Share

BAB 6 Ipar Munafik

Penulis: Riffi
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-11 20:40:36

"Maksud kamu, putri sulung saya ini pembohong?" Ibu Wasida berdiri untuk menatapku dengan penuh kebencian.

Seharusnya aku tak perlu cemas karena merasa jika apa yang dituduhkan oleh Mbak Jeni adalah fitnah, tapi jika yang aku hadapi adalah ibu mertuaku ... maka tak peduli apapun faktanya, aku lah tokoh antagonis di matanya.

"Sa-saya beneran ga ngelakuin semua tuduhan Mbak Jeni Bu! percaya sama Marya ...." meski tau kalimat ini sia-sia, aku tetap mencoba membela diri di hadapan ibu mertuaku.

"Mbok! bawa Jeni ke kamar, obati luka di kakinya!" titah tegas wanita bersanggul di depanku ini dengan terus menatap tajam ke arahku.

"I-iya Nya" Mbok Yem tergopoh-gopoh membantu Kakak Iparku untuk berdiri dan membawanya ke kamar.

Mbak Jeni terus meringis kesakitan dan membuat ibu mertua semakin terprovokasi dibuatnya. Aku tau itu pasti hanya akal-akalan kakak iparku agar aku semakin terpojok oleh ibu mertua.

Ya Allah apalagi ini? baru dua hari aku tinggal di rumah ini, tapi tak ada yang membiarkan batinku tenang! demi apapun aku berani bersumpah jika tak ada sedikit pun aku mendorong Kakak Iparku sampai jatuh tersungkur seperti itu.

Aku hanya menunduk dalam diam, meski tak bersalah tapi ... memangnya aku bisa apa? ya Allah ... harus perih yang bagaimana lagi? baru dua hari tapi jiwaku begitu tersiksa di tempat ini.

"Jadi kamu benar-benar ingin menentang saya ya?! benar adanya ucapan jika kamu hadir kerumah ini adalah sebagai malapetaka di keluarga ini?!" ucapnya.

Hatiku tersayat. Memang siapa yang mau dirinya menjadi malapetaka untuk keluarganya sendiri?

"Astagfirullah ... enggak Bu! Marya ga ngelakuin itu," tuturku dengan nada bergetar dan juga isak tangis.

Tanpa mendengarkan penjelasan dariku, wanita paruh baya di depanku ini menjambak rambutku kasar tanpa aba-aba, membuatku menggelinjang kesakitan, ia menarik rambut di balik hijabku dengan kuat.

Membawa tubuh ini keluar dari tempat cuci. Hijabku sudah tak beraturan, kemudian aku dibawa ke ruang tengah dan dilemparnya tubuhku kesembarang arah.

Bugh!

"Akhh ...." Dahi ku terbentur oleh ujung meja kayu yang ada di ruang tengah, hingga para pembantu menatapku dengan khawatir dan kasihan tetapi mereka hanya terdiam membisu melihatku diperlakukan seperti ini.

Yahh ... aku tak bisa menyalahkan mereka, karena memang tak mungkin untuk membelaku, itu hanya akan membuat mereka kehilangan pekerjaan.

Wanita tua bersanggul itu berjalan mendekatiku, ia memegang daguku erat. "Kamu saya diamkan, malah ngelunjak dan berani nyakitin anak-anak saya ya?" ucapnya, dengan tatapan kebencian terhadapku.

"Ndak Buk! Marya ga ngelakuin apa yang dikatakan oleh Mbak Jeni, beneran Buk!" Aku terus membela diri, karena memang itulah kenyataannya, meski ... membela diri sekalipun tak akan didengar oleh wanita paruh baya di depanku ini.

"Oohh ... jadi kamu nuduh saya bohong? Buk! lihatlah lancangnya menantumu itu, dia itu munafik!" hasut kakak ipar pertamaku dengan terus memprovokasi Bu Wasida, ia muncul dengan tubuh yang dipapah oleh Mbok Yem.

