Ethan sedang menatap foto-foto Crystal bersama Clarissa yang melekat di dinding saat istrinya itu datang membawa sebotol red wine dan dua buah gelas khusus red wine berjenis Bordeaux.
"Apa yang sedang kau lihat?" tanya Crystal yang sempat berhenti sejenak di ambang pintu memperhatikan Ethan yang menatap foto-fotonya dengan Clarissa yang tergantung di dinding kamar."Oh ..." Ethan mengalihkan pandangannya dari foto kembali pada Crystal.Crystal masuk ke dalam kamar dan meletakkan botol wine dan gelas di atas nakas."Aku cuma heran, bagaimana bisa putriku yang manis dan pemalu punya ibu yang sangat temperamen dan hampir tak punya malu sepertimu. Apa mungkin dia mirip aku?" kekeh Ethan.Mendengar kata-kata Ethan itu, Crystal pun langsung menoleh pada pria itu dan melihatnya dengan pandangan malas."Oh, ayolah! Kau berkata begitu seolah kau adalah lelaki baik yang pemalu. Clarice mendapatkan sifat pem"Oh, kepalaku sakit sekali," keluh Crystal sambil menepuk-nepuk kepalanya yang mulai sedikit berat."Kenapa? Apa kau sudah mabuk? Ya Tuhan, aku kira kau kuat minum," ejek Ethan meremehkan."Hei! Tentu saja aku kuat minum. Jangan ragukan aku, Breng sek!"Crystal menghabiskan kembali gelasnya yang telah diisi oleh Ethan tadi dan menuangkannya ke dalam gelas dan langsung menenggaknya."Kau lihat? Ini gelas keempatku!" Crystal meneguk wine itu lagi.Setelah itu ia menuang lagi."Ini gelas kelima!" tunjuknya sambil mengangkat gelas yang dipegangnya tinggi-tinggi."Keenam ....""Ketujuh!""Hei, Ethan! Kau menantangku tetapi kau bahkan belum menghabiskan minumanmu biar hanya segelas. Kau ... mempermainkanku?" ejek Crystal. "Ayo minum!"Crystal yang sudah setengah mabuk itu memaksa Ethan untuk menenggak minuman dalam gelasnya."Lagi!" pak
"Itu pasti kau, kan?" tunjuk Crystal pada Ethan.Ethan menunjuk dirinya sendiri."Aku? Apa maksudmu itu adalah aku?" tanya Ethan pura-pura tidak mengerti.Crystal mengerjap-ngerjapkan matanya, berusaha untuk tetap sadar. Kini ia yang sedari tadi sedang bersandar pada headboard tempat tidur, menurunkan kakinya ke lantai dan mengitari tempat tidur dengan sempoyongan sehingga ia bisa berada tepat di hadapan Ethan."Kau! Mengakulah padaku kalau kau adalah pria malam itu. Iya, kan?" tanya Crystal dengan tawa menyeringai.Ethan tersenyum tipis melihat Crystal yang terlihat mabuk berat akibat menghabiskan hampir satu botol wine. Sementara itu Ethan masih sangat sadar karena dia tadi hanya minum dua gelas wine saja."Apa yang harus kuakui?" Ethan balas tanya dengan nada tak bersalah."Sial an!!" jerit Crystal marah. "Kau masih tidak mau mengaku?"Ethan menahan tawanya melihat Cr
Mobil Lamb orghini Aven tador milik Benigno Mensina memasuki parking area Mensina Casino. Begitu Ethan keluar dari mobil semua mata pun tertuju kepada pria berusia tiga puluh tahunan itu.Ethan mengabaikan pandangan penasaran dari orang-orang Mensina Casino kepadanya dan beberapa meter sebelum ia melewati bodyguard di pintu masuk utama, ia pun melihat Ricardo, sang CEO yang kemarin bertengkar dengannya di meeting room.Dengan tangan menutupi benjol dan memar di keningnya itu ia hendak masuk ke dalam area casino begitu saja. Tetapi oleh sang bodyguard dia dilarang masuk."Hey! Apa yang sedang kalian lakukan? Menyingkir dari hadapanku!" perintahnya pada kedua bodyguard itu."Maafkan kami, Tuan Ricardo. Anda harus diperiksa dulu sebelum masuk kemari," kata salah seorang dari bodyguard itu."Oh, ya? Atas perintah siapa? Apa kalian baru bekerja di sini? Apa kalian bodyguard bo doh yang tidak tahu siapa aku?" kata Ri
