"Kau masih bersikeras tidak mau mengaku kalau kau mengenalnya?"tanya Andrew.Ethan tersenyum tipis. "Kalau aku memang tidak mengenalnya lalu harus bagaimana? Apa aku harus mengaku kalau aku mengenal seseorang yang memang aku tidak kenal?" tanya Ethan balik.Andrew terkekeh. Dan kemudian meraih Paulo dan menjambak rambutnya."Betapa solidnya kalian berteman. Sungguh tak sia-sia capo dei capi merekrut kalian sebagai anggotanya. Benar-benar loyal dan terbukti kesetiaannya. Omerta sampai akhir, hmm?" ejeknya.Ethan terkekeh kecil."Aku tidak tahu ada lelucon apa ini. Terlihat lucu namun sebenarnya tidak sama sekali. Kau mengada-ada dan menebak-nebak apa yang ingin kau tahu lalu menyiksa orang lain untuk untuk mengatakan apa yang ingin kau dengar. Andrew, lelucon seperti apa yang sedang kau mainkan ini?" "Katakan itu setelah kau melihat ini!"Andrew tanpa peringatan menendang wajah Paulo dengan keras. "Argggh ..." Paulo mengerang namun tak berusaha tak menjerit.Sepatu mahal dengan sol
"Buka ikatannya!" perintah Andrew pada anak buahnya.Orang-orang yang diperintahkan oleh Andrew itu tak langsung mengikuti perintah dari bosnya. Mereka menatap Paulo dan Ethan dengan ragu secara bergantian."Ayo, tunggu apa lagi!" desak Andrew."Tapi Capo, bagaimana kalau dia melawan dan ...."Orang itu mengurungkan niat melanjutkan kata-katanya ketika melihat pandangan menusuk dari mata Andrew Bosseli."Apa maksudmu? Kenapa kau tidak melanjutkan lagi kata-katamu itu? Kau bermaksud bilang kalau kau meragukan aku?""Ti-tidak. Tidak demikian maksudku, Capo. Aku hanya khawatir dia mencelakai Capo nanti," kata anak buahnya itu."Kau terlalu meragukan aku rupanya! Sudah! Jangan terlalu banyak bicara dan buang-buang waktu! Buka ikatannya!" hardik Andrew lagi.Anak buahnya itu tak bisa mengelak lagi. Mereka pun dengan berat hati membuka ikatan tali yang mengikat tangan Paulo itu. "Ini terlalu erat simpulnya. Tolong ambilkan pisau, Geraldine!" pinta salah satu anak buah Andrew itu pada tema
"Kau kalah, Bro!" ucap Ethan.Pria itu kini tergeletak tak berdaya. Matanya menatap nanar pada Ethan yang menatapnya remeh. Padahal hanya beberapa meter saja jarak mereka, tetapi entah mengapa di mata Andrew saat itu, Ethan terlihat tinggi, seperti dia sedang berada di bawah lembah dan Ethan berada di puncak gunung yang tinggi."Kau ... kau sialan, Ethan ... Huuuuh ...huhhhuf...."Andrew tersengal-sengal. Dari hidung dan mulutnya berceceran darah bercampur lendir."Seperti janjimu, biarkan kami pergi dari sini!" tuntut Ethan sambil mengulurkan tangan pada Paulo.Paulo menoleh."Hai, Bro! Aku Ethan. Boleh aku jadi muridmu? Aku sudah berjanji akan ikut siapa pun yang menang dalam taruhan ini," kata Ethan sembari mengedipkan matanya pada Paulo.Tentu ia melakukan itu masih dengan tujuan ingin melindungi identitas dia dan Paulo."Aku dengar kau adalah anak buah capo dei capi. Bisa tolong kenalkan aku padanya? Aku ingin bertemu dengan bos dari segala bos yang seringkali membuat orang jadi
"Aku rasa sebaiknya untuk sementara kau tinggal di sini saja dulu bersama Jack," kata Ethan pada Paulo sesaat setelah mereka sampai di bengkel milik capo dei capi itu.Paulo menatap Jack sejenak sebelum menjawab."Ya, kau boleh saja tinggal di sini, asal jangan cerewet," jawab Jack pura-pura ketus."Jack!" tegur Ethan.Jack pun cengengesan mendengar sang bos menegurnya."Maaf, Capo. Aku hanya bergurau. Tidak serius," elaknya.Paulo yang mendengar kata-kata Jack hanya mendengus. "Bukan aku yang ingin di sini. Tapi capo yang menyuruhku," katanya membela diri."Ya, ya, ya. Baiklah, Paulo. Aku juga tidak serius. Kau boleh saja di sini. Lagi pula ini bengkelnya, Capo," kata Jack."Sepertinya aku harus pulang sekarang, Jack, Paulo. Aku tidak mau Crystal sampai khawatir nanti," kata Ethan sembari menatap ponselnya.Di layar ponsel itu sudah tertera beberapa kali panggilan tidak terjawab dari Crystal."Baiklah, Capo.""Jack, tolong kau urus Paulo sepanjang aku tidak ada. Nanti aku akan menyu
