"Yakin ini akan berhasil, Paman?" tanya Ibra, melihat lagi layar ponselnya--melihat sebuah video."Paman yakin, dan seharusnya kamu tidak meragukan kemampuan rencana-rencana paman."Pembicaraan rahasia antara Ibra dan Mario--saat Mario belum ditahan bersama pamannya waktu Mario mabuk, membawa ancaman baru yang mengintai perusahaan Ryan.Dengan rencana jahat yang dirancang dengan cermat, Ibra berusaha meruntuhkan perusahaan dan reputasi Ryan dengan cara yang tidak terduga, atas saran sang paman.Permainan licik ini akan menantang kemampuan Ryan dalam membaca situasi dan menjaga kestabilan perusahaannya.Siang ini Ibra bertemu dengan Ryan, membahas evaluasi kinerja kerjasama mereka. Dia sedang merencanakan sesuatu untuk menyerangnya, tanpa harus terlihat nyata."Tekanan semakin besar. Tapi kita harus tetap terikat pada visi kita dan menjaga stabilitas perusahaan," ujar Ryan datar."Visi yang mulia, tapi sepertinya kamu tak akan bisa mewujudkannya." Ibra menyeringai dengan sindirannya ba
Di pagi yang cerah, cahaya matahari menyinari gedung perkantoran yang menjulang tinggi.Ibra, seorang pengusaha sukses dan licin, duduk di belakang meja kayu mahony di ruang rapat mewahnya. Dia merencanakan langkah licik untuk menuntut ganti rugi dari Ryan, mitra bisnisnya yang telah membuatnya mengalami kerugian besar.Dalam ruang rapat yang penuh dengan karya seni dan furnitur mewah, Ibra memeriksa dengan cermat berkas-berkas yang akan digunakan untuk menggiring Ryan ke dalam perangkapnya. Dia merenung sejenak, memikirkan cara terbaik untuk menanam benih kecurigaan dalam pikiran Ryan tanpa sepengetahuannya."Kau, tidak akan bisa berkutik lagi. Hahaha ..."Ibra tahu bahwa tekanan demi tekanan adalah kunci untuk merusak mental dan emosional lawannya."Ternyata, baliho dan rekam jejak di media sosial yang memujamu kembali menusuk.""Tapi, tetap hati-hati. Paman tidak mau jika ternyata ia punya senjata untuk membuat senjata berbalik arah," ujar sang paman--menasehati.Ibra sudah memutus
Flashback lima tahun yang lalu.Suasana malam yang kelam menyelimuti ruangan yang gelap dan tertutup rapat. Ibra dan pamannya, duduk di meja kayu tua, berbicara dengan suara berbisik, mengupas rencana jahat yang mereka rancang dengan cermat.Ibra, dengan suara pelan menanggapi perkataan sang paman dengan rencana barunya."Kita harus mengambil tindakan tegas terhadap Gilang, Paman? Seperti apa?" tanya pemuda yang mulai memegang kekuasaan.Dia mulai menyadari sesuatu dan itu bisa membahayakan masa depannya sendiri dikemudian hari.Sang Pamannya, mengangguk setuju, mengambil gelasnya kemudian mengalirkan ke tenggorokan setelah diminum habis."Ya, sudah saatnya kita menyingkirkan dia. Kita perlu mencari cara agar kecelakaan itu terlihat sebagai suatu kebetulan," ujarnya dengan tenang tapi menyakinkan."Baiklah, ini yang akan kita lakukan. Aku punya hubungan dengan seseorang di bengkel. Kita bisa merusak rem sepeda motor Gilang tanpa sepengetahuannya."Ibra mengeluarkan rencana dengan deta
"Kalau begitu, mari kita biarkan bukti-bukti bicara. Semua ini akan terungkap."Gilang menjawab dengan mantap, yakin jika semua yang direncanakannya akan berhasil.Saat suasana semakin memanas, orang-orang di ruang rapat semakin khawatir dan cemas. Pertarungan verbal antara Ibra dan Gilang menciptakan ketegangan yang terasa nyata.Mereka menyaksikan sendiri bagaimana Ibra kehilangan kendali, dan Gilang tetap teguh dalam tekadnya untuk mengungkap kebenaran.Tak ada yang tahu bagaimana pertemuan ini akan berakhir nantinya, tetapi satu hal pasti--konfrontasi antara Ibra dan Gilang semakin mendekati puncaknya, dan kebenaran akan terungkap tanpa ampun."Kamu, sialan! Berani-beraninya kau coba hancurkan segalanya! Kau pikir kamu pintar, ya? Hidupmu tidak lebih dari sekadar keberuntungan bodoh!" Ibra kembali berteriak dengan wajah memerah.Suasana semakin tegang saat Ibra kehilangan kendali, kata-katanya penuh dengan amarah dan kebencian. Wajahnya yang memerah dan tangan yang gemetar mencerm
