangunkanku dari tidur nyenyakku.

Dengan terpaksa diri ini bangkit dari tidur nyenyak dan dengan malas kaki ini melangkah membukakan pintu.

"Ada apa ibu?" tanyaku sambil menggosok - gosok mataku.

"Kamu itu mentang - mentang sudah jadi mantu di rumah ini tapi tidak boleh malas ya!" bentak Ibu Lidia dengan wajah marah.

Selama ini, tidak pernah kudengar suara Ibu Lidia yang kasar. Dia selalu bersikap manis kepadaku sewaktu aku dan Zidan masih berpacaran. Entah mengapa sikapnya langsung berubah saat aku sudah resmi menjadi istri sah dari anaknya.

"Maksud ibu?" tanyaku kembali karena tidak begitu mengerti dengan perkataan Ibu mertuaku tersebut.

"Ya bangun! kamu sekarang ke dapur dan masak terus bersih - bersih rumah juga!" pinta Ibu Lidia.

Setelah itu, Ibu Lidia langsung pergi dengan tatapan penuh kebencian kepadaku.

Padahal baru pukul enam pagi, sang baskara baru saja terbit tetapi diri ini sudah harus ke dapur untuk memasak juga bersih - bersih rumah, tubuhku juga masih terasa pegal dan sakit karena acara semalam.

Dengan langkah malas, aku menuju ke dapur. Terlihat banyak tumpukan piring kotor dimana - mana.

"Astaga, disini berantakan sekali," gumamku dalam hati sambil menggeleng - gelengkan kepalaku.

Memang ada banyak tamu juga yang datang ke rumah kemarin dan menyisakan tumpukan piring kotor. Aku tidak pernah membayangkan harus mencuci segunung piring kotor saat pagi - pagi buta seperti ini.

Aku pun mulai membersihkan semua walau dengan perasaan jengkel.

"Hei, apa kau sudah memasak? Aku sudah lapar!" bentak Ibu Lidia sambil memukul meja makan.

"Belum bu, aku baru selesai mencuci piring. Tadi ada banyak sekali tumpukan cucian piring," jawabku sembari menggeleng - gelengkan kepalaku.

"Halah, banyak alasan kamu! dasar mantu pemalas! cepat sana buatkan sarapan, aku sudah lapar!" perintah Ibu Lidia.

Aku tidak bisa menolak dan terpaksa memasak sarapan pagi itu. Bahan - bahan yang tersedia dikulkas aku olah menjadi masakan lezat. Beruntung Mas Zidan mempunyai istri yang pandai masak sepertiku karena aku pernah mengikuti kelas tata boga.

"Pagi ibu," Kak Diana, kakak pertama dari suamiku sudah bangun dan langsung menghampiri Ibu Lidia di dapur.

"Pagi sayang," ucap Ibu Lidia dengan senyum mengembang dibibirnya.

"Eh, Kahiyang kamu belum selesai masak ya? padahal aku sudah mau ke kantor ini!" keluh Kak Diana dengan muka masam.

"Tuh dengarkan Kahiyang! Anakku ini sudah mau berangkat kerja dan tidak sempat sarapan karena kamu!" ucap Ibu Lidia sambil menunjuk - nunjuk ke arahku.

Aku tidak bisa berkata apa - apa lagi, keluarga ini seperti memiliki dua kepribadian. Dulu Kak Diana sangat baik kepadaku, tak kusangka itu semua hanya sandiwara mereka dan dengan bodohnya aku tertipu.

"Maaf," ucapku dengan pelan seraya menunduk.

Kak Diana menatapku dengan tatapan sinisnya dan langsung pergi dari dapur, sepertinya ia akan pergi bekerja.

Ibu Lidia langsung menyusul anaknya keluar dan meninggalkanku sendirian di dapur.

Aku langsung dengan cepat menyelesaikan masakanku dan ingin kembali ke kamar untuk merebahkan tubuh ini yang sangat lelah.

"Duh, Mas Zidan belum bangun juga!" keluhku.

Seandainya suamiku ada disini, pastinya dia akan membelaku terhadap perlakuan ibu dan kakaknya yang seenaknya kepadaku.