"Ya Tuhan, kau sangat mengerikan. Apa aku boleh melaporkan ini sebagai kasus pemaksaan dan kekerasan sek sual?" kata Ethan dengan napas yang memburu.Ethan benar-benar tak habis pikir pada apa yang dilakukan oleh Crystal. Istrinya itu benar-benar menggunakan cara yang licik untuk mendapatkan apa pun yang dia mau. "Kau juga mau, kan? Aku lihat kau tidak terlihat seperti korban pemaksaan tadi. Malah akulah yang dipaksa, ckckck!" cibir Crystal sembari turun dari ranjang.Bagaimana tidak Crystal berkata demikian? Saat efek afrodisiak yang diberikan oleh Crystal pada Ethan mulai beraksi, di saat itu pula Ethan yang sudah tidak tahan malah mendesak Crystal yang berada di posisi woman on top untuk melakukan permainan inti tanpa henti. Meski melelahkan tapi Crystal bisa tersenyum puas karena dia berhasil mendapatkan apa yang dia inginkan. Tepat ketika Ethan hampir mencapai klimaksnya Crystal yang sedang berada di atas tubuhnya sama sekali tak ingin menyingkir dari atas tubuh suaminya itu."C
"Kau sungguh-sungguh telah merasa lebih baik?" tanya Crystal.Ethan yang sedang menyetir mobil itu mengangguk. Kondisinya sekarang memang sudah sedikit membaik, yah ... walaupun dia masih merasa sedikit tidak nyaman tentunya."Lain kali jangan lakukan itu lagi, Crys," pinta Ethan pada istrinya itu."Aku berjanji tidak akan melakukannya lagi kalau kau mau bekerja sama untuk memberikan adik untuk Clarissa," jawab Crystal.Ethan geleng-geleng kepala melihat Crystal yang masih saja tidak bisa diberi pengertian. Sementara itu, Clarissa mendengar percakapan Ayah dan ibunya itu pun menyela."Adik?" gumamnya.Clarissa pun menengadahkan kepalanya untuk dapat melihat wajah Crystal yang sedang memangkunya."Hmm ... ya, adik kecil, adik bayi seperti anaknya bibi Audrey, temannya Mama yang tempo hari kita pernah ke sana," jawab Crystal."Adik bayi Noah?" Crystal mengangguk."Hum. Betul, namanya Noah, dia lucu kan? Sangat menggemaskan. Kau bahkan minta pada bibi Audrey untuk memperbolehkan kita me
Di akhir pekan, Crystal dan Ethan memutuskan untuk pindah. Eh, salah. Sebenarnya bukan Ethan yang memutuskan ingin pindah melainkan Crystal sendiri. Ethan boleh saja adalah capo dei capi dalam organisasi yang dipimpinnya. Tetapi dalam pernikahannya, Crystal-lah yang lebih dominan dalam hal mengambil keputusan. Apalagi untuk urusan tetek bengek seperti ini."Tolong kalian angkat barang-barang ini. Hati-hati! Ini meja rias kesayanganku. Awas saja kalau pecah, bahkan retak sedikit pun aku tidak akan mau membayar sepeser pun," perintah Crystal pada salah seorang pria yang bekerja di perusahaan jasa pindah rumah yang dia sewa."Crys ..." tegur Ethan.Crystal berdecak mendapat teguran seperti itu dari suaminya. "Astaga, kau ini! Aku hanya ingin mereka melakukan pekerjaan mereka dengan benar. Lagi pula meja rias ini peninggalan ibuku. Wajar saja kan kalau aku khawatir mereka memecahkannya? Barang itu tak terganti meski kau membeli meja rias baru di planet Jupiter sekali pun," kata Crystal.
