Monalisa Hotel, 3 tahun yang lalu.
"Hei, Crys!!!" seru teman-teman satu alumninya saat Crystal datang malam itu.Crystal adalah alumni Scuola di San Petrizio, sekolah menengah umum yang berada di kota C. Setiap tahun alumni satu angkatannya selalu mengadakan acara reuni wajib di tempat-tempat yang disepakati oleh para panitia. Dan kali ini mereka mengadakan reuni di kota B, setelah tahun lalu mereka mengadakan reuni di kota C."Kau cantik sekali, Crys! Tapi bagaimana? Apa kau sudah menikah? Kau terlihat tidak membawa pasangan. Bagaimana ini, Crys? Di usiamu yang sudah setua ini kau masih sendiri? Oh, no!!!" canda salah seorang temannya.Seperti biasa Crystal selalu menjadi pusat perhatian. Kedatangannya kali ini pun meski tidak diumumkan, sukses membuat seluruh mata tertuju padanya. Bagaimana tidak? Selain dia terkenal cantik dari zaman mereka masih sekolah, lagi pula siapa yang tidak kenal Crystal?Dia adalah put"Nona, lewat sini! Bukan ke situ ya ampun .... Ya Tuhan, kenapa badanmu terasa berat padahal kau terlihat mungil? Ayo kemarilah .... Edward dengan susah payah membawa Crystal yang mabuk berat ke sebuah suite room di lantai paling atas hotel itu."Kamar siapa ini? Ini bukan kamarku! Berthaaaa! Berthaaa! Kenapa kau membawa aku ke sini? Kau salah membawaku ke kamar!!!Uhhh!!" jeritnya dalam keadaan mabuk."Argggh, ini memang kamarmu! Berbaringlah di sini, Nona. Jangan kemana-mana. Aku akan kembali dengan capo dei capi!" kata Edward.Crystal yang sedang mabuk membelalakkan matanya."A-apa? Kau akan membaca capo ke sini? Kau akan membawa ayahku datang ke sini???!" jeritnya."Ssssst .... sssst!!! Jangan berisik!" Edward meletakkan jari telunjuknya di bibir."Tetapi kenapa kau ingin memanggil ayahku?! Aku tidak butuh didatangi Benigno Men- si- naaaa si tua itu!!!" Crystal masih saja meracau.Li
Ethan akhirnya kembali duduk dan menatap gadis itu."Baiklah, baiklah! Kita akan lakukan," katanya mengalah sambil membuka bajunya.Sungguh tingkah mereka sangat konyol karena mereka mabuk."Tapi kau jangan menakutiku, hmm?" pinta Crystal.Ethan mengangguk. Ia melihat gadis itu seperti anak anjing yang penurut. Dia tahu saat ini yang dibutuhkan oleh gadis itu bukanlah pria yang hebat di ranjang, melainkan pria yang pengertian hingga ia bisa menghilangkan rasa takutnya.Lalu terjadilah malam panas yang sudah lama Crystal inginkan namun baru malam ini berani ia melakukannya, dengan seorang pria yang bahkan ia tak kenal sebelumnya. Tanpa paksaan, namun semua terjadi seperti mimpi karena keduanya berada di bawah pengaruh alkohol.Crystal tertidur lebih dulu, hingga kemudian Ethan menyelimutinya. Hingga akhir percintaan mereka, dia bahkan tak ingat nama gadis itu. Yang dia tahu dia tidur setelahnya. Lalu
"Kenapa kau diam saja, Ba jingan?!! Jawab aku!!" hardik Ethan pada Edward sambil mencengkram kerah baju pria itu dengan erat. Sementara tangannya yang satu sudah mengepalkan tinjunya.Edward bergidik ngeri melihat kemarahan sang capo dei capi. Dia tahu dia tidak boleh main-main dengan pria ini. Sekali dia melayangkan tinjunya, bisa dipastikan tulang hidung Edward yang selalu ia anggap sempurna itu malah akan patah jadinya."Edward! Aku bertanya baik-baik padamu. Apa yang kau lakukan pada Crystal sehingga ia begitu marah padamu? Apa maksud perkataannya yang bilang kau membuat dia sampai mengandung Clarissa. Jawab!! Atau aku akan membuat hidungmu itu lepas dari tempatnya!!"Nah, benar kan? Ethan sudah mengincar hidungnya.Ya Tuhan! Demi gadis-gadis cantik yang masih ingin ia kencani, Edward bersumpah ia tidak akan membiarkan capo dei capi ini merusak hidung yang ia bangga-banggakan selama ini."Capo, capo! Kendalikan dirimu, Capo!