"Fiuh, selesai juga," aku mengusap keringat yang membasahi dahiku karena lelah memasak dan akhirnya masakanku pun jadi.

Aku segera menata serapi mungkin makanan serta gelas dan piring diatas meja.

"Oke, sudah selesai," gumamku sambil tersenyum puas.

Setelah semua pekerjaan di dapur beres, aku langsung melangkahkan kaki menuju ke kamar kembali untuk beristirahat.

[KRIET]

Aku membuka pintu dengan pelan dan nampak suamiku masih tertidur dengan pulasnya.

"Tidurnya enak banget sayang," ucapku pelan sambil mengecup pelan kening suamiku.

Untuk satu minggu, suamiku cuti. Kami berencana berbulan madu ke Bali. Rasanya sangat senang, karena itu akan menjadi pengalaman pertamaku menginjak tanah Bali.

Karena sudah merasa sangat lelah, aku langsung menghamburkan tubuhku ke suamiku dan memejamkan mata.

[TOK]

[TOK]

[TOK]

Belum sempat lima menit diriku beristirahat, sudah ada yang mengetuk pintu kamarku lagi.

"Pasti Ibu Lidia," gumamku dengan sangat yakin.

Dengan langkah malas, aku menuju ke pintu dan membukanya.

[KRIET]

Benar saja, Ibu mertuaku sudah berdiri dengan tatapannya yang penuh amarah. Dengan kasar dia langsung menarik tanganku dengan kasar menjauh dari kamar, mungkin takut jika suaranya terdengar oleh suamiku.

"Heh, kamu tidak becus sekali ya! Semua makanan di meja di santap sama kucing!"

Related chapters

  • Menantu yang Tersakiti   Makan Hati di Rumah Suami

    Dengan langkah malas, aku menuju ke pintu dan membukanya.[KRIET]Benar saja, Ibu mertuaku sudah berdiri dengan tatapannya yang penuh amarah. Dengan kasar dia langsung menarik tanganku dengan kasar menjauh dari kamar, mungkin takut jika suaranya terdengar oleh suamiku."Heh, kamu tidak becus sekali ya! Semua makanan di meja di santap sama kucing!" Ucap Ibu mertuaku dengan tatapan tidak suka kepadaku."Tt -- tapi, aku sudah menutup semua makanan dengan tudung saji bu, jadi tidak mungkin kucing bisa memakannya," jawabku membela diri.Sangat tidak masuk akal, aku sudah menutup makanan dengan tudung saji tetapi mengapa bisa kucing memakannya? Kecuali ada orang yang membukanya dan lupa menutupnya kembali, atau ada yang sengaja membiarkan kucing memakan semua makanan?"Kamu sangat tidak becus! Udah sana kamu masak lagi! Ibu tidak mau tau!" bentak Ibu Mertuaku."Tapi bu,"Belum sempat aku menyelesaikan perkataanku, Ibu mertuaku sudah kembali ke dapur dengan wajah yang melongos kesal."Aduh,

  • Menantu yang Tersakiti   Berdebat Dengan Ipar

    "Zenith, kamu meminta uang tiga juta sama Mas Zidan? Apa itu tidak terlalu banyak?" Aku langsung muncul dan berbicara dari belakang hingga membuat Zenith sedikit terkejut karena keberadaanku.Zenith langsung menoleh kebelakang dan menatapku dengan tatapan penuh kebencian. Tiba - tiba Zenith langsung maju ke hadapanku dan langsung mendorong tubuhku sehingga aku terdorong ke belakang."KAMU TIDAK USAH IKUT CAMPUR, INI URUSANKU DENGAN KAKAKKU!" teriak Zenith dengan lantang tepat didepan wajahku.Air liur Zenith terpercik ke wajahku membuatku jijik dan membersihkannya dengan cepat."Ini ada apa ribut - ribut?" Tiba - tiba mertuaku datang dan langsung muncul ditengah - tengah pembicaraanku dengan Zenith. "Ini ma! Kak Kahiyang pelit sekali, masa aku minta uang sama Kak Zidan tidak boleh?" Ucap Zenith mengadu kepada ibunya.Ibu Mertuaku langsung saja menatapku tajam seperti ingin menerkamku hidup - hidup."Kamu itu ya keterlaluan sekali Kahiyang! Kamu tidak boleh melarang saudara - saudara

