Pertempuran sengit antara Ryan dan Ibra mencapai puncaknya saat keduanya bersaing untuk mengendalikan narasi dan masa depan kerjasama perusahaan.Sementara skandal dan konflik terus berkembang, pertanyaan besar muncul.Siapa yang akhirnya akan muncul sebagai pemenang dalam pertempuran ini, dan bagaimana perusahaan dan reputasi mereka akan terpengaruh oleh tindakan mereka masing-masing?"Akhirnya terjawab. Pak Ibra, ternyata sangat buruk. Tidak sesuai dengan citra yang selama ini terlihat.""Iya, aku pikir dia adalah pengusaha sukses tanpa cela.""Tidak ada gading yang tak retak. Mungkin seperti itu juga, tentang Pak Ibra."Begitulah beberapa perbincangan yang terjadi saat ruangan meeting terbuka dan Ibra bersama pamannya digiring keluar oleh polisi.Dalam pertempuran yang semakin sengit dalam ketenangan, Ryan dan tim eksekutifnya berhasil mengambil langkah-langkah berani untuk memulihkan reputasi perusahaan.Mereka merilis laporan transparan tentang skandal yang terjadi, menjelaskan la
"Bagaimana bisa Mario begitu cepat keluar? Apakah dia benar-benar tidak bersalah?" tanya Saras dengan penuh rasa ingin tahu.Sang mama tersenyum sebelum menjawab pertanyaan tersebut, mencoba untuk menyakinkan sang anak agar percaya dengannya."Keluarga Mario memiliki banyak koneksi dan sumber daya. Mereka bergerak dengan cepat untuk membuktikan bahwa Mario tidak bersalah. Mereka memiliki bukti kuat dan saksi yang mendukung alibi Mario saat kejadian demi kejadian terjadi."Menurut sang mama, koneksi Mario itu tidak main-main. Apalagi dengan dukungan keluarga Mario, yang tentu saja bisa melakukan apa-apa yang tidak bisa dilakukan orang biasa.Keluarga Mario tidak akan membiarkan Mario menjatuhkan nama baik mereka dengan menjadi tersangka!Saras semakin terkesima mendengar penjelasan tersebut. Ia merasa seperti tengah menonton sebuah film detektif yang menegangkan."Tapi, Ma. Rasanya ini ada sesuatu yang aneh," ujar Saras ragu-ragu."Apakah bukti dan saksi-saksi ini benar-benar bisa dipe
"Mario?"Saat konferensi pers, Mario datang membuat kekacauan. Gilang dan Ryan bertanya dengan saling pandang karena terkejut."Mario, apa yang sedang terjadi di sini? Kenapa Anda teriak-teriak dan membuat kekacauan?" tanya seorang wartawan dengan heran.Mario mengejek Gilang dengan semua sampah serapah, menuding Ryan dan Gilang sebagai penipu!"Dia dan dia!Keduanya penipu! Brengsek!""Apa maksud Anda, Pak Mario?" tanya wartawan, lagi."Dia, si bodoh dan pecundang!" teriak Mario dengan tatapan nyalang.Pria itu datang dengan amarahnya, mengejek dan melemparkan sumpah serapah. Mario meluapkan emosi, kecewanya dan ketidaksetujuannya terhadap Ryan dan Gilang.Tindakannya itu jelas menarik perhatian wartawan dan orang-orang yang hadir dalam konferensi pers.Tim keamanan dengan cepat merespons situasi kacau dengan mendekati Mario dan berusaha untuk mengendalikannya."Anda tenang, Pak.""Diam!" bentak Mario dengan tatapan tajam.Security yang berupaya mengamankan situasi dan menghalau Mario