"Kau sudah merasa baikan?" tanya Diego pada Andrew.Andrew yang baru saja keluar dari rumah sakit itu, tersenyum sinis dengan pertanyaan ayahnya itu."Memangnya ayah peduli? Bukannya ayah senang kalau aku bahkan sampai mati?" jawab Andrew dengan ketus."Kenapa kau berkata seperti itu?" "Ayah, sudahlah. Aku tahu ayah adalah mantan komisariat SMG. Tapi tidak berarti hanya karena Ayah sangat menghormati organisasi itu, lantas Ayah lebih peduli pada orang-orang yang bekerja dengan Capo dei capi. Ayah tahu mereka siapa. Aku lihat di rekaman CCTV, mobil ayah dan mobil Ethan bahkan berpapasan malam itu, tetapi hah! Sangat membuatku sedih. Ayah bahkan tidak kepikiran untuk menangkap Ethan dan Paulo itu. Dia orang yang membuat anak ayah seperti ini, dan yang bahkan menghancurkan sebagian gedung D&C. Kenapa ayah tak menangkapnya?" "Berhenti menyalahkan ayah, Andrew. Instrospeksi dulu kesalahanmu sendiri. Ayah sudah pernah memperingatkanmu untuk tidak mengusik Ethan. Terserah apa yang ingin
"Owhh ... kau anak yang manis sekali, Sayang. Kau mau digendong oleh kakek?" Clarissa tersenyum dan mengangguk. Benar kata pepatah kalau darah memang lebih kental daripada air. Meskipun ia belum pernah melihat Diego, tapi adanya hubungan darah di antara mereka tidak bisa menepis kalau mereka memiliki ikatan batin antara satu dengan yang lain.Diego tanpa persetujuan dari Ethan, kini meraih cucunya itu dan menggendongnya. Benigno yang berada di meja yang sebelumnya dikunjungi oleh Diego itu bahkan sampai berdiri. Ia merasa berang melihat musuh bebuyutannya sedang menggendong cucunya. Dan menyebalkannya Ethan bahkan ada di sana dan ia tidak melakukan apapun. Bukankah itu menyebalkan? Kini timbul prasangka di dalam hatinya. Apakah jangan-jangan benar apa yang dikatakan oleh Diego itu kalau Ethan adalah putranya? Mungkinkah itu."Bajingan!" umpat Benigno.Benigno sebenarnya ingin langsung menuju meja Ethan dan menghajar pria yang pernah menjadi sahabatnya itu karena telah berani menyent
Ethan sebenarnya gelisah melihat Crystal yang disuruhnya mengambil makanan namun malah tetap tak dapat mengendalikan diri untuk tidak mencegat Diego masuk ke dalam aula pesta pernikahan. Entah apa yang istrinya dan Diego bicarakan. Namun melihat Diego menepuk-nepuk kepala Crystal, Crstal adalah putrinya, tak urung membuat Ethan khawatir juga. Untuk apa Diego datang ke sini? Dan bersikap seolah ia akrab dengan Crystal yang sedang kebingungan? Apa dia bersikap seperti itu untuk membuktikan pada Ethan, kalau dia mampu menebus kesalahannya di masa lalu dengan menjadi ayah dan mertua yang baik bagi Ethan dan Crystal? Sungguh dia berpikir bisa semudah itu? Really?Ethan sebenarnya sudah berniat ingin menghampiri mereka, namun melihat percakapan Diego dan Crystal tidak berlangsung lama dan berakhir dengan Diego yang meninggalkan Crystal dengan kebingungannya cukup bagi Ethan untuk tidak meneruskan niatnya. Ia kemudian hanya menatap dari jauh Crystal yang berjalan kembali menuju stand makan
