#25Andra terkejut dengan pertanyaan Nirma. “Apa barusan kamu panggil aku ‘Mas’ lagi, Nir?” Sepasang matanya berbinar bahagia. “Apa sekarang itu penting, Mas?” Dia memotong steak dan menyuapkan ke mulutnya. Andra berdehem dan segera menggelengkan kepala. “Cuma kita kayak lagi bernostalgia ke masa lalu. Aku masih nggak nyangka kalau kamu jadi wanita hebat kayak gini, Nir.” Nirma sama sekali tidak tersanjung, justru dia merasa jijik dengan cara Andra berbicara. Pria yang penuh dengan tipu muslihat, Nirma sudah bertahun-tahun mengenal Andra, jadi dia tahu bagaimana sikap dan tabiat lelaki itu. “Jadi, sekarang kamu mau apa dariku?” tanyanya dingin. Andra sedikit gelagapan karena tidak menyangka bahwa ucapannya akan dibalas seperti itu. Dia tidak ingin terlihat jelas bahwa dirinya mendekati Nirma karena tujuan tertentu. Namun, mengingat bagaimana dirinya dan sang ibu yang memperlakukan wanita itu dengan buruk, pastilah image-nya terkesan buruk. “Aku mau minta maaf, Nir.” Nirma mengh
#26Nirma sama sekali tidak keberatan dengan hal itu. “Kakak bisa melakukan apa saja yang kakak mau. Aku udah nggak peduli lagi bagaimana nasib Mas Andra dan keluarganya, Kak.” Dia tersenyum kecil. “Jadi, kapan Kakak akan melaporkan berkas ini?” Aleena menghela napas panjang. Dia bersandar pada punggung sofa dan bersedekap. “Rasanya ingin kakak laporkan dalam waktu dekat. Cuma kayaknya terlalu cepat buat bikin mereka hancur. Bagaimana menurutmu?” Nirma berpikir sejenak. Dia memang sangat ingin membuat Andra dan keluarganya menderita, merasa terhina, dihinakan dan hancur, sehancur-hancurnya. Namun, dia juga setuju dengan apa yang dikatakan Aleena. Ini terlalu cepat. Nirma belum puas dengan caranya untuk membuat mereka menderita. “Aku rasa belum saatnya, Kak. Masih banyak penderitaan yang ingin aku berikan kepada mereka.” Aleena mengangguk setuju. “Apa pun keinginanmu, Kakak pasti akan mendukungnya. Sekarang bukti ini aku simpan dan kapan aja kamu membutuhkannya, bilang aja.” Nirma
#27Luna terkejut mendengar bentakan ibu mertuanya itu. Sekarang bukan hanya Andra yang sudah berubah, melainkan Bu Retno pun demikian. “Kenapa Ibu malah ikut-ikutan membentakku?!”“Karena kamu salah. Berani-beraninya kamu memarahi Andra di depanku? Lagi pula apa yang dikatakan Andra memang benar, nggak semua hal selalu berkaitan sama kamu. Jadi, jangan terlalu percaya diri.”Entah sejak kapan air mata Luna mengalir di pipi. Dia mengusapnya dengan kasar dan menatap tajam kedua orang itu. “Kalian ini sebenarnya kenapa, sih? Kenapa kalian malah menyudutkanku? Apa Ibu juga percaya kalau Nirma yang kalian dulu pernah hina menjelma jadi orang kaya dan pemimpin di perusahaan?” Sedikit dia mendengar percakapan ibu dan anak itu, jadi rasa sakit di hatinya bukan tanpa alasan. Padahal saat ini yang menjadi istri dan menantu adalah dirinya. Nirma hanyalah masa lalu, jadi untuk apa mereka membahas orang yang sudah tidak ada kaitannya dengan mereka? “Cukup, Luna. Lebih baik kamu diam dan masuk
#28Hari ini adalah hari di mana Andra mengajak Nirma untuk makan siang. Beberapa karyawan memerhatikan lelaki itu yang berdiri di depan mobil Nirma, berlagak seolah mobil mewah itu adalah miliknya. “Beruntung aku udah belajar nyetir jauh sebelum ini. Nggak masalah kalau aku harus bertransformasi sebagai sopir, yang terpenting adalah aku bisa terus bersama Nirma.”Andra melirik jam tangannya, sudah lima menit berlalu, tetapi Nirma belum juga muncul. Mereka sudah memesan tempat di restoran mewah untuk makan siang bersama dan itu tentu saja atas usul dari Andra. Namun, yang datang bukanlah sosok mantan istrinya, melainkan istri sahnya. Luna melangkah lebar menuju ke arahnya dengan tatapan nanar. “Mau apa kamu ke sini?!” tegur Andra dengan suara yang tertahan. Dia melihat sekeliling, takut kalau tiba-tiba Nirma muncul dan merasa terganggu dengan kehadiran Luna.“Mas, sekarang jawab! Sebenarnya yang jadi istri Mas Andra aku atau si Nirma?!” Sejak melihat kedekatan suaminya yang hampir