  • Menantu yang Tersakiti   Ipar Menyebalkan

    Kebetulan makananku dipiring belum habis dan aku berniat menghabiskannya. Tetapi, baru saja ingin menyuap potongan daging ayam goreng ke mulutku, tangan Zenith sudah berada dipiringku dan langsung mengambil ayam goreng lalapanku."Zenith, itu kan makananku!" Seruku karena terkejut Zenith tiba - tiba langsung mengambil ayam gorengku."Minta, punyaku sudah habis!" Ucap Zenith tanpa merasa bersalah, dan langsung melahap habis potongan ayam goreng didepanku."Hahaha," Sementara ibu tertawa dengan renyah melihat sikap Zenith.Harusnya ia memarahi anaknya karena perilakunya yang tidak sopan, tetapi dia malah memaklumi sikap Zenith dan menganggapnya lucu.Mas Zidan kulihat ia pasrah dengan kelakuan adiknya yang sangat luar biasa itu."Hum, kamu pesan aja lagi ya sayang?" Tanya Mas Zidan sambil mengelus lembut kepalaku."Tidak Mas, aku sudah kenyang!" Jawabku dengan penuh penekanan sambil menatap sinis ke arah Zenith."Jadi orang itu jangan pelit, baru ayam aja diambil langsung marah - marah

  • Menantu yang Tersakiti   Pencuri Dalam Rumah

    Aku menggeleng - gelengkan kepala melihat tingkah suamiku lalu berjalan keluar kamar menuju ke dapur untuk mengatur barang belanjaan sekaligus mengambil coklat dan beberapa snack milikku.Saat aku tiba di dapur, aku melihat plastik belanjaan yang sudah acak - acakan dan tidak menemukan coklat dan snack milikku."Siapa yang sudah mengambil coklat milikku?!" Teriakku dari arah dapur."Ada apa sih teriak - teriak?" Tiba - tiba Ibu langsung keluar dari kamarnya dan menghampiriku.Aku langsung menunjukkan plastik belanjaanku yang sudah terlihat berantakan dan mengatakam kalau cemilanku tidak ada."Mungkin kamu salah simpan!" Ucal Ibu dengan sangat yakin. "Bu, aku langsung menyimpan barang belanjaan disini sebelum masuk ke kamar mengganti baju! Bagaimana bisa aku salah simpan?" Jawabku dengan mantap."Sudah, ikhlaskan saja! Itu kan cuma makanan biasa," Tutur Ibu mertuaku sambil berlalu meninggalkanku sendirian yang masih berdiri mematung.Menyebalkan sekali! Kini cemilanku pun raib dicuri

  • Menantu yang Tersakiti   Siapakah Pencurinya?

    Aku segera membukanya lebar dan melihat dompetku kosong. Padahal sebelum aku tidur, masih ada tersisa uang sebesar empat ratus ribu rupiah lebih didalam dompetku."Mas, uangku hilang!" Seruku.Mas Zidan yang saat itu sudah berada di ambang pintu dan hampir keluar dari kamar, langsung menghampiriku."Bagaimana bisa sayang?" Tanya Mas Zidan yang juga sama terkejutnya denganku."Tidak tau Mas, aku sangat ingat tadi melihat isi dompetku masih ada uang sebesar empat ratus ribu rupih lebih mas," Jawabku dengan sangat yakin."Loh, kok sisa empat ratus dek? Bukannya ada sekitar satu juta uangmu?" Tanya Mas Zidan kembali dengan raut wajah terheran - heran.Aku pun menceritakan semuanya kepada Mas Zidan tentang paket Ibu yang kubayarkan siang tadi."Kenapa tidak bangunkan aku dek? Mas saja yang bayarkan Ibu!" Ucap Mas Zidan sambil menatap dompetku yang hanya tersisa uang dua ribu rupiah.Aku mengaku kalau merasa tidak enak jika harus membangunkan Mas Zidan, jadi aku berinisiatif membayarkan Ibu