Usai dari gereja, resepsi pernikahan Benigno Mensina dan Arabella pun berlanjut ke gedung resepsi. Banyak relasi bisnis yang diundang oleh Benigno ke acara pernikahannya itu. Namun yang menarik perhatian manakala melihat sosok Diego Bosseli ada di sana. "Mau apa dia di sini?" gumam Crystal saat melihat Diego dan asistennya Simone Colazi memasuki ruangan pesta.Ethan yang sedari tadi sibuk bercengkrama sambil menyuapi Clarissa makan, menatap ke arah pintu gedung aula. Ia sedikit mengernyitkan kening, melihat ayah biologisnya itu ada di pesta pernikahan sang mertua.Sementara itu Benigno dan Arabella masih sibuk menyapa dan menyambut para tamu. "Ya Tuhan, apakah dia datang ke sini untuk membuat masalah? Ah, tunggu sebentar, Ethan. Aku akan mendatangi dia. Aku ingin menanyakan ada urusan apa dia ke sini?" Crystal sudah akan bangkit dari duduknya, namun Ethan menyuruhnya untuk duduk kembali."Duduklah, Crys. Abaikan saja dia!" perintah Ethan sambil menyuapi Clarissa kembali."Tetapi ba
Ketegangan seketika terjadi di antara mereka. Kali ini Ethan benar-benar sampai mengubah raut wajahnya. Yang tadinya dia terlihat santai, tetapi mendengar percakapan antara Marlon mertuanya itu, seketika membuat ia merasa tidak senang."Marlon, apa kau sudah gila? Jangan bercanda seperti itu. Tidak enak kalau sampai Ethan salah paham padamu nanti," tegur Sharon setengah berbisik.Mendengar teguran dari sang adik, Marlon hanya menanggapinya dengan santai."Hahaha .... Sharon! Menurutku kaulah yang terlalu serius menanggapi percakapan antara aku dan Paman Ben. Padahal kami hanya bercanda, dan aku rasa Ethan pun tidak akan seburuk itu selera humornya. Aku benat kan Paman Ben? Ethan?" kata Marlon seakan ia meminta pendapat terhadap keduanya.Benigno hanya mengiyakan dengan kesan malas. Ekspresinya mengatakan kalau dia tidak sedang bercanda. Sementara Ethan sendiri menatap tajam pada Marlon."Sayangnya, bercanda tidak lucu seperti itu hanya dilakukan oleh pria-pria tidak berkelas yang han
"Crys, apa kau sudah siap?" tanya Ethan pada Crystal yang sedang sibuk berdandan."Tunggu sebentar, Ethan. Aku tinggal pakai lipstik ini biar hasilnya lebih seksi," kata Crystal.Ethan menghela napas menahan sabar.Telah lebih satu jam Ethan menunggu istrinya itu untuk selesai mendandani diri. Hari ini adalah hari pernikahan Benigno Mensina dan Arabella. Tepat dua minggu Crystal dan Ethan memutuskan untuk pindah rumah, Benigno pun memutuskan untuk secepatnya mempersiapkan pernikahannya dan hari ini adalah hari H-nya."Astaga, kau ini aneh, Crys.Sebenarnya kau berdandan semaksimal ini untuk apa? Bukannya kau yang bilang tidak suka dengan pernikahan Papa Ben dan Arabella? Lalu apa ini? Astaga, aku dan Clarissa bahkan sudah selesai lebih dari sejam yang lalu. Dan kau selalu mengatakan sebentar. Apanya yang sebentar?" cibir Ethan."Ethan, kau sabarlah sedikit. Kalau aku cantik bukannya kau juga yang bangga. Tenang saja, aku tidak akan membuatmu malu," kata Crystal cuek.Ibu dengan satu or
"Kamu yakin dia orang yang kamu maksud?" Di Golden Time Residence, di balkon sebuah rumah seorang wanita dan seorang pria yang rumahnya tepat berada di hadapan rumah Ethan dan Crystal, sedang berbincang santai. Mereka adalah Sharon dan Marlon. "Ya, tentu saja dia. Aku tidak mungkin salah, kalau dia adalah orang yang telah membunuh Papa. Di restoran Jepang itu memang tak ada rekaman CCTV, tapi dari gedung yang berada di belakang restoran itu ada rekaman CCTV yang menunjukkan kalau dia adalah orang asing yang keluar dari pintu belakang khusus karyawan," kata Marlon. Mata pria itu menatap tajam ke arah rumah dengan dua lantai yang terlihat homey dan menyenangkan yang memang dibangun khusus keluarga itu. Marlon tidak akan pernah lupa pada sosok pria yang telah membunuh ayahnya 5 tahun silam. Ayahnya, Gino Castello adalah salah seorang ketua mafia di wilayah Brooklyn, New York. Gino terkenal sebagai ketua mafia yang kejam di kalangan para gangster yang sebagian besarnya adalah imigran