#29Luna mencari rumah kontrakan yang agak kecil karena memang kondisi keuangannya tidak mendukung. Semenjak meninggalkan rumah suaminya itu, dia diserang stres sampai saat bekerja di kantor pun dia tidak bisa berpikir dengan jernih.Tidak hanya itu, kemesraan demi kemesraan semakin terlihat di antara Nirma dan suaminya. Lelaki itu sama sekali tidak terlihat menderita karena berjauhan dengannya. Itu membuat mental Luna semakin hancur, tetapi dia ingin memprotes pun tidak bisa. Nirma adalah pemimpin perusahaan di mana koneksinya juga sangat tinggi. Dibanding dengan dirinya, dia sama sekali tidak ada apa-apanya. Luna secara diam-diam mengamati mereka, meskipun tahu bahwa pada akhirnya dia juga yang akan merasakan sakit hati. Namun, di sisi lain dia juga ingin tahu apa sebenarnya tujuan Andra maupun Nirma. Apakah benar mereka kembali jatuh hati dan hendak bersama lagi? Bukankah itu artinya Luna benar-benar akan disingkirkan dari hidu
#30Keesokan harinya, tepat menjelang makan siang, untuk pertama kalinya Nirma datang ke lingkungan di mana dirinya dulu tinggal pertama kali setelah insiden yang membuat hidupnya berbalik 180 derajat. Tidak ada yang benar-benar mengenal Nirma di lingkungan itu saat ini. Dia juga memilih untuk menunggu di mobil sampai akhirnya Retno dan Andra keluar dari rumah. Nirma memutuskan untuk menyetir mobilnya sendiri agar lebih efisien dan bebas datang dan pergi kapan saja. Meskipun awalnya cukup ditentang Aleena. Dia menyapa Bu Retno saat wanita paruh baya itu masuk ke dalam mobilnya. Sebagaimana yang dia duga, wanita itu menunjukkan ekspresi terkejut dan bercampur sedih yang berlebihan.“Ya Tuhan, Nirma! Ibu nggak menyangka kalau ini benar-benar kamu, Nak.” Air matanya telah sampai di pelupuk mata. Dia membuat penampilannya agar terlihat sangat baik, tidak mau kalah dan dipermalukan di tempat umum dengan memberi kesan kucel dan kampunga
#31Situasi di restoran itu seketika berubah kacau. Nirma dan kakaknya menatap kepergian Andra dan Retno yang tampak memberontak saat dibawa paksa oleh polisi. Kegaduhan itu membuat mereka menjadi pusat perhatian. Aleena sudah membicarakan hal ini kepada pihak restoran untuk memberi ruang agar membiarkan semua berjalan sesuai dengan skenarionya. Wanita itu dengan kekuatan, terutama nama dan hak istimewanya, telah membuat pihak restoran sendiri menyetujui hal itu. “Jika ada yang merasa dirugikan, kecuali orang yang akan didatangi polisi nanti, semuanya akan menjadi tanggung jawab saya.” Begitu jaminan yang Aleena berikan kepada mereka. Hingga akhirnya semua memang berjalan dengan mulus, bahkan lebih baik dari yang dibayangkan. Di samping itu, Nirma yang mendapat tatapan tajam dari mantan ibu mertuanya itu hanya diam, tidak memberikan reaksi apa pun. Lalu, suara tangisan yang tersedu-sedu mengalihkan pandangannya. Suara tangisan itu berasal dari Luna. “Kenapa dia masih ada di sini?”
#32Luna bergegas pergi dari restoran menuju ke kontrakannya. Dia sama sekali tidak pernah berpikir kalau akan mendapat ancaman seperti ini. Ketakutan mulai menggerogotinya. “Ah, sialan! Nirma benar-benar bikin aku gila!” Siapa sangka kalau wanita yang dulu selalu dia ejek berakhir sebagai konglomerat dan mampu membuat hidupnya jatuh sejatuh-jatuhnya. Luna tidak tahu harus ke mana. Sejauh ini tidak ada yang tahu bahwa dirinya tinggal di kontrakan kecil, tetapi mengingat bahwa Aleena bahkan sampai tahu nomor teleponnya, makan pihak kepolisian juga tidak akan sulit menemukannya.Wanita itu membanting apa saja yang berada di dekatnya. Tas dia lempar ke dinding, meja rias kecil yang berisi make up dan barang-barang lainnya berserakan di lantai. Dia menatap langit-langit kamarnya dan beralih melihat kekacauan di depan matanya. Ini tidak jauh berbeda dari bagaimana hidupnya. Hancur, berantakan dan tidak tahu arah. “Ini semua gara-gara Mas Andra!” Dalam pikirannya, hal ini tidak akan terja