  • Menantu yang Tersakiti   Pulang Kampung

    Aku butuh ketenangan agar terhindar dari segala amarah dan caci maki di rumah ini, jika terus - terusan begini aku bisa stress."Aku akan memberitahu Mas Zidan sebentar," Gumamku dalam hati.Baru saja aku ingin melangkahkan kaki masuk ke kamar mandi, tiba - tiba terdengar suara Ibu mertuaku yang berteriak dari luar kamar sambil menggedor - gedor pintu dengan keras."KAHIYANG, BUKA PINTUNYA!!!" Teriak Ibu dari luar."Astaghfirullah, ada apa lagi ini?" Gumamku dalam hati.Lekasku melangkahkan kaki menuju ke pintu dan membukanya."Ada apa bu?" Tanyaku dengan sopan."Kamu tuh ya, mantu kurang ajar! Pasti kamu yang mengadu di suami kamu kalau aku yang mencuri uangmu!" Bentak Ibu dengan suara yang menggelegar.Segera aku membela diri dan mengatakan bahwa aku hanya mengadu jika uangku hilang, tetapi tidak menuduh ibu sebagai pelakunya, tetapi tetap saja Ibu bersikeras bahwa aku menuduhnya sebagai pencuri."Astaghfirullah, tidak bu ... Ibu hanya salah salah paham!" "Lantas jika Ibu bukan pen

  • Menantu yang Tersakiti   Mama Meminta Maaf

    Pertanyaan demi pertanyaan memenuhi pikiranku hingga membuatku pusing sendiri. Apalagi mengingat perkataan Ibu yang mengatakan bahwa Mas Zidan sempat menolak untuk menikahiku karena ia sudah punya kekasih."Astaghfirullah,""Astahgfirullah,""Astaghfirullah,"Aku cepat beristighfar agar pikiranku menjadi tenang kembali.Tetapi, sebagai seorang perempuan aku pasti merasa cemburu karena aku sudah mencintai Mas Zidan. Tiba - tiba saja, mulut ini terbuka dan melontakan pertanyaan yang menjadi privasi Mas Zidan."APAKAH MAS ZIDAN DAHULU MEMPUNYAI KEKASIH DAN MASIH MENCINTAINYA SAMPAI SEKARANG?" Tanyaku dengan suara pelan.Mas Zidan yang sebelumnya pandangannya lurus kedepan, kini menoleh kepadaku dengan rautw wajah yang penuh kebingungan."Apa? Maksud kamu apa? Kamu tuduh aku berselingkuh?" Tanya Mas Zidan kembali."Bu -- bukan, bukan seperti itu Mas, hanya saja aku cuma mau tau," Jawabku dengan gugup.Dapat kulihat raut wajah Mas Zidan berubah, sepertinya ia tidak suka jika aku bertanya

  • Menantu yang Tersakiti   Berusaha Tegar

    Perlahan, aku membuka pintu dan tidak melihat Mas Zidan di kamar, rupanya ia sedang berada di toilet.[Drrt][Drrt]Kudengar suara ponsel Mas Zidan yang bergetar diatas nakas. Lekas aku penasaran dan meraih ponsel Mas Zidan.Mataku seketika membulat kala melihat sebuah pesan mesra yang tertampil dilayar ponsel Mas Zidan, meskipun ponselnya dikunci.[Sayang, hari ini kita jadi check - in di hotel kan?]"Astaghfirullah, apa - apaan ini?" Ucapku yang sangat terkejut melihat pesan mesra di ponsel suamiku."Siapa wanita ini? Apakah selingkuhan Mas Zidan?" Gumamku dalam hati. Aku mencoba untuk membuka password ponsel Mas Zidan, tetapi ternyata passwordnya sudah diganti.Aku berusaha mencoba untuk membukanya, tetapi menyadari jika Mas Zidan sudah selesai mandi, aku langsung mengurungkan niatku dan kembali meletakkan ponselnya diatas nakas.[KRIET]Mas Zidan keluar dari kamar mandi dengan rambut yang basah dan handuk yang melingkar pada tubuh bagian bawahnya. Segera, aku berpura - pura menca

