"Nak? Ini pertama kali dia memanggilku dengan sebutan "nak" hal ini semakin menjadikan instingku tajam bahwa ada sesuatu yang tidak beres yang sedang terjadi," Batinku.Saat aku masuk ke dalam kamar dan menutup pintu, tidak sengaja aku mendengar pembicaraanku dengan Ibu."Apa kalian sudah melakukanya?" Tanya Ibu."Sudah, aku yakin dia pasti akan hamil," Jawab Mas Zidan."Semoga, kalau tidak maka dia akan ditendang dari rumah ini!" Ucap Mas Zidan DEG!Hatiku bagai tersayat belati tajam mendengar hal yang terucap dari mulut suamiku sendiri. Sudah kuduga kalau sikap baik mereka belakangan ini karena ada maunya.Aku hanya berharap kepada Allah semoga cepat dianugerahi malaikat kecil didalam perutku agar bisa membuktikan kepada mereka kalau aku juga merupakan wanita sempurna.Hari demi hari berlalu, minggu demi minggu berlalu, bulan demi bulan berlalu tetapi aku belum juga dipercayai oleh Allah diberi momongan.Karena segala cara alami sudah kulakukan, akhirnya aku dan Mas Zidan memutuskan
DEG!Seketika mataku yang tadi sayu - sayu sudah ingin tertidur, kini segar kembali ditambah jantungku berpacu dengan sangat cepat, semakin menambah ketegangan yang kurasakan.Setelah berbicara ditelfon, segera Mas Zidan menuju ketempat tidur dan baring membelakangiku.Tidak berani aku menegurnya, takut dia terganggu dan marah.Aku masih memikirkan perkataan Mas Zidan tadi, meskipun ia berbisik namun telingaku masih mampu mendengar suaranya. Apalagi perkataannya sangat mengundang rasa penasaranku."Aku harus mencari tau, apa yang sedang direncanakan oleh Mas Zidan dan Ibu!" Batinku.“Assalamu’alaikum!”Tiba – tiba ada ucapan salam dari seseorang yang baru saja dating.“Wa’alaikumsalam” Jawab Ibu.Kudengar suara riuh dari luar, sepertinya lumayan banyak yang datang ke rumah malam ini.Bergegas aku mengenakan baju sopan serta hijab andalanku dan segera meluncur keluar.“Eh, Mba Kahiyang!” Sapa Lina, adik iparku.“Eh, Mba Lina! Masha Allah!” Jawabku sambil melakukan ritual cipika – cipik
Aku mengelus dada mendengar jawaban dari ibu, jadi dia hanya membutuhkanku disini kurang lebih sebagai pembantu di rumahnya.“Tega kamu Mas!” Ucapku pelan namun penuh dengan penekanan. Kemudian aku memilih untuk beranjak dari sana. Ibu dan Mas Zidan masih terus memanggil – manggil namaku, tetapi aku memilih untuk tidak menoleh dan terus melangkah masuk ke dalam kamar.[PRANK]Aku membanting pintu kamar dengan sangat keras, kemudian menangis di dalam kamar.“Tega kamu mas, tega sekali kamu sama aku!”“Lihat saja Mas, aku akan menjadi seorang wanita yang sukses agar kamu tidak bisa menginjak – injakku begitu saja!” Gumamku dalam hati.Aku kemudian berniat untuk mencari pekerjaan sampingan untuk mendapatkan penghasilan tambahan, siapa tahu aku bisa sukses dan mendapat banyak keuntungan, aku bisa menabungnya untuk membuat usaha yang lebih besar lagi seperti usaha rumah makan.Kali ini, aku tidak akan menumpahkan banyak air mata lagi, sudah cukup kutumpahkan air mataku untuk pria brengsek
"Kahiyang, Zidan mana?" Tiba - tiba Ibu mertua muncul."Ada di kamar bu," Jawabku sambil mulai menyendokkan sepotong kue ke dalam mulut.Entah mengapa, bukannya menyusul Mas Zidan ke kamar, Ibu malahan memilih untuk ikut bergabung duduk bersamaku di ruang tengah.Aku tidak menggubris ibu dan tetap asyik menonton televisi sambil memakan kue kesukaanku. Biarkan saja dia merasa kesal karena aku terkesan cuek, aku tidak peduli lagi."Kahiyang, kira - kira pendapatmu bagaimana kalau Zidan menikah lagi? Suka atau tidak suka, kau harus menerimanya!" Tiba - tiba Ibu membahas hal itu lagi.Aku memutar kedua bola mataku karena merasa sangat kesal jika harus membahas hal itu lagi, bukankah mereka sudah tau kalau aku sama sekali tidak mau dimadu?"Sudah kukatakan berapa kali bu, aku tidak akan pernah menerima dan merestui pernikahan Mas Zidan yang kedua," Jawabku dengan malas.Tanpa kutatap wajah ibu, sudah kupastikan wajahnya berubah menjadi kesal dan cemberut."Kamu itu harus sadar, kamu tidak