"Andrew Bosseli, apa yang sedang kau lakukan disini?" tanya Ethan dengan malas."Ethan Trovatelli, apa ada larangan aku tidak boleh datang ke sini, hmm? Setahuku kasino ini diperuntukkan untuk umum. Dan aku juga bukan anak di bawah umur sehingga aku tidak boleh datang ke sini. Beginikah cara Mensina Casino menyambut para pengunjungnya? Sungguh sangat tidak bersahabat. Kalau begini terus tidakkah kalian takut kalau lama-lama Mensina Casino akan berkurang pengunjungnya karena pelayanan yang tidak memuaskan ini? Ah, aneh sekali," cibir Andrew Bosseli sambil menatap ke sekeliling gedung Mensina Casino yang megah itu."Jangan terlalu banyak basa-basi. Katakan saja apa maksud kedatanganmu ke sini. Jika kau berniat membuat keributan di sini, sebaiknya pergilah!" usir Ethan."Wah, wah, wah! Galak sekali staf Mensina Casino ini. Hei, Bro! Bisa kau beri tahu aku, jabatan apa yang dipegang oleh pria ini, hmm? Apa Benigno telah menjadikan dia sebagai s
Selama beberapa menit Rose menjelaskan Ethan berusaha untuk tetap fokus, walaupun saat ini pikirannya sedang berada pada Clarissa dan Crystal. Ia masih saja sulit untuk mempercayai kata-kata Crystal saat ia mabuk semalam.Bukan dia menganggap Crystal adalah seorang pembohong. Tetapi rasanya masih saja sulit percaya. Kalau benar Crystal hanya pernah berhubungan intim dengannya, bukankah harusnya Crystal adalah putrinya. Ya Tuhan!Bagaimana bisa itu terjadi? Dia bahkan belum pernah, bahkan tidak pernah terpikir untuk memiliki seorang anak darah dagingnya sendiri. Posisinya sebagai capo dei capi yang rawan membahayakan orang-orang terdekatnya membuat ia tidak berkeinginan untuk memiliki sebuah keluarga. Selama ini Alessandro dan orang-orangnya cukup sebagai keluarga baginya. Lalu, Alessandro kakaknya yang sialan itu malah memintanya untuk menjadi ayah angkat bagi putrinya, Clarissa. Sialan? Ya! Ethan saat ini ingin mengumpat kakaknya itu sebagai sialan.
"Oh, ya? Lalu kau sendiri apa kalau bukan pecundang?"Tiba-tiba saja Ethan muncul begitu saja dari belakang.Andrew dan kedua anak buahnya menoleh."Oh, Ethan!!" seru Andrew terkekeh melihat Ethan yang kini ada di belakangnya."Apa kau sudah puas setelah bersenang- senang dengan merusak nama orang lain?" tanya Ethan pada Andrew yang sedang asyik menekan-nekan tombol di mesin slot."Ya, lumayan. Kalau tidak begini kau tidak akan datang padaku," kekeh Andrew pula."Apa maumu sebenarnya?" tanya Ethan melihat tingkah Andrew yang tak ubahnya seperti bocah kecil yang menginginkan sesuatu tetapi dengan membuat keributan terlebih dahulu."Aku ingin .... kau memberiku sebuah informasi!" kata Andrew. "Ya! Ya! Ya! Si alan! Mesin slot sial an ini pasti diprogram agar membuat bettor (penjudi) kalah! Curang sekaliiii!!!" jeritnya hingga mengundang perhatian orang-orang yang berada di lantai tujuh in
Setelah Andrew dan kedua anak buahnya pergi, serta tak lama setelahnya Simone Colazi pun menyusul anak dari bosnya itu, akhirnya Ethan pun kembali ke ruangannya dan melakukan pekerjaannya sebagai General Manager. Pertama-tama hal yang dilakukan oleh Ethan adalah mengikuti rapat yang dipimpin oleh Ricardo."Selamat siang untuk seluruh peserta rapat. Saya selaku penanggung jawab pada rapat ini mengucapkan terima kasih atas kehadiran para peserta rapat. Khususnya untuk General Manager yang baru yang telah menyempatkan diri untuk hadir pada rapat kali ini," kata Ricardo menyindir Ethan yang hari ini duduk manis di kursinya di meja rapat.Semua mata tertuju pada Ethan, sementara Ethan sendiri lagi-lagi tidak fokus pada rapat. Pikirannya hanya tertuju pada Crystal dan Clarissa, serta Andrew yang kedatangannya lumayan mengusik dirinya." Pada rapat ini kita semua akan membahas mengenai tentang rencana membuat salah satu platform penyedia game seper