Latest chapter

  • Menantu yang Tersakiti   Bertengkar

    "Astaghfirullah," Foto tersebut menunjukkan seorang pria yang begitu mirip dengan Suamiku, Mas Zidan tengah bercumbu dengan seseorang diatas mobil."Ya Allah, apa betul ini Mas Zidan?" Ucapku lagi.Berulang kali aku memperbesar gambar yang kulihat, mobilnya sama persis dengan mobil Mas Zidan, kemeja yang tadi dikenakan olehnya pun, nampak sangat sama."Ya Allah Mas, tega kamu berbuat begitu sama aku, hiks," Refleks ponselku jatuh dari genggamanku dan aku menangis."Mas, tega sekali kamu sama aku, hiks," Aku menangis berlinang air mata melihat foto Mas Zidan yang sedang bercumbu dengan perempuan lain diatas mobil."Tega sekali, Ya Allah,"Perih, sangat perih yang kurasakan. Hanya tangisan yang bisa kulakukan untuk menenangkan diriku. Suamiku telah berselingkuh diluar sana. Hal ini yang membuatku mantap untuk pergi dari rumah ini."Lihat saja Mas, aku akan pergi dari rumah ini, silahkan kamu urus perkawinanmu yang kedua, aku tidak peduli sama sekali dan aku tidak ingin ikut campur," G

  • Menantu yang Tersakiti   Sebuah Foto

    "Kahiyang, Zidan mana?" Tiba - tiba Ibu mertua muncul."Ada di kamar bu," Jawabku sambil mulai menyendokkan sepotong kue ke dalam mulut.Entah mengapa, bukannya menyusul Mas Zidan ke kamar, Ibu malahan memilih untuk ikut bergabung duduk bersamaku di ruang tengah.Aku tidak menggubris ibu dan tetap asyik menonton televisi sambil memakan kue kesukaanku. Biarkan saja dia merasa kesal karena aku terkesan cuek, aku tidak peduli lagi."Kahiyang, kira - kira pendapatmu bagaimana kalau Zidan menikah lagi? Suka atau tidak suka, kau harus menerimanya!" Tiba - tiba Ibu membahas hal itu lagi.Aku memutar kedua bola mataku karena merasa sangat kesal jika harus membahas hal itu lagi, bukankah mereka sudah tau kalau aku sama sekali tidak mau dimadu?"Sudah kukatakan berapa kali bu, aku tidak akan pernah menerima dan merestui pernikahan Mas Zidan yang kedua," Jawabku dengan malas.Tanpa kutatap wajah ibu, sudah kupastikan wajahnya berubah menjadi kesal dan cemberut."Kamu itu harus sadar, kamu tidak

  • Menantu yang Tersakiti   Mulai Cuek

    Aku mengelus dada mendengar jawaban dari ibu, jadi dia hanya membutuhkanku disini kurang lebih sebagai pembantu di rumahnya.“Tega kamu Mas!” Ucapku pelan namun penuh dengan penekanan. Kemudian aku memilih untuk beranjak dari sana. Ibu dan Mas Zidan masih terus memanggil – manggil namaku, tetapi aku memilih untuk tidak menoleh dan terus melangkah masuk ke dalam kamar.[PRANK]Aku membanting pintu kamar dengan sangat keras, kemudian menangis di dalam kamar.“Tega kamu mas, tega sekali kamu sama aku!”“Lihat saja Mas, aku akan menjadi seorang wanita yang sukses agar kamu tidak bisa menginjak – injakku begitu saja!” Gumamku dalam hati.Aku kemudian berniat untuk mencari pekerjaan sampingan untuk mendapatkan penghasilan tambahan, siapa tahu aku bisa sukses dan mendapat banyak keuntungan, aku bisa menabungnya untuk membuat usaha yang lebih besar lagi seperti usaha rumah makan.Kali ini, aku tidak akan menumpahkan banyak air mata lagi, sudah cukup kutumpahkan air mataku untuk pria brengsek

