"Ryan, bagaimana perkembangannya? Sudah ada petunjuk?" tanya Gilang, di seberang sana."Belum, Mas. Ini masih mencari-cari apapun yang bisa menjadi petunjuk," jawab Ryan, saat menerima panggilan telepon dari Gilang."Hahh ... kemana penculik itu membawa Saras?" kesah Gilang, seakan-akan untuk dirinya sendiri.Dalam kesibukannya mencari keberadaan Saras, Ryan maupun Gilang merasa waktu berjalan lambat. Mereka sama-sama merasakan gelisah dan perasaan tak pasti yang tak bisa hilang begitu saja.Dengan pandangan mata yang lelah, Ryan tahu bahwa ia tidak bisa menyerah begitu saja. Ia harus tetap kuat dan bertekad untuk melakukan apa pun yang mungkin untuk membawa Saras kembali, tanpa peduli seberapa sulit dan tidak pasti jalannya."Aku, akan mencari perawat untuk menjaga mama Diana. Jika sudah dapat, aku akan bergabung untuk mencari.""Ya, Mas Gilang. Sebaiknya begitu, jadi Mas Gilang bisa mencari petunjuk dengan ikut terjun ke lapangan.""Ya, semoga hari ini aku mendapatkan perawat yang c
Ryan dan timnya terus berjuang dengan segala kekuatan yang mereka miliki. Serangan yang terus-menerus dari lawan-lawan yang lebih berpengalaman membuat mereka semakin terdesak.Beberapa dari mereka sudah terluka parah, sementara yang lain berusaha menjaga posisi."Sialan ini! Kita harus mencoba menarik diri!" Ryan berteriak lagi, mencoba merencanakan pelarian strategis.Namun, ketika mereka mencoba untuk menghindar, sekelompok musuh yang lebih besar tiba-tiba muncul dari arah lain, memotong jalur mereka."Situasi semakin buruk! Apa yang harus kita lakukan?" ujar salah satu anggota tim, wajahnya penuh kebingungan.Mereka harus segera membuat keputusan yang bijak untuk bertahan hidup dalam situasi yang semakin putus asa.Dengan keadaan semakin parah dan bantuan yang belum datang, Ryan dan timnya sadar bahwa mereka harus mengandalkan diri sendiri untuk keluar dari situasi ini. Mereka terus berjuang, meskipun semakin banyak dari mereka yang terluka.Ryan mencoba mengoordinasikan rencana te
"Jadi, Paman, ceritakan sedikit tentang masa kecil Ibra yang menarik. Apa yang Ibra suka lakukan waktu kecil?" tanya Mario, sambil menggigit pizzanya."Masa kecilku penuh dengan petualangan. Saya suka menjelajah alam dan bermain sepak bola dengan teman-teman. Dan pamanku di sini adalah salah satu yang selalu mendukung hobiku." Ibra, menjawab dengan tersenyum.Di sebuah ruangan di kantor polisi yang nyaman, Mario, Ibra, dan pamannya duduk bersama di sekitar meja yang dihiasi dengan makanan lezat. Mereka sedang menikmati hidangan seperti pizza, kebab, dan berbagai hidangan lainnya yang tersaji dengan apik di atas meja. Minuman bersoda juga hadir, menciptakan atmosfer santai di ruangan itu.Meskipun Ibra dan pamannya adalah tahanan, mereka diberikan perlakuan istimewa karena mereka tidak seperti tahanan biasa. Polisi yang berjaga di ruangan ini juga menikmati makanan yang sama, menciptakan nuansa kebersamaan yang tidak biasa di tengah situasi yang biasanya ketat.Mereka tertawa dan berbi
Pria itu mendekati ke arah wanita tersebut, dengan wajah tegang antara marah, kesal dan juga waspada."Maaf, bukan bermaksud mencampuri urusan pribadi, tetapi apakah Anda tahu keberadaan Surya, suami Anda? Dia telah menghilang selama lebih dari dua bulan, dan saya sangat khawatir."Mario, pura-pura merasa khawatir dengan tidak adanya kabar dari Surya. Padahal ia khawatir dengan hutang yang belum dibayar oleh Surya!Wanita itu, dengan ekspresi cemas, menjawab, "Saya benar-benar tidak tahu keberadaan suami saya. Dia memiliki banyak hutang dan beberapa masalah keuangan lainnya, tapi saya tidak bisa menghubungi atau menemui dia sejak dia menghilang."Mario merasa campur aduk antara kekhawatiran dan rasa kasihan, tapi juga amarah."Saya memahami situasinya. Surya adalah teman lama saya, dan saya ingin membantu dia. Kami memiliki banyak urusan keuangan bersama. Apakah Anda tahu apa yang menyebabkan dia menghilang atau apakah dia memiliki masalah yang mungkin perlu kita selesaikan?" tanyanya