Lalu rapat itu pun berlangsung di bawah pimpinan Ethan. Berjalan lancar, dan semua masih berada di bawah kendalinya."Saya setuju dengan laporan dan saran yang telah kalian berikan. Satu lagi saran game tambahan dari saya jika Tim Perencanaan berkenan. Mungkin kita juga bisa memasukkan permainan Sic Bo pada platform online yang akan kita buat. Di sini ada yang tahu permainan Sic bo?" tanya Ethan menunjuk para peserra rapat.Sebagian besar dari peserta rapat itu mengangguk. Namun sebagian lagi tidak menjawab."Baiklah, mungkin sebagian besar dari kalian sudah tau meskipun di kasino ini kita belum memiliki jenis game itu. Namun bagi kalian yang belum tahu saya akan menjelaskan secara singkat. Sic bo merupakan jenis game berbasis dadu yang cukup popular. Permainan ini merupakan salah satu game dari China yang dimainkan dengan tiga buah dadu. Awalnya Sic bo merupakan salah satu permainan casino yang populer di Asia. Tapi game tersebut
"Kau masih bersikeras tidak mau mengaku kalau kau mengenalnya?"tanya Andrew.Ethan tersenyum tipis. "Kalau aku memang tidak mengenalnya lalu harus bagaimana? Apa aku harus mengaku kalau aku mengenal seseorang yang memang aku tidak kenal?" tanya Ethan balik.Andrew terkekeh. Dan kemudian meraih Paulo dan menjambak rambutnya."Betapa solidnya kalian berteman. Sungguh tak sia-sia capo dei capi merekrut kalian sebagai anggotanya. Benar-benar loyal dan terbukti kesetiaannya. Omerta sampai akhir, hmm?" ejeknya.Ethan terkekeh kecil."Aku tidak tahu ada lelucon apa ini. Terlihat lucu namun sebenarnya tidak sama sekali. Kau mengada-ada dan menebak-nebak apa yang ingin kau tahu lalu menyiksa orang lain untuk untuk mengatakan apa yang ingin kau dengar. Andrew, lelucon seperti apa yang sedang kau mainkan ini?" "Katakan itu setelah kau melihat ini!"Andrew tanpa peringatan menendang wajah Paulo dengan keras. "Argggh ..." Paulo mengerang namun tak berusaha tak menjerit.Sepatu mahal dengan sol
Malam ini Ethan tak langsung pulang ke rumah. Dia yang baru pulang dari kasino, di tengah jalan membelokkan mobilnya ke arah Via Oscar Romero. Tidak sulit menemukan markas Demone del Cielo, karena begitu ia memasuki kawasan Via Oscar Romero, tidak jauh dari persimpangan, Ethan sudah melihat neon box dengan huruf D&C dan ikon iblis yang bertengger di antara kedua huruf itu.Ethan pun segera meminggirkan mobilnya tepat di depan gedung itu. Belum keluar dari dalam mobil saja, Ethan sudah disambut salah dua orang pria berperawakan tubuh seperti seorang bodyguard. Khas para anggota organisasi mafia."Anda ingin bertemu dengan siapa?" tanya pria itu begitu ia keluar dari dalam mobil."Aku ingin bertemu dengan Andrew Bosseli. Dia ada?" tanya Ethan."Anda siapa? Keperluan anda dengan Tuan Andrew Bosseli apa?" Pria itu mengabaikan pertanyaan Ethan dan sebaliknya malah bertanya balik.Ethan tahu aturan untuk bertemu bos mafia. Walaupun tentu saja Andrew tidak ada apa-apanya dibandingkan dir