Ethan berjalan gontai menuju meeting room yang ia tinggalkan tadi hanya untuk menemui Edward. Tentu saja setelah membujuk Crystal untuk pulang ke rumah. Dan juga setelah ia berjanji akan menghabiskan sarapan yang telah dibawa oleh Crystal demi menyusulnya ke kasino ini.Tok!Tok!Tok!Ethan mengetuk pintu ruang rapat. Seketika semua mata peserta rapat yang ada di ruangan itu tertuju padanya. Tak terkecuali Richardo, sang CEO Mensina Casino.Semua peserta rapat yang ada disana saling pandang satu dengan yang lain. Mereka saling memberi kode seolah bisa bertelepati hanya dengan lirikan mata dan gerak bibir dan dagu.Andai gerak-gerik mereka bisa diterjemahkan kira-kira seperti inilah mereka akan berkata-kata:"Hey, kau lihat itu? Manager baru itu akan dapat masalah. Sebentar lagi pasti akan ada drama," kata si A sambil melempar pandang pada si B, tak lupa senyum menyeringai ke arah Ethan yang masih berdiri di ambang
Ketika jam sudah menunjukkan pukul 11.30, Ethan pun gegas meninggalkan Mensina Casino menuju pinggir utara kota C untuk menyambangi bengkelnya.Pekerja di Italia memang memiliki jam kerja lebih singkat dibandingkan dengan jam kerja yang distandarkan oleh negara lain untuk karyawan. Jika di Indonesia standar jam kerja karyawan adalah 8 jam perhari, berbeda dengan di Italia yang jam kerja karyawan hanya berkisar 5-6 jam setiap harinya. Para pekerja mulai bekerja pukul 8.30 hingga 11.30 lalu mereka pun akan beristirahat hingga pukul 1.30 siang, dan bekerja hingga sore.Selain itu, seperti halnya dengan Jerman, pemerintah Italia membebaskan para pekerjanya untuk membagi jam kerjanya. Sementara itu jam kerja dalam seminggu adalah sekitar 36 jam dan jam lembur hanya dibatasi paling lama 8 jam. Pengusaha akan dikenakan denda jika ketahuan memperkerja-lemburkan para pekerjanya lebih dari waktu yang telah ditentukan.Itu sebabnya Ethan memiliki ban
Ethan kembali dari kasino setelah malam. Aktivitasnya sebagai General Manager di Mensina Casino juga sebagai seorang mekanik bengkel yang didirikannya sendiri di pinggir utara kota menuntutnya untuk menghabiskan waktu lebih lama di luar rumah daripada di dalam rumah."Papa Ethan?" Si kecil Clarissa tiba-tiba saja memanggilnya yang akan naik tangga menuju lantai dua. "Hei!! Kau belum tidur?" sapa Ethan pada gadis kecil dengan mata besar yang indah itu.Clarissa seperti biasa, ia pemalu. Ia hanya tersenyum memamerkan gigi-giginya yang rapi dan putih."Hei, kesinilah gadis cantik kesayangan Papa!" panggil Ethan.Clarissa pun menurut lalu berjalan menghampiri Ethan. Ethan pun langsung menggendong anak berusia dua setengah tahun itu dan menatapnya penuh cinta."Kau menunggu Papa pulang?" Ethan.Gadis kecil itu mengangguk."Kenapa? Ada yang kau inginkan?" tanya Ethan.