"Mbak yang munafik! Mbak yang duluan mengganggu saya, Mbak juga jatuh sendiri, saya ga ada dorong Mbak-"

Plakkkk!

Tamparan keras mendarat di pipiku, luar biasa nyerinya. ibu mertua menamparku kuat-kuat hingga meninggalkan bekas di wajahku. Senyuman penuh kemenangan terulas sempurna di wajah kakak iparku saat ini.

"Kamu berani mengatai putri sulung saya munafik? ingat baik-baik kalau dia ini kakak iparmu, kakak tertuamu!" ucap ibu mertua dengan penuh penekanan, bagaimana bisa aku diam saja seperti ini?

Aku dituduh seenaknya! aku mungkin bisa diam kemarin, karena memang aku bersalah telah menjatuhkan barang mahal di rumah ini, tapi kali ini tidak bisa! semuanya fitnah! dan aku merasa benar, jika aku diam artinya aku membenarkan fitnah yang tidak aku lakukan ini.

Sementara kakek selalu bilang padaku, "Nduk, meski kita miskin, jangan pernah gentar jika kamu tak bersalah, tunjukkan jika kamu memang benar, dan malu lah jika kamu melakukan kesalahan."

Itu adalah nasehat yang selalu aku pegang erat sampai saat ini, sesusah apapun hidupku, jangan pernah takut jika diri ini tak melakukan kesalahan, apalagi fitnah yang jelas-jelas adalah salah!

"Enggak Bu ... tapi memang benar saya tidak melakukan semua yang dituduhkan oleh Mbak Jeni," ucapku terus berusaha menyakinkan ibu mertuaku, meski ia justru malah semakin panas dan murka padaku.

"Buk lihat itu! lihai sekali ia bersandiwara, padahal tadi dengan berani ia melawanku dan mendorongku sampai jatuh dan lecet begini!" timpal wanita berambut pirang itu dengan penuh dusta, aku melawan? mendorong? mustahil!

"Ada apa ini? kenapa kalian malah berkumpul di ruang tengah?" ucap suara lelaki yang kukenal, itu suara Mas Rey.

Aku mengembangkan senyuman, tapi belum sempat aku berdiri dan meminta perlindungan padanya, Mbak Jeni berlari mendekati suamiku dengan kaki tertatih.

"Loh, Mbak kenapa? kok kakinya gitu?" tanyanya heran, aku hendak membuka suara tapi ibu mertua mencubit lenganku dan memperingatkan aku untuk diam membisu, entah kenapa keberanianku menjadi ciut saat ini, aku tak bisa berkata-kata dan hanya diam.

"Dek! ajarin istrimu untuk menghormati aku sebagai kakak iparnya, bisa-bisanya dia menjambak rambutku, memakiku, dan lalu mendorongku sampai seperti ini," rengek Mbak Jeni, semuanya yang ia katakan dipenuhi oleh dusta.

Mas Rey menoleh kearahku dengan tatapan meminta penjelasan, aku hanya menatapnya nanar dan berharap ia bisa melihat kebenaran di mataku.

Pria itu mendekat ke arahku, membuat ibu mertua menjauh tapi tetap dengan tatapan intimidasi terhadapku.

"Dek? bener yang dikatakan Mbak Jeni?" tanyanya, sungguh aku ternganga akan pertanyaan dari lelaki di depanku ini, ia ragu padaku?

"Gausah kamu tanyain lah Dek! namanya maling mana ada yang ngaku, kalo dia ngaku dengan jujur mungkin masalahnya udah selesai dari tadi!" timpal Mbak Jeni, tak tau lagi aku harus berkata seperti apa.

Lihai sekali iparku ini memainkan kata-kata dan membolak-balik fakta yang sebenarnya.

"Cukup Mbak! Mbak mending istirahat saja, sakit kan kakinya? biar aku yang nasehati istriku" tutur Mas Rey pada kakak perempuannya itu.

Ia kemudian membantuku berdiri untuk membawaku masuk ke dalam kamar kami berdua.