Sementara dua orang laki perempuan yang membantunya ada di dalam untuk bernegosiasi, Ibra dan pamannya masih berbincang dengan tenang di ruangan penyidik."Si Bodoh tampak terkejut saat Mario melancarkan serangannya, Paman. Kita bisa memanfaatkan kebingungannya untuk merongrong hubungan mereka lebih jauh," ungkap Ibra dengan wajah angkuh."Paman setuju, Ibra. Dengan merebut perhatian media dan publik, mereka akan terjebak dalam perang publik yang akan mengganggu bisnis mereka.""Dan kita dapat memperluas jarak antara mereka, kalau bisa keluarga besar Mario juga. Dengan menggali lebih dalam tentang masalah ini, kita bisa menemukan informasi yang bisa kita manfaatkan."Dengan tersenyum puas, keduanya masih melihat siaran TV yang menunjukkan perkembangan terbaru. Mereka merasa bahwa rencana atau strategi mereka mulai berbuah hasil.Dan sang paman, puas dengan hasil rencananya sendiri. Rencana yang sebenarnya sudah dirancang khusus olehnya sedari dulu."Pastikan kita menjaga kerahasiaan i
"Apakah kamu sudah mencoba berbicara dengan Gilang sebelumnya? Apa yang dia inginkan dari insiden ini?"Belum juga Saras menjawab pertanyaan sebelumnya, mamanya sudah mengajukan pertanyaan lagi.Saras, mencoba menjelaskan dengan sebaik mungkin supaya mamanya lebih tenang."Saras setuju, Mama. Tetapi saat ini Saras sedang bersama Mama, jadi tidak tahu apa-apa. Hanya memiliki sedikit informasi, itupun dari berita media sosial."Dia berusaha menjelaskan, menunjukkan layar ponsel supaya mamanya ikut membaca berita yang ada di beberapa media sosial.Sayangnya, Diana terus saja mengajukan pertanyaan demi pertanyaan pada anaknya. Karena menurutnya, semua informasi yang ada di media sosial tidak cukup memuaskan.Meskipun cemas dan canggung, Saras berusaha menjelaskan sebaik mungkin meskipun informasi yang ia miliki terbatas. Dia juga khawatir dengan keadaan suaminya, yang tentunya terus dikepung wartawan dan orang-orang yang berada di pihak lawan."Mama tidak menyangka, itu benar Gilang?" tany
"Brengsek! Kau, dan Ryan itu para pecundang!"Mario kembali kehilangan kendali. Memaki dan terus berkata kasar dengan menunjuk-nunjuk ke arah Gilang dan Ryan."Dengarkan, semua orang!" teriak Mario dengan suara lantang."Kalian semua hanya melihat permukaan! Gilang bukanlah apa yang dia klaim! Dia mengatur semuanya, mengendalikan setiap langkah dan rencana kemudian dia memutarbalikkan faktanya!"Dalam konferensi pers yang semakin rumit ini, tampaknya tidak ada jalan keluar yang jelas.Suasana yang semakin gaduh dan tegang, para peserta di konferensi pers ini terus bergerak dan berbicara. Keadaan semakin rumit, dan jawaban atas semua pertanyaan yang muncul tampaknya semakin sulit untuk ditemukan.Kedua pemimpin bisnis berhadapan dengan permasalahan pribadi, sementara wartawan dan orang-orang di sekitar mereka terus menerjang dengan pertanyaan dan emosi yang semakin memanas."Tenang, harap tenang!""Pak Mario, Anda bisa kembali ditahan jika tidak bisa mengendalikan diri!""Sialan kalian
Di kantor polisi, Ibra dan pamannya akhirnya bisa bebas bersyarat. Semua itu karena koneksinya yang sangat kuat di semua bidang sehingga pihak kepolisian juga menaruh hormat pada mereka berdua."Ini adalah langkah pertama menuju kebebasan, Ibra. Kita harus tetap waspada dan berhati-hati," kata sang paman menasehati."Ya, setuju Paman."Saat ini mereka berdua sedang menandatangani surat pembebasan bersyarat dengan tenang."Ya, paman. Kita harus berterima kasih pada koneksi kita yang kuat. Tidak banyak orang yang bisa keluar dari situasi semacam ini dengan begitu mudah," ucap Ibra--mengangguk.Salah satu anggota Polisi memberikan surat pernyataan kepada mereka."Berdasarkan perintah dari atas, kami melepaskan Anda berdua dengan status bebas bersyarat. Namun, ini tidak berarti penyelidikan kami berakhir."Sang paman menatap polisi tersebut dengan tersenyum ramah dengan mengangguk hormat."Kami sepenuhnya mengerti, Pak. Kami akan patuh pada semua ketentuan dan kewajiban yang ada," ucapnya
