Suasana yang berbeda, bahkan kontras terjadi saat kegelisahan yang dirasakan oleh Diana, Gilang, dan Ryan, bertolak belakang dengan Ibra dan pamannya. Mereka berdua justru tampak puas dengan perkembangan situasi yang semakin rumit, berdiri dengan senyum tersirat di wajah mereka, menikmati hasil dari rencana mereka."Akhirnya, semuanya berjalan sesuai rencana. Mereka semua bingung dan tidak tahu harus berbuat apa," gumam Ibra tersenyum puas."Ya, itu berarti rencana kita memang berhasil. Kita sudah mengacaukan situasinya," kawan sang Paman dengan mengangguk.Seseorang datang kemudian berbisik-bisik memberikan laporan kepada mereka, dan pamannya Ibra tersenyum lebih lebar lagi.Pria tua itu, seakan-akan sedang menikmati sesuatu yang tidak pernah dia rasakan sehingga sangat bahagia."Hehehe ... Baiklah, sekarang saatnya kita merencanakan langkah berikutnya. Kita punya yang lebih unggul," kekeh sang Paman dengan bangga."Benar, Paman. Mereka belum menyadari siapa yang berada di balik semu
"Ugh ... huwekkk ... huuu ..."Suaranya yang lemah dan terisak-isak tercampur dengan suara muntahan, menciptakan gambaran kesengsaraan dan ketidakberdayaan yang menyelimuti Saras.Wanita itu merasa benar-benar terjebak dalam situasi yang kian mencekam dan mengerikan. Sesuatu yang sekecil itu, seperti menemukan bangkai tikus, telah membuatnya semakin hancur dan rentan dalam keadaan yang mengerikan ini.Kini, Saras merasa terjepit di antara dua sensasi yang mengerikan. Rasa ketakutan dan keputusasaan masih melanda dirinya, dan rasa mual serta jijik akibat menemukan bangkai tikus membuatnya semakin terpuruk. Tubuhnya gemetar, dan ia merasa kian lemah dalam keadaan yang tidak pasti ini."Hiks, kenapa tidak ada yang datang menolongku? Tempat apa ini sebenarnya?"Saat ia mencoba menenangkan diri dari serangan mual yang tak terkendali, ia merasakan getaran getaran halus di udara yang dingin. Meskipun tak begitu jelas, itu adalah petunjuk bahwa ada hembusan angin yang memasuki ruangan gelap t
"Aku harus mencari bantuan ... atau setidaknya mencari tanda-tanda kehidupan."Saras berdiri di luar gudang yang mencekam, mengamati sekelilingnya dengan hati-hati. Ia menyadari bahwa gudang ini terletak jauh dari pemukiman warga dan jalan raya, menjadikannya tempat terpencil yang sulit dijangkau. Meskipun ia telah keluar dari dalam gudang, tantangan masih belum berakhir.Cahaya matahari yang terang memenuhi pandangannya, membuatnya sejenak terasa silau. Ia mengambil napas dalam-dalam, merasakan angin segar yang melintasinya. Namun, rasa takut dan kebingungan masih menggelayut dalam dirinya. Ia tidak tahu persis di mana ia berada dan bagaimana ia bisa kembali kepada orang-orang yang dicintainya.Kruukk krucuuukkk"Ehhh, cacing di perut ..."Saras, memegangi perutnya yang terasa sangat lapar. Sejak sadar dari pingsannya dan berada di dalam gudang gelap, wanita itu tidak menyantap makanan secuil pun. Jadi, sekarang baru merasakan rasa lapar."Aku harus terus bergerak ... terus, mencari
"Ryan, bagaimana perkembangannya? Sudah ada petunjuk?" tanya Gilang, di seberang sana."Belum, Mas. Ini masih mencari-cari apapun yang bisa menjadi petunjuk," jawab Ryan, saat menerima panggilan telepon dari Gilang."Hahh ... kemana penculik itu membawa Saras?" kesah Gilang, seakan-akan untuk dirinya sendiri.Dalam kesibukannya mencari keberadaan Saras, Ryan maupun Gilang merasa waktu berjalan lambat. Mereka sama-sama merasakan gelisah dan perasaan tak pasti yang tak bisa hilang begitu saja.Dengan pandangan mata yang lelah, Ryan tahu bahwa ia tidak bisa menyerah begitu saja. Ia harus tetap kuat dan bertekad untuk melakukan apa pun yang mungkin untuk membawa Saras kembali, tanpa peduli seberapa sulit dan tidak pasti jalannya."Aku, akan mencari perawat untuk menjaga mama Diana. Jika sudah dapat, aku akan bergabung untuk mencari.""Ya, Mas Gilang. Sebaiknya begitu, jadi Mas Gilang bisa mencari petunjuk dengan ikut terjun ke lapangan.""Ya, semoga hari ini aku mendapatkan perawat yang c