"Kamu pokoknya jangan percaya sama wanita munafik itu Dek! dia itu ular berbisa!" hasut Mbak Jeni, suamiku tetap tenang dan diam.

Entah apa yang ada dipikirannya saat ini, apakah penilaian suamiku terhadapku akan berubah? ekspresi wajahnya tampak sulit ditebak.

Aku selalu berpikir jika orang lain di dunia ini tak lagi percaya padaku, peduli padaku, atau menghargai diriku ini, aku tak apa! tak masalah! tak peduli! tapi aku mohon ... jangan Mas Rey, suamiku.

Lelaki bertubuh proposional itu menuntunku menuju kasur, ia membuang napasnya dengan kasar dan menatapku dingin. Tapi pria ini tak mengutarakan sepatah katapun, lelaki itu hanya terus menatapku.

"Mas ... ga percaya sama aku?" ucapku memulai pembicaraan.

"Percaya," jawabnya singkat, aku menghembuskan napas lega akan jawabannya.

"Tapi saya juga percaya dengan keluarga saya."

Bab terkait

  • Menantu yang Tak Diinginkan   BAB 7 Pergi Dari Rumah Mertua

    Kini aku berada di kamar, berdua dengan suamiku. Aku menatapnya lekat, berusaha tetap tegar dan tenang meski rasanya ingin sekali menggebu-gebu membela diri, tapi aku tahan itu semua."Mas ... ga percaya sama aku?" Aku memulai pembicaraan duluan."Percaya," jawabnya singkat, aku menghembuskan napas lega akan jawabannya."Tapi saya juga percaya dengan keluarga saya." Hanya tatapan dingin yang aku lihat di mata pria di depanku saat ini, hening ... aku masih mencerna baik-baik kalimat yang dilontarkan Mas Rey padaku."Jadi ... Mas tak menganggap aku sebagai bagian keluarga Mas Rey?" tanyaku, tak mampu lagi untuk aku tidak meneteskan air mata.Aku pikir suamiku akan percaya padaku tanpa keraguan, tidak bisakah ia melihat kejujuran di mataku?Lelaki di depanku ini nampak terkejut dengan pertanyaan yang aku beri, nampaknya ia merasa bersalah akan kata-katanya barusan."Bukan begitu maksudnya Dek, tapi-""Tapi apa Mas? hanya segini rasa percayamu?" Diriku sangat emosional kali ini, tak bisa

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-11
  • Menantu yang Tak Diinginkan   BAB 8 Sahabat

    Tok ... tok ... tok"Marya?" suara khas seorang wanita yang sangat kukenal memanggil namaku dibalik pintu, aku sedikit berlari menuju pintu untuk membukakan pintu masuk."Ani?" Aku memasang raut wajah terkejut, tetapi juga senang dengan kedatangannya. Dia adalah Ani, satu-satunya sahabat yang aku punya. Aku menengok kanan dan kiri, kemudian menarik tangan Ani untuk masuk kedalam rumahku."Ayo masuk!" ajakku, Ani menurut saja mengikuti langkahku."Kamu udah sarapan An? makan bareng yuk!" "Lah kebetulan! aku kesini bawain kamu makanan, Emak masak rendang jengkol loh Mar," tutur Ani, membuatku sumringah bahagia, rendang jengkol buatan Emak Ani memang rasanya paling enak."Wuaah ... makasih An, repot-repot segala," ucapku berbasa-basi sok malu-malu menerima makanan dari Ani."Halah, Ndak usah sok imut Mar, inget umur!" gurau Ani padaku diiringi dengan gelak tawa."Enak aja! umurku masih 20 tahun loh, umurmu kan juga sama aja!" protesku terhadap candaan Ani.Kami akhirnya makan berdua de

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-11
  • Menantu yang Tak Diinginkan   BAB 9 Permintaan Maaf