"Maaf, Mama Diana. Gilang tahu situasi ini tidak pantas, dan saya sangat menyesal telah berperan bodoh."Di perusahaan, Gilang sedang menghadapi mama mertuanya yang mengamuk. Diana merasa kecewa, tapi juga malu atas sikapnya selama ini terhadap Gilang"Menyesal? Apa yang bisa kau harapkan dengan sikapmu yang memalukan ini, Gilang? Kamu merusak reputasi keluarga dan bisnis keluargamu sendiri!" teriak Diana dengan wajah marah."Gilang, mengakui telah melakukan kesalahan besar. Tapi, ini juga bahwa situasi yang bukan keinginan Gilang."Untungnya, saat ini mereka bertiga ada di ruangan tersendiri. Dan Ryan sedang menangani masalah lainnya, bersama dengan tim eksklusif lainnya.Diana tertunduk, merasa malu. Anaknya--Saras, mengusap-usap lengannya untuk menenangkan.Reaksi Diana, sama seperti yang dialami Saras beberapa waktu yang lalu. Merasakan perasaan campur aduk, yang tidak bisa digambarkan dengan kata-kata."A-ku, aku eharusnya tidak mengabaikan tanda-tanda bahwa sesuatu tidak beres.
"Hai, tekan dada bagian jantungnya!" seru penjaga, pada napi yang berikan bantuan pertama."Egh! Eh, tetap gak bisa, pak!" teriak napi tersebut, merasa putus asa.Napi-napi lainnya berusaha memberikan pertolongan pertama pada Mario, tetapi sayangnya, kondisinya sudah terlalu parah.Meskipun upaya mereka lakukan sebaik mungkin, Mario akhirnya meregang nyawa dalam keadaan yang menyedihkan. Suasana sel berubah menjadi hening dan penuh duka cita.Pagi harinya, berita kematian Mario telah menyebar ke seluruh lapas. Para napi terkejut dan bingung dengan kejadian tersebut. Beberapa berbisik-bisik dan mencoba mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi."Gak nyangka," kata napi yang memiliki kamar di seberangnya Mario."Tapi, apakah tidak ada yang mencurigakan sebelumnya?" tanya yang lain."Apa? Sepertinya tidak ada. Mario, bersikap seperti biasanya tidak ada yang terlihat aneh." Napi yang kebetulan satu ruangan dengan Mario, memberikan jawaban.Beberapa dari mereka mencoba mendekati Rico, yang
"Hai, Bos Mario. Saya mendengar Anda cukup terkenal di dunia ini," sapa Rico, yang mencoba mendekati Mario."Heh, siapa yang memberi tahu tentang itu, bocah?" sahut Mario dengan nada sombong."Oh, banyak orang di sini. Mereka bilang Anda punya reputasi yang hebat," terang Rico yang mulai berakting.Kekasih Diana itu memang sengaja menyanjung Mario, agar pria itu percaya padanya. Dengan demikian, ia bisa dengan mudah melakukan rencana yang sudah dibuat oleh Gilang untuknya.Gilang harus berhati-hati, karena rencananya melibatkan tindakan ilegal dan berbahaya. Langkah ini bisa memiliki konsekuensi serius, termasuk hukuman pidana bagi Gilang sendiri jika dia ketahuan terlibat dalam rencana tersebut.Tapi Gilang juga yakin jika Rico mampu melakukan semua hal yang sudah dipersiapkan untuk balas dendam pada Mario."Hm, tergantung perspektif orang sih. Bagaimana denganmu, bocah? Bagaimana kau bisa di sini?" Mario bertanya pada Rico."Hahaha ... Sama seperti banyak dari kita di sini, terjebak