Pria pertama melihat Saras dengan tatapan tajam, sementara pria kedua tampaknya mempertimbangkan sesuatu. Beberapa saat berlalu dalam keheningan yang mencekam."Percayalah, kita tidak menginginkan masalah, tapi kamu tahu terlalu banyak," ucap pria kedua dengan nada yang lebih "ramah" dibandingkan dengan pria pertama."Jadi, beri tahu kami apa yang kamu ketahui, dan mungkin saja kami bisa mencari solusi yang baik untuk semuanya," imbuhnya kemudian.Saras merasa dilema. Di satu sisi, ia takut untuk berbicara yang mungkin akan lebih membahayakan dirinya, tetapi di sisi lain, ia juga ingin mencari cara keluar dari situasi ini. Sedangkan sesungguhnya ia tidak tahu apa dan siapa mereka.Saras merasa semakin terpojok dalam situasi yang mencekam ini. Kedua pria tersebut seolah "menikmati" ketidakpastian dan ketakutan yang dirasakannya. Dalam usahanya untuk tetap tenang, Saras mencoba mengambil napas dalam-dalam."Hm ... Mungkin, mungkin kita bisa mencari jalan keluar yang baik," ucap Saras de
"Kau tahu, ini adalah keinginan suamimu sendiri. Dia sudah bosan, dan menyerahkan kau pada kami. Hahaha ...""Dan yang paling penting, kami bisa menikmati kehangatan tubuhmu. Hahaha ..."Di dalam gudang, Saras masih dalam tekanan kedua pria yang telah menculiknya, tanpa tahu bahwa suaminya Gilang dan tim penyelamatannya telah tiba di luar dan berusaha untuk mencarinya.Bahkan mereka mengatakan bahwa semua ini adalah keinginan dari suaminya Saras sendiri, yaitu Gilang. Mereka ingin memanfaatkan situasi bahwa Gilang yang tadinya bodoh itu hanyalah pura-pura mencintainya padahal sebenarnya dia merencanakan semua ini.Kata-kata itu seperti pukulan keras bagi Saras. Ketika kedua pria tersebut menyebut nama suaminya, Gilang, dan mengklaim bahwa semua ini adalah bagian dari rencana Gilang, Saras merasa dunianya runtuh."Tidak mungkin! Mas Gilang, tidak akan melakukan hal seperti ini. Dia mencintaiku," sanggah Saras dengan menggelengkan kepalanya beberapa kali"Oh, kamu itu tidak tahu apa-apa
"Apa? Apa yang kamu katakan? Wanita itu berhasil ditemukan?" tanya Mario dengan suara terkejut."Ya, Bos. Kabarnya, wanita itu telah berhasil dibebaskan oleh suaminya dan tim penyelamatan dari pihak kepolisian."Dalam telepon, Mario menjawab dengan suara gemetar saat anak buahnya memberikan informasi memalui panggilan telepon. Apalagi suara tegang dari anak buahnya tadi terdengar sangat tegang.Mario, yang berada di balik rencana penculikan Saras, merasakan kepanikan yang mendalam saat mendengar berita bahwa Saras telah berhasil ditemukan dan dibebaskan. Hatinya berdebar kencang, dan pikirannya berputar mencari cara untuk mengatasi situasi yang semakin sulit ini.Mario merasakan tekanan dan kecemasan yang memenuhi dirinya. Dia tahu bahwa sekarang dia berada dalam bahaya besar, dan konsekuensi dari perbuatannya bisa sangat serius."Kita perlu mengambil tindakan segera. Segera cari tahu di mana mereka berada sekarang. Saya harus menyelesaikan ini," pinta Mario--berpikir cepat."Saya aka
"Mas Gilang, apakah kamu bisa bersamaku sebentar? Tolong jangan pergi," pinta Saras dengan tatapan mengiba."Tentu, sayang. Apa yang kamu butuhkan?" tanya Gilang dengan tersenyum."A-ku ... Aku berpikir mungkin akan lebih baik jika aku mencari bantuan dari seorang profesional. Trauma ini ... rasanya begitu berat."Gilang memegang tangan Saras dengan lembut, kemudian mengangguk setuju. Dia juga sudah berpikir tentang hal ini, tapi takut jika Saras akan tersinggung.Tidak semua orang menanggapi bahwa ke ahli kejiwaan atau psikiater itu bukan orang dengan gangguan kejiwaan alias gila. Dan Gilang tidak mau jika Saras berpikir bahwa ia menganggapnya gila."Aku, pasti mendukungmu, sayang."Terima kasih, Mas Gilang. A-ku ... a-ku tahu ini tidak akan mudah, tapi aku tidak ingin terus menderita dalam ketakutan seperti ini.""Kamu tidak sendirian, sayang. Kita akan lewati ini bersama-sama. Dan aku akan selalu ada di sampingmu."Setelah penculikannya beberapa waktu kemarin, Saras mengalami efek