    Pagi hari ini begitu cerah, suasana desa yang asri dan sejuk di pagi hari membuatku semangat untuk beraktivitas. Baru meninggalkan tempat ini beberapa hari, rasanya sudah seperti bernostalgia lama saja saat kembali kesini.Pagi-pagi aku sudah memasak nasi goreng satu porsi untuk diriku sendiri, kembali lagi seperti keseharian sebelum aku menikah beberapa hari yang lalu.Kalau dengan sendirian saja aku bisa hidup setenang ini, kenapa aku harus menikah sih? padahal hidup sendiri sebatang kara tidak seburuk itu, lebih buruk lagi jika tetap meneruskan satu atap dengan mertua."Mar! ayo kita main ke sungai!" seru Ani tiba-tiba, membuatku sedikit terkejut dengan kehadirannya."Salam dulu gitu loh kalo masuk rumah orang." Aku menggelengkan kepala, membuat Ani salah tingkah dan nyengir bagai kuda."Hehe ... ya maaf Mar, habisnya aku semangat banget nih!" ucap Ani dengan antusias."Bukannya ini ndak kepagian?""Justru kalo pagi kaya gini tuh, ga panas Mar." Aku mengangguk mengiyakan ajakan sah

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-12
  • Menantu yang Tak Diinginkan   BAB 10 Pelukan Hangat

    "Wah ... dijemput suaminya ya Mar? kirain sudah ditalak," celetuk salah seorang ibu-ibu yang merupakan tetanggaku.Aku hanya diam tanpa menjawab sepatah katapun. Rasanya benar-benar tak nyaman, di tambah ada Mas Rey di sampingku saat ini."Marya ini adalah istri yang paling saya cintai, tak akan mungkin saya lepaskan istri sebaik dan secantik dia, Bu." Mas Rey membelaku di depan ibu-ibu tetangga yang mencibirku, membuat ibu-ibu itu melengos pergi dengan kesal.Kini aku berjalan menuju rumahku, aku berjalan pulang dengan berdampingan dengan seorang pria, siapa lagi kalau bukan Mas Rey?Beberapa kali kami berdua berpapasan dengan beberapa ibu-ibu yang super kepo akan kehidupanku, membuat aku sedikit risih dan muak. Yang dapat menjawab dan menyapa balik para tetangga dengan ramah malah Mas Rey."Kamu tau dari mana aku ada di sungai?" tanyaku memecah kecanggungan kami berdua."Tadi aku udah ke rumah, tapi kamu ga ada. Jadi aku iseng pergi ke sungai," jelas suamiku, dan aku hanya ber oh ri

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-12
  • Menantu yang Tak Diinginkan   BAB 11 Kembali Lagi

    Ketika kami berdua tengah menikmati makan malam dengan nikmat, tiba-tiba suamiku malah mengucapkan kalimat pertanyaan yang membuat aku terlonjak kaget mendengarnya."Pulang ya, Dek?" bujuk Mas Rey, membuat aktifitas makan yang tengah aku lakukan ini terhenti, aku tatap wajah pria yang ada di hadapanku saat ini."Pulang? ke rumah itu lagi?" tanyaku, kini suasana yang tadinya hangat seketika menjadi dingin.Berat hati ini jika harus kembali ke rumah itu, baru dua hari saja batinku sudah menyerah. Kembali lagi untuk apa? penghuninya juga tak menyukai keberadaan diriku."Mas ... apa kita ga bisa pindah saja?" tanyaku dengan penuh harap.Terlihat Mas Rey tengah membuang napasnya kasar, mungkin baginya meninggalkan rumah adalah keputusan yang berat.Aku tatap wajah tampannya yang kini tengah muram, apakah permintaanku terlalu berat untukmu Mas? bukankah wajar jika pasangan suami istri memutuskan untuk tinggal sendiri dibandingkan bersama orang tua?"Dek ... rumah itu adalah rumah utama kelua

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-13
  • Menantu yang Tak Diinginkan   BAB 12 Hari Pertama