Ryan dan timnya terus berjuang dengan segala kekuatan yang mereka miliki. Serangan yang terus-menerus dari lawan-lawan yang lebih berpengalaman membuat mereka semakin terdesak.Beberapa dari mereka sudah terluka parah, sementara yang lain berusaha menjaga posisi."Sialan ini! Kita harus mencoba menarik diri!" Ryan berteriak lagi, mencoba merencanakan pelarian strategis.Namun, ketika mereka mencoba untuk menghindar, sekelompok musuh yang lebih besar tiba-tiba muncul dari arah lain, memotong jalur mereka."Situasi semakin buruk! Apa yang harus kita lakukan?" ujar salah satu anggota tim, wajahnya penuh kebingungan.Mereka harus segera membuat keputusan yang bijak untuk bertahan hidup dalam situasi yang semakin putus asa.Dengan keadaan semakin parah dan bantuan yang belum datang, Ryan dan timnya sadar bahwa mereka harus mengandalkan diri sendiri untuk keluar dari situasi ini. Mereka terus berjuang, meskipun semakin banyak dari mereka yang terluka.Ryan mencoba mengoordinasikan rencana te
"Jadi, Paman, ceritakan sedikit tentang masa kecil Ibra yang menarik. Apa yang Ibra suka lakukan waktu kecil?" tanya Mario, sambil menggigit pizzanya."Masa kecilku penuh dengan petualangan. Saya suka menjelajah alam dan bermain sepak bola dengan teman-teman. Dan pamanku di sini adalah salah satu yang selalu mendukung hobiku." Ibra, menjawab dengan tersenyum.Di sebuah ruangan di kantor polisi yang nyaman, Mario, Ibra, dan pamannya duduk bersama di sekitar meja yang dihiasi dengan makanan lezat. Mereka sedang menikmati hidangan seperti pizza, kebab, dan berbagai hidangan lainnya yang tersaji dengan apik di atas meja. Minuman bersoda juga hadir, menciptakan atmosfer santai di ruangan itu.Meskipun Ibra dan pamannya adalah tahanan, mereka diberikan perlakuan istimewa karena mereka tidak seperti tahanan biasa. Polisi yang berjaga di ruangan ini juga menikmati makanan yang sama, menciptakan nuansa kebersamaan yang tidak biasa di tengah situasi yang biasanya ketat.Mereka tertawa dan berbi
Pria itu mendekati ke arah wanita tersebut, dengan wajah tegang antara marah, kesal dan juga waspada."Maaf, bukan bermaksud mencampuri urusan pribadi, tetapi apakah Anda tahu keberadaan Surya, suami Anda? Dia telah menghilang selama lebih dari dua bulan, dan saya sangat khawatir."Mario, pura-pura merasa khawatir dengan tidak adanya kabar dari Surya. Padahal ia khawatir dengan hutang yang belum dibayar oleh Surya!Wanita itu, dengan ekspresi cemas, menjawab, "Saya benar-benar tidak tahu keberadaan suami saya. Dia memiliki banyak hutang dan beberapa masalah keuangan lainnya, tapi saya tidak bisa menghubungi atau menemui dia sejak dia menghilang."Mario merasa campur aduk antara kekhawatiran dan rasa kasihan, tapi juga amarah."Saya memahami situasinya. Surya adalah teman lama saya, dan saya ingin membantu dia. Kami memiliki banyak urusan keuangan bersama. Apakah Anda tahu apa yang menyebabkan dia menghilang atau apakah dia memiliki masalah yang mungkin perlu kita selesaikan?" tanyanya
Pria pertama melihat Saras dengan tatapan tajam, sementara pria kedua tampaknya mempertimbangkan sesuatu. Beberapa saat berlalu dalam keheningan yang mencekam."Percayalah, kita tidak menginginkan masalah, tapi kamu tahu terlalu banyak," ucap pria kedua dengan nada yang lebih "ramah" dibandingkan dengan pria pertama."Jadi, beri tahu kami apa yang kamu ketahui, dan mungkin saja kami bisa mencari solusi yang baik untuk semuanya," imbuhnya kemudian.Saras merasa dilema. Di satu sisi, ia takut untuk berbicara yang mungkin akan lebih membahayakan dirinya, tetapi di sisi lain, ia juga ingin mencari cara keluar dari situasi ini. Sedangkan sesungguhnya ia tidak tahu apa dan siapa mereka.Saras merasa semakin terpojok dalam situasi yang mencekam ini. Kedua pria tersebut seolah "menikmati" ketidakpastian dan ketakutan yang dirasakannya. Dalam usahanya untuk tetap tenang, Saras mencoba mengambil napas dalam-dalam."Hm ... Mungkin, mungkin kita bisa mencari jalan keluar yang baik," ucap Saras de