"Tolong perjelas apa maksud kata-kata anda itu?" tanya Ethan sambil memicingkan matanya.Ethan merasa bahwa ada maksud tersirat dari kata-kata yang diucapkan oleh Marlon Huston itu. Tetapi sepertinya Marlon sangat pandai berdalih. "Oh, hahaha ... aku hanya bercanda saja, Ethan. Jangan mengambil hati serius akan kata-kataku itu," kata Marlon. "Oh, bercanda ya?" Ethan tak percaya pada apa yang dikatakan oleh Marlon tersebut."Ya, biasanya orang-orang sepertimu yang memiliki masa lalu seperti itu, maaf ... pasti memiliki sebutan atau olokan dari teman-temanmu di waktu kecil dan akhirnya terbawa hingga dewasa. Ehmm ... maaf, dalam hal ini jangan salah paham padaku. Aku tidak bermaksud menghinamu. Aku mengatakan itu karena sekarang aku yakin kau pasti adalah seseorang yang sukses sehingga mampu membeli rumah di sini. Aku benar, kan?" Ethan masih belum paham kemana sebenarnya arah pembicaraan Marlon ini. Ethan tak sepenuhnya yakin kalau alasan yang diucapkan oleh pria ini adalah apa yan
"Crys, sudahlah! Jangan marah-marah seperti itu," bujuk Ethan."Jangan marah-marah bagaimana maksudmu, Ethan. Dia membawa Clarice tanpa seijin kita! Bagaimana kalau Clarice benar-benar hilang? Kau memangnya tidak takut kalau itu terjadi? Oh, ya, ya, ya! Kau mana mungkin peduli padanya. Kau bahkan tidak ikut membesarkannya, tak punya andil saat dia bahkan dalam kandunganku. Ah, sudahlah! percuma bicara denganmu! Clarice sini!" Crystal langsung menarik Clarissa dan menggendong gadis kecil itu."Clarice, apa yang kau lakukan? Kenapa kau mau ikut dengan orang yang tidak dikenal? Apa Mama tidak pernah menyuruhmu waspada terhadap orang asing?!" kesal Crystal tanpa peduli pada tatapan tak mengerti bocah itu terhadap kemarahannya"Nyonya, maafkan saya. Saya yang salah. Jangan memarahinya. Sungguh, saya tidak punya niat apa-apa membawa anak anda. Saya benar-benar hanya ingin membelikannya es krim dan balon karena di sini memang ada penjualnya," ucap wanita itu agar Crystal tidak memarahi Cla
"Nona Crystal! Nona!!!" panggil Anna yang saat ini sedang berada di tengah-tengah kolam.Crystal yang sedang berenang bersama Ethan menoleh pada Anna yang berada di dekat pintu tengah menuju kolam. "Maaf Nona, ada yang mencari anda!" seru Anna lagi.Crystal pun segera berenang ke pinggir kolam yang lebih dekat dengan Anna."Siapa, Anna?" Crystal tentu saja heran, karena mereka baru saja pindah ke sini namun sudah ada saja orang yang ingin bertemu dengan mereka."Katanya tetangga depan rumah, Nyonya. Namanya Nyonya Sharon. Dia datang ingin menyapa," jawab Anna. Astaga, ada-ada saja orang yang ingin merusak kesenangannya. Padahal Crystal sedang senang-senangnya menikmati quality time bersama suaminya."Apa kau tidak bisa mengatakan kalau aku sedang tidak bisa diganggu saat ini?" tanya Crystal sedikit keberatan."Maaf, Nona Crystal. Nyonya Sharon bilang dia sangat jarang berada di rumah. Dia ingin menyapa karena kebetulan dia sedang berada di rumahnya dan asisten rumah tangga hanya me