    Rey dan Marya masuk ke dalam rumah dengan bergandengan tangan, baru satu langkah masuk kedalam rumah, kedua pasangan itu disambut oleh Bu Wasida yang tengah duduk santai di sofa ruang tamu."Lah? masih punya muka kamu Mar? ternyata memang wanita yang gak punya malu!" celetuk wanita paruh baya dengan sanggul anggunnya."Buk! jangan begitu sama Marya, dia istriku,"ucap Rey membela sang istri, perasaan ngilu di hati Marya berubah menjadi haru karena mendengar pembelaan suaminya."Halah Rey ... Rey, kamu itu pasti udah dicuci otaknya sama si perempuan sialan itu!" tuduh Bu Wasida sambil menunjuk ke arah Marya, bahkan matanya sampai memancarkan kebencian yang mendalam.Marya menggenggam semakin erat tangan Rey, tertanda jika ia sedang takut dan gelisah. Seharusnya ia memang tidak perlu datang lagi ke rumah ini.Rey yang tahu perasaan takut sang istri, mencoba menenangkannya dengan menatap lekat Marya dengan hangat, matanya seperti memberikan i

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-13
  • Menantu yang Tak Diinginkan   BAB 13 Menantu Kesayangan

    Krieeeeet ....Perlahan Marya membuka pintu kamarnya, netranya langsung terpusat pada sosok Bu Wasida yang kini tepat berada di hadapannya.Wajah merah padam menahan amarah terlihat jelas pada wajah wanita paruh baya itu, tatapan nyalang Wasida dibalas dengan tundukan kepala Marya.Ia tak sanggup menatap wajah ibu mertuanya, raganya kini tengah ketar-ketir berhadapan dengan sosok wanita bersanggul itu.Sementara itu, Mbok Yem terpaku di ambang pintu dapur. Dari kejauhan ia menyaksikan semuanya, batinnya pun ikut ketar-ketir, bertanya-tanya apa yang akan dilakukan Bu Wasida pada Marya?"Ya Allah, apa lagi cobaan Nduk Marya iki," lirih Mbok Yem."Kamu pasti guna-guna anak saya! iya kan? ngaku kamu!" tuduh Bu Wasida dengan menggebu.Sepertinya sedari tadi saat ada Rey, ia sangat memendam semua kesalnya pada Marya, hingga akhirnya sekarang wanita tua itu bisa meluapkan kebencian saat putra bungsunya telah pergi."As

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-14
  • Menantu yang Tak Diinginkan   BAB 14 Ditinggal Suami

    Sepasang suami istri terlihat tengah menikmati sepiring nasi goreng di meja mereka, Rey memutuskan untuk memboyong istrinya makan di luar, mengingat suasana tak kondusif yang terjadi di rumah.Kini Marya dapat menelan makanan dengan nyaman, ia makan dengan lahap karena memang sudah kelaparan sejak tadi. Namun beberapa saat kemudian, ia melirik ke arah suaminya.Terlihat Rey seperti sedang hanyut dalam lamunannya, ia bahkan tak menyuapkan sesendok nasi pun ke dalam mulutnya. Dahi Marya mengernyit, batinnya bertanya-tanya tentang apa yang kini tengah suaminya pikirkan."Mas?" "Hmm?" Rey mulai menata fokus, ia telah sadar jika istrinya kini menatapnya penuh tanda tanya."Kenapa? kok sampai melamun gitu," ucap Marya penuh selidik.Tampak lelaki tampan itu mengembuskan napasnya kasar, menimang-nimang untuk mengucapkan sebuah jawaban."Dek ... Mas boleh minta sesuatu?" tanya Rey ragu-ragu."Tentu, apa itu?" Marya sem