Pertempuran sengit antara Ryan dan Ibra mencapai puncaknya saat keduanya bersaing untuk mengendalikan narasi dan masa depan kerjasama perusahaan.Sementara skandal dan konflik terus berkembang, pertanyaan besar muncul.Siapa yang akhirnya akan muncul sebagai pemenang dalam pertempuran ini, dan bagaimana perusahaan dan reputasi mereka akan terpengaruh oleh tindakan mereka masing-masing?"Akhirnya terjawab. Pak Ibra, ternyata sangat buruk. Tidak sesuai dengan citra yang selama ini terlihat.""Iya, aku pikir dia adalah pengusaha sukses tanpa cela.""Tidak ada gading yang tak retak. Mungkin seperti itu juga, tentang Pak Ibra."Begitulah beberapa perbincangan yang terjadi saat ruangan meeting terbuka dan Ibra bersama pamannya digiring keluar oleh polisi.Dalam pertempuran yang semakin sengit dalam ketenangan, Ryan dan tim eksekutifnya berhasil mengambil langkah-langkah berani untuk memulihkan reputasi perusahaan.Mereka merilis laporan transparan tentang skandal yang terjadi, menjelaskan la
"Bagaimana bisa Mario begitu cepat keluar? Apakah dia benar-benar tidak bersalah?" tanya Saras dengan penuh rasa ingin tahu.Sang mama tersenyum sebelum menjawab pertanyaan tersebut, mencoba untuk menyakinkan sang anak agar percaya dengannya."Keluarga Mario memiliki banyak koneksi dan sumber daya. Mereka bergerak dengan cepat untuk membuktikan bahwa Mario tidak bersalah. Mereka memiliki bukti kuat dan saksi yang mendukung alibi Mario saat kejadian demi kejadian terjadi."Menurut sang mama, koneksi Mario itu tidak main-main. Apalagi dengan dukungan keluarga Mario, yang tentu saja bisa melakukan apa-apa yang tidak bisa dilakukan orang biasa.Keluarga Mario tidak akan membiarkan Mario menjatuhkan nama baik mereka dengan menjadi tersangka!Saras semakin terkesima mendengar penjelasan tersebut. Ia merasa seperti tengah menonton sebuah film detektif yang menegangkan."Tapi, Ma. Rasanya ini ada sesuatu yang aneh," ujar Saras ragu-ragu."Apakah bukti dan saksi-saksi ini benar-benar bisa dipe
"Mario?"Saat konferensi pers, Mario datang membuat kekacauan. Gilang dan Ryan bertanya dengan saling pandang karena terkejut."Mario, apa yang sedang terjadi di sini? Kenapa Anda teriak-teriak dan membuat kekacauan?" tanya seorang wartawan dengan heran.Mario mengejek Gilang dengan semua sampah serapah, menuding Ryan dan Gilang sebagai penipu!"Dia dan dia!Keduanya penipu! Brengsek!""Apa maksud Anda, Pak Mario?" tanya wartawan, lagi."Dia, si bodoh dan pecundang!" teriak Mario dengan tatapan nyalang.Pria itu datang dengan amarahnya, mengejek dan melemparkan sumpah serapah. Mario meluapkan emosi, kecewanya dan ketidaksetujuannya terhadap Ryan dan Gilang.Tindakannya itu jelas menarik perhatian wartawan dan orang-orang yang hadir dalam konferensi pers.Tim keamanan dengan cepat merespons situasi kacau dengan mendekati Mario dan berusaha untuk mengendalikannya."Anda tenang, Pak.""Diam!" bentak Mario dengan tatapan tajam.Security yang berupaya mengamankan situasi dan menghalau Mario
Sementara dua orang laki perempuan yang membantunya ada di dalam untuk bernegosiasi, Ibra dan pamannya masih berbincang dengan tenang di ruangan penyidik."Si Bodoh tampak terkejut saat Mario melancarkan serangannya, Paman. Kita bisa memanfaatkan kebingungannya untuk merongrong hubungan mereka lebih jauh," ungkap Ibra dengan wajah angkuh."Paman setuju, Ibra. Dengan merebut perhatian media dan publik, mereka akan terjebak dalam perang publik yang akan mengganggu bisnis mereka.""Dan kita dapat memperluas jarak antara mereka, kalau bisa keluarga besar Mario juga. Dengan menggali lebih dalam tentang masalah ini, kita bisa menemukan informasi yang bisa kita manfaatkan."Dengan tersenyum puas, keduanya masih melihat siaran TV yang menunjukkan perkembangan terbaru. Mereka merasa bahwa rencana atau strategi mereka mulai berbuah hasil.Dan sang paman, puas dengan hasil rencananya sendiri. Rencana yang sebenarnya sudah dirancang khusus olehnya sedari dulu."Pastikan kita menjaga kerahasiaan i