  • Menantu yang Tersakiti   Kedatangan Tamu

    DEG!Seketika mataku yang tadi sayu - sayu sudah ingin tertidur, kini segar kembali ditambah jantungku berpacu dengan sangat cepat, semakin menambah ketegangan yang kurasakan.Setelah berbicara ditelfon, segera Mas Zidan menuju ketempat tidur dan baring membelakangiku.Tidak berani aku menegurnya, takut dia terganggu dan marah.Aku masih memikirkan perkataan Mas Zidan tadi, meskipun ia berbisik namun telingaku masih mampu mendengar suaranya. Apalagi perkataannya sangat mengundang rasa penasaranku."Aku harus mencari tau, apa yang sedang direncanakan oleh Mas Zidan dan Ibu!" Batinku.“Assalamu’alaikum!”Tiba – tiba ada ucapan salam dari seseorang yang baru saja dating.“Wa’alaikumsalam” Jawab Ibu.Kudengar suara riuh dari luar, sepertinya lumayan banyak yang datang ke rumah malam ini.Bergegas aku mengenakan baju sopan serta hijab andalanku dan segera meluncur keluar.“Eh, Mba Kahiyang!” Sapa Lina, adik iparku.“Eh, Mba Lina! Masha Allah!” Jawabku sambil melakukan ritual cipika – cipik

  • Menantu yang Tersakiti   Mandul

    "Nak? Ini pertama kali dia memanggilku dengan sebutan "nak" hal ini semakin menjadikan instingku tajam bahwa ada sesuatu yang tidak beres yang sedang terjadi," Batinku.Saat aku masuk ke dalam kamar dan menutup pintu, tidak sengaja aku mendengar pembicaraanku dengan Ibu."Apa kalian sudah melakukanya?" Tanya Ibu."Sudah, aku yakin dia pasti akan hamil," Jawab Mas Zidan."Semoga, kalau tidak maka dia akan ditendang dari rumah ini!" Ucap Mas Zidan DEG!Hatiku bagai tersayat belati tajam mendengar hal yang terucap dari mulut suamiku sendiri. Sudah kuduga kalau sikap baik mereka belakangan ini karena ada maunya.Aku hanya berharap kepada Allah semoga cepat dianugerahi malaikat kecil didalam perutku agar bisa membuktikan kepada mereka kalau aku juga merupakan wanita sempurna.Hari demi hari berlalu, minggu demi minggu berlalu, bulan demi bulan berlalu tetapi aku belum juga dipercayai oleh Allah diberi momongan.Karena segala cara alami sudah kulakukan, akhirnya aku dan Mas Zidan memutuskan

  • Menantu yang Tersakiti   Bersikap Aneh

    "Heh Kahiyang, ngapain kamu disitu? Kamu menguping pembicaraan saya ya?" Tuduh Ibu."Tidak kok bu, saya sedang menggoreng," Jawabku membela diri.Ibu langsung melongos kemudian pergi begitu saja dengan wajah angkuh.Malam pun tiba, Mas Zidan sudah pulang ke rumah, tetapi iya tidak menyapaku dan terkesan cuek kepadaku. Ah, biarkan saja kalau dia marah lagi pula semua yang ia katakan tidak benar dan itu fitnah.Disaat aku hendak tidur, Mas Zidan tiba - tiba masuk di kamar kemudian duduk dipinggir jalan, ia membelai rambutku membuatku sedikit kaget."Kahiyang, aku ingin segera punya anak," Bisik Mas Zidan dengan lembut ditelingaku."Apa - apaan ini? Kenapa Mas Zidan langsung berubah menjadi lembut? Bukannya tadi dia sangat marah kepadaku?" Gumamku dalam hati.Aku yang masih berbaring ditempat tidur memilih untuk berpura - pura tidur dan mengabaikan Mas Zidan."Kahiyang, Kahiyang ... Ayo bangun dong sayang!" Ucap Mas Zidan lembut sambil membelai rambutku.Aku tetap tidak bergeming sama se