    Terakhir Diperbarui : 2023-07-15

Bab terbaru

  • Menantu yang Tak Diinginkan   BAB 45 Digusur

    "Ke—Kenapa, Mas? Ruko kita kenapa?" Melihat wajah Rey yang tiba-tiba pucat pasi setelah menerima telepon, membuat Marya ikut khawatir."Kita diusir dari ruko, Dek. Kita tidak boleh berjualan di sana lagi," jawab Rey, ia menggenggam erat ponsel di tangannya."Hah?! Bukannya kita sudah bayar sewanya selama beberapa bulan ke depan, Mas?!" tanya Marya yang masih tak mengerti dengan perkataan sang suami.Kenapa tiba-tiba pemilik ruko tidak mengizinkan Marya dan Rey berjualan? Pasangan suami istri itu tidak pernah menunggak pembayaran ataupun sulit ditagih soal membayar uang sewa. Bahkan Rey selalu membayarkan langsung untuk satu atau dua bulan ke depan."Mas juga ga paham, ayo kita kesana dan bicara langsung dengan Pak Jaki." Marya mengangguk setuju dan mereka langsung bergegas menuju lokasi ruko mereka.Alangkah terkejutnya mereka berdua ketika telah sampai di depan ruko, semua barang-barang dagangan mereka sudah dipindahkan ke teras. Seakan mereka diusir secara paksa oleh pemilik ruko."M

  • Menantu yang Tak Diinginkan   BAB 44 Kembali Normal

    "Sepertinya mereka meminta bantuan kepada orang lain yang memang ahli dalam menangkal sihir yang saya tanamkan di sana.""Gak! Ga bisa gitu dong, Mbah! Saya sudah bayar untuk ini, kenapa masih bisa gagal?!" pekik Lia yang masih tak terima."Mau bagaimana lagi? Sepertinya kamu memang tengah berurusan dengan orang yang salah," sahut Mbah Jayeng."Bahkan mereka belum benar-benar bangkrut, Mbah! Masa udah ketahuan?!"Lia begitu frustasi kali ini, rencananya untuk menghancurkan Rey dan Marya selalu berantakan dan gagal. "Saran saya, lebih baik kamu berhenti mengharapkan lelaki itu. Keteguhan iman dan rasa cinta lelaki itu terhadap istrinya yang sekarang, tidak bisa saya tembus dan saya hancurkan."Mendengar kalimat nasehat dari Mbah Jayeng, ternyata tidak dapat membuat keinginan Lia memudar dan menyerah begitu saja. "Cukup, Mbah! Ga usah omong kosong lagi, Mbah saja yang ilmunya tidak mumpuni," sahut Lia dengan emosi.Lia pergi meninggalkan gubuk tua itu dengan perasaan dongkol dan kecewa.

  • Menantu yang Tak Diinginkan   BAB 43 Pembersihan

    "Ini disebut sebagai santet penghilang rezeki, ilmu hitam ini menyasar pada kelancaran rezeki seseorang, pemilik ilmu sihir akan menutup energi positif tempat ini agar penghasilan korbannya bisa turun, bahkan bangkrut," jelas Ustadz Yusuf."Astagfirullah, siapa orang yang tega ngelakuin hal seperti ini?" lirih Marya. Ia tak menyangka jika ada seseorang yang seniat itu untuk membuat usahanya hancur."Lalu, apa yang harus kita lakukan agar sihir hitam ini hilang, Ustadz?" tanya Rey."Kita akan melakukan pembersihan dengan meruqyah tempat ini, sementara Ustadzah Asa dan kalian akan mencari benda sihir yang ditanamkan di tempat ini," jawab Ustadz Yusuf. Semua orang mengangguk setuju.Semuanya berpencar, Ustadzah Asa, Ani, dan Andi mencari di sekitar luar ruko, sementara Marya dan Rey mencari di dalam ruko. Ketika semua orang sibuk mencari, Ustadz Yusuf melantunkan ayat-ayat pembatal sihir dengan memegang sebuah botol air di tangannya."Ini, ini adalah benda yang ditanam oleh seseorang seb

  • Menantu yang Tak Diinginkan   BAB 42 Ilmu Sihir?