"Astaghfirullah," Foto tersebut menunjukkan seorang pria yang begitu mirip dengan Suamiku, Mas Zidan tengah bercumbu dengan seseorang diatas mobil."Ya Allah, apa betul ini Mas Zidan?" Ucapku lagi.Berulang kali aku memperbesar gambar yang kulihat, mobilnya sama persis dengan mobil Mas Zidan, kemeja yang tadi dikenakan olehnya pun, nampak sangat sama."Ya Allah Mas, tega kamu berbuat begitu sama aku, hiks," Refleks ponselku jatuh dari genggamanku dan aku menangis."Mas, tega sekali kamu sama aku, hiks," Aku menangis berlinang air mata melihat foto Mas Zidan yang sedang bercumbu dengan perempuan lain diatas mobil."Tega sekali, Ya Allah,"Perih, sangat perih yang kurasakan. Hanya tangisan yang bisa kulakukan untuk menenangkan diriku. Suamiku telah berselingkuh diluar sana. Hal ini yang membuatku mantap untuk pergi dari rumah ini."Lihat saja Mas, aku akan pergi dari rumah ini, silahkan kamu urus perkawinanmu yang kedua, aku tidak peduli sama sekali dan aku tidak ingin ikut campur," G
"Saya terima nikah dan kawinnya, Kahiyang Ayu Jelita binti Purwanto dengan mas kawin tersebut, tunai,"Ucapan Ijab kabul dari suamiku, Zidan Anggara telah resmi menjadikan kami sebagai pasangan suami istri. Suasana gembira dan penuh haru menyelimuti masjid Al - Ikhlas hari itu sebagai penanda bahwa ada dua orang insan yang telah menyatu sebagai pasangan suami istri dalam suatu mahligai rumah tangga."Selamat ya nak, semoga pernikahan kalian sakinah, mawaddah dan warahmah. Langgeng sampai kakek nenek dan cepat dapat momongan supaya ibu bisa punya cucu," ucap Ibuku sambil memelukku dengan erat dan berlinang air mata menyaksikan putri kesayangannya yang telah resmi menjadi seorang istri.Perasaanku hari itu sangat bahagia, bagaimana tidak? Pria yang baru aku kenal selama tiga bulan tersebut resmi menjadikanku sebagai istri sahnya."Sekarang kita sudah resmi menjadi suami istri sayang," ucap Suamiku, sambil tersenyum manis kepadaku.Malam itu juga kami menyelenggarakam seremoni pernikahan
Dengan langkah malas, aku menuju ke pintu dan membukanya.[KRIET]Benar saja, Ibu mertuaku sudah berdiri dengan tatapannya yang penuh amarah. Dengan kasar dia langsung menarik tanganku dengan kasar menjauh dari kamar, mungkin takut jika suaranya terdengar oleh suamiku."Heh, kamu tidak becus sekali ya! Semua makanan di meja di santap sama kucing!" Ucap Ibu mertuaku dengan tatapan tidak suka kepadaku."Tt -- tapi, aku sudah menutup semua makanan dengan tudung saji bu, jadi tidak mungkin kucing bisa memakannya," jawabku membela diri.Sangat tidak masuk akal, aku sudah menutup makanan dengan tudung saji tetapi mengapa bisa kucing memakannya? Kecuali ada orang yang membukanya dan lupa menutupnya kembali, atau ada yang sengaja membiarkan kucing memakan semua makanan?"Kamu sangat tidak becus! Udah sana kamu masak lagi! Ibu tidak mau tau!" bentak Ibu Mertuaku."Tapi bu,"Belum sempat aku menyelesaikan perkataanku, Ibu mertuaku sudah kembali ke dapur dengan wajah yang melongos kesal."Aduh,
"Zenith, kamu meminta uang tiga juta sama Mas Zidan? Apa itu tidak terlalu banyak?" Aku langsung muncul dan berbicara dari belakang hingga membuat Zenith sedikit terkejut karena keberadaanku.Zenith langsung menoleh kebelakang dan menatapku dengan tatapan penuh kebencian. Tiba - tiba Zenith langsung maju ke hadapanku dan langsung mendorong tubuhku sehingga aku terdorong ke belakang."KAMU TIDAK USAH IKUT CAMPUR, INI URUSANKU DENGAN KAKAKKU!" teriak Zenith dengan lantang tepat didepan wajahku.Air liur Zenith terpercik ke wajahku membuatku jijik dan membersihkannya dengan cepat."Ini ada apa ribut - ribut?" Tiba - tiba mertuaku datang dan langsung muncul ditengah - tengah pembicaraanku dengan Zenith. "Ini ma! Kak Kahiyang pelit sekali, masa aku minta uang sama Kak Zidan tidak boleh?" Ucap Zenith mengadu kepada ibunya.Ibu Mertuaku langsung saja menatapku tajam seperti ingin menerkamku hidup - hidup."Kamu itu ya keterlaluan sekali Kahiyang! Kamu tidak boleh melarang saudara - saudara