"Kalian sepertinya sedang sibuk? Apa aku mengganggu?" Suara Ethan yang datang dengan tiba-tiba tanpa pemberitahuan ke bengkel Thomas Morrone seketika membuyarkan perhatian para mekanik yang sedang sibuk dengan tugasnya masing-masing."Ah, Ethan. Kau datang? Angin apa yang membuat orang sibuk sepertimu mau berkunjung ke bengkel milikku yang seperti gubuk ini?" sambut Thomas.Ia yang sedang memeriksa mesin di bawah kap mobil, berhenti sejenak saat melihat siapa yang datang. Lalu, Thomas pun mengelap tangannya dan mendatangi Ethan yang berdiri di ambang rolling door bengkel mereka itu.Sesaat keduanya saling berjabat tangan hingga Thomas mempersilahkan Ethan untuk masuk. "Ayo masuk, Ethan! Silahkan duduk di sini!" ajak pria itu sambil mengarahkan Ethan ke tempat duduk yang sering digunakan para mekaniknya untuk istirahat dan kadang juga dipakai oleh pengunjung yang sedang menanti mobil mereka selesai diperbaiki."Wow, bengkelmu sangat maju, membuatku merasa insecure saja," puji Ethan p
"Kau lama tidak ke bengkel, Ethan!" sapa Jack manakala Ethan datang siang ini ke bengkel di pinggir timur utara kota.Ethan menghela napas."Ya, ada banyak hal yang harus kuurus," jawab Ethan."Apa ini soal perampokan itu? Aku mendengar berita tentang itu dari anggota AN ( Aquila Nera) di Mare Nostrum Hotel," kata Jack.Ethan mengangguk."Katanya kau sudah menangkap orang itu, orang yang mengaku-ngaku sebagai capo dei capi? Ngomong-ngomong di mana dia sekarang? Kau tidak membawanya ke sini?" tanya Jack penasaran."Untuk apa aku membawanya ke sini? Kau tidak tahu betapa banyak resiko di jalan kalau membawa dia ke sini. Di sana adalah tempat paling baik untuk menahannya," kata Ethan.Jack mengangguk-angguk paham sambil ia memperhatikan Ethan yang membuka baju kemejanya dan kini berjalan masuk ke dalam kamar."Ya, aku paham. Tapi sangat disayangkan aku tidak bisa ikut memukuli sialan itu!" umpat Jack.Ethan hanya tertawa kecil."Aku sudah memukulnya untuk mewakilimu.""Benarkah?" "Ya."
"Arabella, sebaiknya mulai sekarang kurangi aktivitasmu di luar rumah. Kau harus lebih banyak beristirahat. Jangan sampai kau kelelahan," nasihat Benigno pada calon istrinya itu.Arabella mengangguk dengan hati yang sangat bahagia. "Iya, Ben. Aku akan di rumah saja," kata wanita itu."Pagi ini aku ingin menemui beberapa orang tamu dari Sirakusa. Mungkin itu bisa menghabiskan waktu hingga 2 atau 3 jam, sepulang dari sana aku akan langsung ke sini untuk mengantarmu ke dokter kandungan," kata Benigno pada Arabella."Benarkah? Kau akan meluangkan waktumu untuk membawaku ke dokter? Untuk melihat calon putra kita?" tanya Arabella dengan sangat antusias."Ya, tentu saja. Selain itu kalau kau tidak lelah, kita mungkin bisa sekalian pergi ke salah satu event organizer untuk mempersiapkan pesta pernikahan kita. Kamu mau, kan?" Lagi-lagi Arabella mengangguk dengan sangat antusias. Dia benar-benar bahagia. Sungguh anak dalam perutnya sangat membawa keberuntungan. Biasanya Benigno tidak akan se-
Crystal melempar tasnya ke ranjang dengan hati dongkol. Jangan ditanya bagaimana kesalnya dia saat ini. Mengetahui kalau ayahnya membawa lagi Arabella ke rumah ini, itu saja sudah menjadi satu alasan bagi Crystal untuk marah-marah.Apalagi dengan berita terrrr ... terrr .... menggelikan sekaligus mengesalkan seperti ini, Crystal pun auto jengkel, dongkol yang tak bisa diungkapkannya seperti saat ini."Bagaimana bisa? Bagaimana bisa?" kesalnya sambil bersungut-sungut. Ethan yang menyusul masuk ke kamar mereka yang berada di lantai dua itu, hanya bisa melihat dan mendengar Crystal uring-uringan tak jelas. Wanita itu berjalan mondar-mandir di sepanjang kamar sambil menggerutu dan mengomel. "Ya Tuhan, ini tidak mungkin!!" ratap Crystal seperti seseorang yang baru saja mendapat musibah terbesar dalam hidupnya.Ethan berusaha tidak mempedulikan tingkah laku istrinya itu. Sebab Ethan tahu, jika dia mengajak Crystal untuk berbicara apalagi mencoba membujuknya alhasil itu adalah sesuatu yang