    "Tapi kita buka setiap hari loh, Pak! Yah ... meski ga ada satu pun yang beli sih," ucap Rey.Mereka semua terdiam tak bergeming, sampai akhirnya Pak Bakri membuka suara. "Walah, saya ndak tahu kalo itu. Saya tiap hari lewat ruko sampean dari mulai pagi sampe sore, tutup terus kok," ujar Pak Bakri, ia semakin membuat Marya dan yang lainnya bingung."Eh ... ya sudah, saya mau ngarit dulu buat kambing-kambing saya, Assalamualaikum," timpal Pak Bakri lagi."Wa'alaikumussalam." Pak Bakri melangkah pergi meninggalkan Marya dan lainnya. Kini empat orang itu terheran-heran di dalam batinnya dengan ucapan Pak Bakri barusan."Ya sudah, kita pulang dulu. Mau magrib. Andi, anter Ani ke rumahnya, ya?" ucap Rey memecah lamunan Marya, Andi, dan juga Ani."Eh, iya Pak. Saya pamit duluan.""Ndi, bukannya ini masalah serius, ya? Jangan-jangan bener dugaanku, ada pedagang lain yang iri sama usaha Marya dan Rey," ujar Ani menerka-nerka."Kemungkinan besar sih, begitu," sahut Andi."Duh, ada aja cobaan s

  • Menantu yang Tak Diinginkan   BAB 41 Mulai Sepi

    "Semenjak kejadian kemarin, warung kita jadi sepi gini, Mar. Apa orang-orang pada terhasut sama fitnah ibu-ibu itu, ya?" tanya Ani menduga-duga.Marya menghembuskan napasnya dengan kasar. "Mungkin," sahut Marya dengan senyum getirnya.Pasalnya seminggu dari kejadian heboh waktu itu sudah berlalu, namun warung Marya nampak sepi pembeli. Seakan semua orang sudah tidak percaya lagi dengan makanan yang Marya jual.Bahkan hampir semua pesanan ketering dalam jumlah banyak pun dibatalkan secara sepihak oleh langganan Marya."Lebih baik kita tutup saja, An. Ini juga sudah sore dan mendung," celetuk Marya, kini ia berdiri dan mulai membereskan sedikit demi sedikit barang dagangannya."Loh? Gak buka sampe malem lagi, Mar?" Marya menggelengkan kepalanya. "Sepertinya ga perlu.""Masih utuh semua loh dagangan kita, mau dikemanakan?""Kita bungkus saja, kita bagi-bagi ke pondok pesantren yang dekat sini. Pasti semuanya akan

  • Menantu yang Tak Diinginkan   BAB 40 Tidak Perlu Takut

    "Assalamualaikum.""Wa'alaikumussalam," sahut Rey dari dalam rumah, ia membuka pintu depan dengan terburu-buru."Kamu ternyata, Ndi. Sama Ani juga? Ayo masuk," ujar Rey, ia mempersilakan kedua orang itu untuk masuk ke dalam. Marya pun keluar dari kamarnya untuk menyambut Ani dan Andi."Iya, Pak. Ini sebenarnya cuma mau ngasih kunci ruko ke Pak Rey." Andi mengulurkan tangannya dan memberikan sebuah kunci kepada Rey. "Oh, iya. Terima kasih kalian sudah mau menutup rukonya," ucap Rey.Kini Marya datang dengan sebuah nampan yang terdapat dua gelas teh hangat di atasnya. "Minum tehnya dulu, ya.""Iya, makasih Mar. Kamu ndak kenapa-napa toh? Aku takut kamu kepikiran sama kejadian tadi," ucap Ani.Andi pun menyenggol bahu Ani. "Justru karena Mbak ungkit jadi inget, Mbak!" lirih Andi."Oh, iya juga, ya." Ani meringis ketika mendapati teguran dari Andi.Marya tersenyum simpul menanggapi hal itu. "Gapapa, An. Cuma heran aja, kok bisa ada yang fitnah sampai seperti itu," sahut Marya."Ada yang

  • Menantu yang Tak Diinginkan   BAB 39 Buktinya?