  • Menantu yang Tersakiti   Ingin Punya Anak

    "Ibu kenapa tega sekali sama Kahiyang? Bisa - bisanya menyuruh suamiku untuk mendekati seorang perempuan lagi! Apa Ibu tidak punya perasaan? Dimana hati nurani ibu?" Ucapku dengan tubuh yang bergetar hebat.Kulihat, Ibu semakin menorehkan raut wajah marah dan sebentar lagi akan meledak, tiba - tiba ...[PLAK]Ibu menamparku dengan sangat keras hingga membuat tubuhku membentur tembok didekatku."BERANI - BERANINYA KAU MEMBENTAKKU! AKANKU ADUKAN KEPADA ZIDAN! LIHAT SAJA, KAU PASTI AKAN MENYESALINYA!" Bentak Ibu dengan wajah yang memerah akibat emosi."Aku tidak ada maksud membentak ibu, tapi aku cuman bertanya bu! Apa alasan ibu menyuruh Mas Zidan dekat dengan perempuan lain sedangkan ada aku? Lantas mengapa ibu tidak menyuruh saja Mas Zidan untuk menceraikanku?" Aku berusaha untuk membela diri dan terlihat kuat didepan Ibu supaya ia bisa tau kalau perbuatannya sudah sangat kelewatan."Untuk apa Zidan menceraikanmu? Kalau kau bisa dimanfaatkan?" Jawab Ibu dengan sangat angkuh.Aku mengg

  • Menantu yang Tersakiti   Istri Kedua?

    "Itu khusus untuk keluargaku, sedangkan kau bukan keluargaku!" Jawab Mas Zidan dengan santai.Meskipun nada bicaranya biasa saja tetapi ia sukses membuat hatiku teriris."Apa maksudmu Mas?" Protesku."Kamu tidak sadar? Selama ini aku tidak mencintaimu," Jawabnya dengan suara lantang."Tapi sikapmu ketika baru kenal dan awal menikah itu baik, lantas kenapa kamu langsung berubah tiga ratus enam puluh derajat seperti ini?" Tanyaku dengan serius.Mas Zidan kemudian mendekatiku yang sedang duduk diatas ranjang. Ia tiba - tiba memegang kedua pundakku dan berbisik ke telingaku ..."Karena selama ini aku hanya memakai topeng di depanmu, kalau kau ingin tahu sifat asliku ya seperti sekarang ini!" Ujar Mas Zidan tanpa rasa bersalah.Setelah mengatakan hal tersebut, aku menatap kedua sudut netra Mas Zidan dalam - dalam dan meneteskan air mata."Kenapa kamu tega berkata begitu Mas? Untuk apa kamu menikahiku jika aku tidak kamu anggap sebagai seorang istri!" Ucapku dengan nada tinggi.Seketika rau

  • Menantu yang Tersakiti   Gibahan Tetangga

    "Ya Allah sampai kapan aku harus seperti ini? Umur pernikahanku yang masih seumur jagung, pantaskah aku untuk pergi dan mengakhiri ini semua?" Gumamku dengan merasa bimbang.Akhirnya aku memutuskan untuk mengambil air wudhu dan menunaikan shalat sunnah dua rakaat, itu menjadikanku kembali kuat dan merasa lega. Kucurahkan semua keluh kesah ini kepada sang khaliq.Ketika selesai shalat sunnah, aku kembali ingin merogoh ponselku dan menghubungi sahabatku untuk curhat, tetapi tiba - tiba saja dari luar terdengar suara benda yang jatuh dan pecah.[PRANK]"Suara apa itu?!" Ucapku dengan raut wajah panik.Dengan segera, aku loncat dari tempat tidur dan langsung melangkahkan kaki dengan lebar menuju ke asal suara tersebut."Astaghfirullah,"Betapa terkejutnya aku melihat vas bunga kesayangan Ibu yang jatuh berkeping - keping dilantai. Seekor kucing liar berhasil masuk menyelinap ke dalam rumah dan berhasil menghancurkan vas bunga serta mengotori lantai karena tubuhnya yang dipenuhi dengan lum

DMCA.com Protection Status