"Apa maksud anak itu, Arabel?" tanya Benigno pada kekasih sekaligus calon istrinya itu.Arabella memutar keras otaknya untuk berpikir."Organisasi Ethan apa yang dimaksud oleh gadis itu?" tanya Benigno.Arabella mengangkat pundaknya."Entahlah. Aku pikir anak itu mungkin hanya salah paham pada Ethan," kata Arabella berdalih.Ia telah berjanji tidak akan mengatakan rahasia besar Ethan kepada siapa pun, meski itu kepada Benigno."Salah paham bagaimana?" desak Benigno. Dan mau tidak mau sambil berjalan menuju ke bawah, ke tempat mobil Benigno diparkir, Arabella pun terpaksa menceritakan kejadian saat Ethan mengantarnya beberapa waktu yang lalu. "Jadi Ethan berkelahi dengan orang-orang yang menganggu anak itu dengan ayahnya?" tanya Benigno.Arabella mengangguk."Ya, begitulah. Mungkin itu sebabnya Diana mengira kalau Ethan juga memiliki organisasi mafia. Ya, itu dikarenakan orang-orang yang dilawan Ethan waktu itu adalah orang-orang dari kelompok mafia juga," kata Arabella memberi tahu.
"Arabella mengandung?" gumam Benigno.Pria berusia jelang kepala enam itu terperangah mendengar kata-kata Margaretha.Margaretha mengangguk."Arabel, kenapa kau tak mengatakan apa-apa padaku?" tanya Benigno pada Arabella yang sedang duduk sambil memalingkan wajahnya."Memangnya apa yang harus kukatakan?" tanya Arabella. "Meski aku mengatakannya memangnya akan ada yang berubah? Anakku tetap saja tak pantas menyandang nama belakang Mensina."Arabella terlihat sedih mendengar ucapannya sendiri."Hei, kenapa kau berkata seperti itu?""Karena memang begitulah adanya. Aku ini bukan perempuan baik-baik, Ben. Mana mungkin aku berani menuntutmu untuk mengakui anak ini, hmmm? Crystal pasti akan membunuhku. Aku yakin itu!" "Crystal tidak seburuk itu, Arabella. Yah, walaupun untuk beberapa hal aku sepakat kalau sering kali memang kata-katanya terlalu kasar padamu. Aku sebagai ayahnya meminta maaf padamu. Aku tidak bisa mendidiknya dengan baik. Kau tahu sendiri dia ditinggalkan oleh ibunya ketika
Benigno termangu setelah beberapa saat sambungan telepon antara dia dan putrinya Crystal terputus setelah ia berbicara dengan Andrew Bosseli tentunya.Kata-kata Andrew itu masih terngiang-ngiang di telinganya. Semua yang dijabarkan oleh Andrew tentang kecurigaannya terhadap Ethan dan capo dei capi itu membuatnya antara percaya dan tidak percaya."Tuan Ben, apa kita berangkat sekarang?" teguran Jordy membuatnya tersadar dari lamunannya."Ah, ya! Sebelumnya kita datangi dulu Arabella, Jordy. Aku mengkhawatirkannya," kata Benigno sambil berdiri dari tempat duduknya."Baik, Tuan." Jordy pun berjalan mengikuti Benigno menuju mobil yang sudah siap berangkat dari tadi. Benigno tanpa perlu dibukakan pintu mobil pun langsung masuk dan duduk di kursi depan, samping kemudi."Jadi kita ke Via Denaro sekarang, Capo?" tanya Jordy."Hem." jawab singkat dari Benigno.Lalu mobil yang disetir oleh Jordy itupun melaju di jalanan kota C menuju ke Via Denaro, tempat orang tua angkat Arabella berada.Di p