Crystal kembali ke kamar Ethan dengan membawa bantal dan selimut kesayangannya. Jangan lupakan ia yang membawa bantal dan selimut Clarissa juga.Saat ia kembali ke kamar pria itu, Ethan sedang berada di kamar mandi. Crystal langsung memindahkan Clarissa ke sisi pinggir tempat tidur, lalu ia sendiri mengambil posisi di tengah-tengah ranjang agar ia bisa tidur di sebelah Ethan nantinya. Setelahnya ia memeluk Clarissa, membelakangi arah kamar mandi.Beberapa menit setelahnya Ethan pun keluar dari kamar mandi setelah ia selesai membersihkan diri. Seharian setelah pagi ke kasino, lalu siang hari ia ke bengkel, lalu ke kasino lagi hingga baru pulang malam begini, bisa dibayangkan betapa gerah dan lengket tubuhnya oleh keringat.Ethan mengernyitkan keningnya melihat Crystal yang kini sedang tidur tepat di tengah-tengah ranjang bersama Clarissa yang ia peluk di sisi sebelah tempat tidur."Ya Tuhan, tolonglah aku dari akal licik wanit
Ethan sedang menatap foto-foto Crystal bersama Clarissa yang melekat di dinding saat istrinya itu datang membawa sebotol red wine dan dua buah gelas khusus red wine berjenis Bordeaux."Apa yang sedang kau lihat?" tanya Crystal yang sempat berhenti sejenak di ambang pintu memperhatikan Ethan yang menatap foto-fotonya dengan Clarissa yang tergantung di dinding kamar."Oh ..." Ethan mengalihkan pandangannya dari foto kembali pada Crystal.Crystal masuk ke dalam kamar dan meletakkan botol wine dan gelas di atas nakas."Aku cuma heran, bagaimana bisa putriku yang manis dan pemalu punya ibu yang sangat temperamen dan hampir tak punya malu sepertimu. Apa mungkin dia mirip aku?" kekeh Ethan.Mendengar kata-kata Ethan itu, Crystal pun langsung menoleh pada pria itu dan melihatnya dengan pandangan malas."Oh, ayolah! Kau berkata begitu seolah kau adalah lelaki baik yang pemalu. Clarice mendapatkan sifat pem
"Ya Tuhan, kau akhirnya tahu juga jalan pulang ke sini," cibir Julia pada Ethan saat pria itu berkunjung ke bengkel, setelah satu minggu lebih ia tak ke sana sama sekali."Ju, kau masih di sini? Kau tidak kembali ke Palermo?" tanya Ethan.Pertanyaan itu tak urung membuat Julia mendelik sebal pada Ethan."Kau mengusirku?" sahut Julia ketus."Aku tidak mengusirmu. Hanya saja aku mendengar ada berita yang kurang mengenakkan di Palermo. Apa kau tidak ingin mencoba mengecek-nya?" tanya Ethan."Ethan, kalau kau tidak lupa bukankah itu sebenarnya adalah urusanmu?" jawab Julia lagi-lagi tak kalah ketus dari yang tadi.Julia sudah mendengar dari anggota Aquila Nera yang bertugas di hotel Mare Nostrum tentang acara dinner sang capo dei capi dengan istrinya itu. Ya, anak buah para mafia itu pun kadang-kadang memiliki kesamaan dengan orang lain. Mereka sering bercanda,dan kadang menggosipkan pimpinan juga adalah salah satu hal yang bisa men
"Bon Appetito, Crys!" ucap Ethan dengan sebuah senyuman yang paling termanis yang belum pernah Crystal lihat sebelumnya."Ethan, terima kasih!" sahut Crystal senang.Ketika ia baru saja ingin menyendok makanan yang berada di piringnya, pelayan yang berdiri di sebelah mereka menjentikkan jari-jarinya. Lalu tak lama keluarlah tiga orang dengan dua diantaranya membawa alat instrumen musik masing-masing di tangannya. Yang satu memegang biola, sementara yang satu lagi membawa alat musik flute. "Ethan? Apa ini?" seru takjub Crystal.Ethan lagi-lagi hanya tersenyum dikulum. Ia pun lalu meminta pada orang yang akan tak memegang alat musik untuk mendekat lalu membisikkan sesuatu di telinganya. Pria itu mengangguk-anggukkan kepalanya dan kemudian berbisik-bisik dengan dua temannya yang lain. Sementara itu pelayan yang tadi mengundurkan diri secara perlahan agar kedua pasangan itu bisa menikmati pertunjukan spesial yang telah dipersiapkan oleh pihak hotel u
Crystal mengedip-ngedipkan matanya heran. Jadi selama ini Christina berbohong? Untuk apa Christina berbohong padanya? Atau jangan-jangan bukan hanya pada Crystal saja? Apa pada orang lain juga?"Lalu? Kalau bukan menjadi manager di toko sepatu, lalu apa?" tanya Crystal tak mengerti."Aku ... aku bekerja di club malam, Crys!"Crystal sontak melebarkan matanya selebar-lebarnya."Club malam? Bagaimana bisa?" pekiknya tak percaya.Christina pun membungkam mulut Crystal dengab telapak tangannya."Sudah kubilang Crys, pelankan suaramu!" hardik Christina.Crystal mengangguk tanda paham, barulah Christina melepaskan tangannya yang membungkam mulut Crystal."Baiklah, baiklah!" kata Crystal sambil menghembuskan napasnya panjang. Sungguh Crystal tak menyangka akan mendapatkan kebenaran seperti ini dari mulut Christina sendiri. Setelah ia bisa merasa tenang, barulah ia kembali bertanya lagi pada Christina.