    "Ada apa ini ribut-ribut?!" tanya Rey dengan panik, pasalnya ia baru datang dari rumahnya bersama Andi untuk mengambil persediaan bahan-bahan. Tapi betapa terkejutnya mereka berdua ketika melihat ruko milik mereka telah dikerumuni oleh banyak massa."Marya! Ada apa?!" Rey lebih panik lagi ketika mendapati istrinya yang sudah menangis pilu di antara kerumunan itu."Ini loh, Mas. Ibu-ibu itu tiba-tiba datang, trus nuduh kalo gara-gara gorengan dan nasi uduk buatan kita itu mengandung racun atau apalah itu," jelas Ani."Racun? Racun apa?" tanya Rey dengan heran, ia sudah berjualan selama beberapa bulan, dan tidak pernah mendapati protes seperti itu dari para konsumennya."Halah, kalian semua itu jago sekali aktingnya. Liat nih, gara-gara makanan yang kalian jual itu, anak saya sampai masuk rumah sakit!""Bentar-bentar! Ibu-ibu ini memangnya punya bukti kalau semua itu karena makan makanan yang kami jual? Kalau tidak, kalian bisa saya tuntut atas hal pencemaran nama baik!" ucap Rey dengan

  • Menantu yang Tak Diinginkan   BAB 38 Fitnah

    "Kita harus buat Rey kembali lagi ke rumah ini, Ibu butuh dia untuk menjalankan perusahaan keluarga," ucap Wasida."Iya, tapi bagaimana caranya? Dia saja kudengar cukup sukses dengan usahanya bersama si wanita sialan itu, mana mau dia pulang ke rumah ini?" "Kita buat saja usahanya hancur, Mbak, Buk. Dengan begitu, Rey pasti akan menyerah dan datang kepada kalian," usul Lia memberikan sebuah ide."Hancur? Bagaimana caranya, Li? Apa kamu tahu?" Wasida masih bingung dengan usulan yang diberikan oleh Lia, bagaimana caranya membuat usaha Rey hancur? Sementara ia sendiri tidak bisa lagi membuat Rey percaya dengannya."Buat bisnis mereka bangkrut, apa pun caranya. Misalnya suruh orang fitnah usaha mereka, dan buat nama bisnis mereka jelek. Dengan begitu, semua orang pasti tidak mau lagi belanja di sana," jelas Lia."Nah! Itu sepertinya cara yang paling mudah, kita bisa bayar orang untuk melakukan hal itu," sahut Jeni, ia sangat setuju dengan us

  • Menantu yang Tak Diinginkan   BAB 37 Alasan Tak Kembali

    "Pak! Buk! Sini-sini, nasi uduk sama gorengan ini enak loh rasanya." Pak Akmal melambaikan tangannya, sontak saja orang-orang yang berada di sekitar tempat jualan Rey dan Marya langsung berdatangan karena penasaran."Kebetulan saya juga belum sarapan, nasi uduknya satu, ya." "Siap, Buk. Tunggu sebentar, ya."Hari pertama Marya berjualan benar-benar di luar ekspektasi, Marya pikir tidak akan seramai ini. Ternyata tempat ia berjualan memang begitu strategis, ditambah rasa makanan yang ia buat juga mendukung."Mas, tolong jualin gorengannya, ya." "I—iya, ini 5 ribu dapet berapa, Dek?" "Dapet 8 Mas." Marya dengan cekatan membuat pesanan demi pesanan, dari mulai nasi uduk dan lontong sayur. Sedangkan Rey yang bertugas untuk mengurusi pesanan gorengan tengah keteteran."Mas, jangan tahu semua dong isinya, dicampur," protes seorang ibu-ibu yang melihat Rey sedang memasukan gorengan ke dalam plastik, tapi yang Rey ambil sedari tadi hanya satu macam saja."Eh? maaf-maaf Mbak." Rey kembali me

DMCA.com Protection Status