"Jadi Christina, apa bisnis suamimu itu? Apa benar dia capo dei capi?" tanya Crystal.Crystal malas jika mereka harus membahas Monica lagi."Husss, Crystal! Sssst!!!" Christina meletakkan jari telunjuk di bibirnya, untuk membuat Crystal diam.Crystal spontan menutup mulutnya."Kenapa kau membicarakan hal itu di depan umum seperti ini? Pelankan suaramu!" omel Christina."Maaf, Christine. Baiklah aku akan pelankan suaraku. Jadi, apa benar suamimu itu adalah capo dei capi?" bisik Crystal.Ethan dalam diam mendengarkan pembicaraan istri dan temannya itu. Dia juga ingin tahu ada hal konyol seperti apa lagi ini. Sepanjang dia menjabat menjadi capo dei capi entah sudah berapa kali Ethan menemukan orang-orang yang mengaku sebagai capo dei capi agar bisa mendapatkan keuntungan dari organisasi-organisasi mafia yang lain. Tapi untungnya, Ethan selalu punya tim dari Aquila Nera (Elang Hitam) yang bisa mengatasi orang-orang seperti itu. Dan E
"Cryssss!! Kau ada di sini juga?" tanya Christina pada Crystal. "Ah, iya," jawab Crystal singkat "Uuuugh .... kau sedang bersama suamimu yang hot itu?" bisik Christina pada Crystal sambil terkekeh. "Husss!!" Crystal langsung mencubit perut Christina. "Owhh ... Crys! Kau posesif sekali! Hahaha ... Apa kalian ke sini hanya untuk dinner? Atau juga untuk melewatkan malam yang something .... hot? Hahaa!" "Tutup mulutmu, Christine. Jangan membuatku malu," kecam Crystal sambil membekap mulut Christina yang sepertinya tak pernah diajari adab itu. Andrew yang melihat itu menatap malas pada Christina dan Crystal. Dia tak menyangka kalau kedua orang itu ternyata saling mengenal sebelumnya. Sekarang lihat! Ternyata tak hanya saling mengenal, keduanya terlihat seperti sahabat baik yang telah lama saling mengenal. Dan oh, sama seperti wanita pada umumnya, mereka juga melakukan hal yang paling dibenci oleh Andrew dari s
"Oh, Tuhan. Kau sangat sensitif dan kau juga pemarah. Bagaimana kalau kalian berdua ikut saja ke mejaku? Aku akan mentraktir kalian banyak foie gras di sana. Hahahaha ... itu makanan yang sangat lezat, Crys. Kau tahu, itu adalah makanan kesukaan para mafia. Papa Ben, ayahmu juga sangat menyukai itu. Rasanya lembut dan gurih. Dan apa katamu tadi? Menyiksa hewan-hewan itu? Ah .... itu adalah alasan lain kenapa makanan itu begitu enak untuk dinikmati. Ada begitu banyak kesakitan dan pengorbanan di sana. Itu yang membuat makanan itu terasa lebih enak. Demikian pula yang kita dapatkan dari hasil menindas orang lain, melakukan hal-hal ilegal yang seharusnya dilarang oleh pemerintah. Bukannya kau pun sama saja? Semua yang kau nikmati saat ini nyaris tak ada beda dari foie gras. Pakaian, rumah dan segala kenikmatan itu kau kira Benigno mendapatkan itu dari mana, hmmm?" Lalu Andrew dengan tawa mengejek yang menyeringai menertawakan Crystal.Crystal ingin membalas, namun i
"Crys! Tenanglah!" bujuk Ethan.Sungguh, istrinya ini memang luar biasa. Crystal selalu bisa membuat kejutan-kejutan tak terduga yang membuat Ethan ... ehem ... seringkali merasa malu dibuatnya."Ethan! Bagaimana aku bisa tenang? Kau membawaku ke sini, ke restoran di mana orang-orang bisa mengolah sesuatu yang kejam untuk dijadikan makanan? Yang benar saja! Hei, Tuan Pelayan!Panggilkan siapa pun yang bertanggung jawab atas menu makanan yang disajikan di restoran ini!"Pelayan itu kini bingung dibuatnya. "Emm ... Nyonya ada apa? Kenapa anda begitu marah?" tanya pelayan itu."Kau masih bertanya kenapa aku marah? Hah? Apa kau tidak tahu bagaimana foie gras dibuat? Ohhh ... jangan-jangan kalian malah memelihara angsanya di sini dan mengolahnya sendiri begitu? Ya Tuhan ... kalian memaksa bebek-bebek itu untuk makan terus menerus di empat puluh hari kehidupan pertama mereka? Lalu kalian mengurungnya dalam kandang sempit dan kecil, apa benar b
"Setelah kupikir-pikir lagi, sepertinya itu bukanlah pengalaman yang buruk. Bahkan karena hal itulah aku memiliki kau dan Clarissa di hidupku. Jadi apanya yang membuat jera? Lagi pula disini ada kau kan? Kalau aku mabuk aku yakin kau akan segera mengamankanku di tempat yang tepat. Betul kan, Tuan Trovatelli?" godanya."Owh. Tempat yang tepat ya?" balas Ethan sambil manggut-manggut."Ya. Seperti di ranjang misalnya?" jawab Crystal sambil mencibir.Pelayan yang masih berdiri di samping mereka, sampai tertawa terkekeh dibuatnya. Lalu kemudian pelayan itu buru-buru menutup mulutnya sebelum apa yang dilakukannya menjadi masalah di kemudian hari."Ya, ya, ya. Terserah kau saja, Nyonya! Kau pun menyukainya, bukan? Tak perlu malu untuk mengakuinya," kata Ethan balas mencibir Crystal."Kau ini ..." Crystal memanyunkan bibirnya."Baiklah, untuk makanannya kau pilih apa, Crys?" tanya Ethan lagi.Crystal kembali melihat pada buku me
Crystal digandeng Ethan masuk ke dalam hotel layaknya seperti gentleman sejati. Ethan membukakan pintu untuk Crystal barulah kemudian ia membuka lengannya agar Crystal dapat menggandengnya."Nyonya Trovatelli, ikutlah denganku!" ajak Ethan.Crystal mengangguk senang dan memeluk lengan pria itu hingga kini mereka bergandengan tangan antara satu dengan yang lain. Ketika mereka masuk melalui pintu utama, seorang penjaga yang bertugas di depan pintu terlihat terperanjat saat ia melihat Ethan. Lalu dengan penuh rasa hormat meski tidak mengatakan apa-apa, penjaga itu mengembangkan tangannya, mempersilahkan Ethan dan Crystal untuk masuk ke dalam hotel."Ke sini, Crys!" ajak Ethan pada Crystal.Wanita itu tadinya ingin melangkahkan kaki ke arah resepsionis, namun Ethan malah menuntunnya untuk berjalan ke arah sebaliknya. Pria itu mengajaknya berjalan menuju lift."Apa kita tidak check-in dulu?" tanya Crystal pada Ethan.Ethan t