"Mama!" Setu Saras, melihat keadaan mamanya yang tidak sadarkan diri."Sayang?" Rico ikutan panik.Situasi semakin rumit. Rico yang memberikan keputusan penting dalam hubungan percintaannya, membuat Diana terkejut dan akhirnya kehilangan kesadaran.Gilang dan Saras saling berpandangan, tak tahu harus berbuat apa. Mereka berdua sangat terpukul dengan kondisi Diana yang seperti ini, namun mereka tetap berusaha untuk menangani situasi dengan bijak.Mereka segera memanggil bantuan dan berusaha meredakan keadaan. Semua ini tidak mudah, tetapi mereka harus bersikap tenang dan bijaksana untuk menghadapi masalah ini.Setelah beberapa saat, Diana akhirnya sadar. Gilang dan Saras masih berusaha menjaga ketenangan."Mama Diana? Mama Diana?" panggil Gilang, mencoba menyadarkan Mama mertuanya."Ma, bangun, Ma!" lirih suara Saras, dengan menekan-nekan telapak tangan mamanya."Kita bawa ke rumah sakit, saja!" ajak Gilang, mengingat kondisi Diana.Saras hanya mengangguk lemah, masih terlihat terpukul
"Hai, sayang. Uluh-uluh ... Mama kangen sama kamu dan Rafi," ungkap Diana, Begitu tiba di rumah Gilang. Wanita itu datang keesokan harinya, setelah mendapatkan undangan dari Gilang kemarin. Diana dan kekasihnya datang ke rumah Gilang, sesuai dengan permintaan dari Gilang."Apa kabar, Ma? Bagaimana keadaan, Mama? Sudah benar-benar sehat?" tanya Saras."Emh ... Mama__""Ma, urusan dengan keluarga korban bagaimana? Mereka tidak mempermasalahkan lagi, kan?"Saras langsung mengajukan beberapa pertanyaan secara bersamaan, tidak memberikan kesempatan pada mamanya untuk menjawabnya satu persatu terlebih dahulu."Mari, kita duduk dulu! Aku juga ingin berbincang-bincang dengan kalian berdua," terang Gilang, mengajak kedua orang yang baru saja datang untuk duduk di ruang tamu."Tentang apa?" Kekasih Diana mengajukan pertanyaan - seperti merasakan tidak nyaman."Tidak ada apa-apa. Aku hanya ingin berbincang-bincang saja," terang Gilang menjelaskan agar Rico tidak curiga.Diana melirik ke arah Sa
"Sayang, mmmhhh ... aku ingin mencari tahu lebih mengenai kekasih muda mama. Aku merasa curiga dengan niatnya mau bersama dengan mama," terang Gilang."Ya, mas. Mungkin sebaiknya kita mencari tahu lebih lanjut agar tidak ada masalah di kemudian hari," jawab Saras, yang tidak pernah setuju dengan kelakuan mamanya.Mereka kemudian bekerja sama untuk mencari informasi mengenai kekasih muda Diana, untuk memastikan bahwa tidak ada yang akan merugikan mama mertuanya dalam hubungan tersebut.Mereka berhasil mengumpulkan beberapa informasi tentang kekasih muda Diana. Ternyata, pria tersebut memang seorang model yang cukup sukses. Namun, Gilang masih merasa bahwa ada sesuatu yang tidak beres."Sayang, aku masih merasa curiga. Mungkin sebaiknya aku bicara langsung dengan mama Diana, atau bagaimana ya?" Gilang meminta pendapat isterinya."Iya, mas. Aku rasa itu adalah langkah yang baik," ujar Saras setelah berpikir.Gilang kemudian menghubungi Diana dan meminta untuk bertemu dengan kekasih mudan
"Saat ini tim sedang melakukan riset pasar potensial, Mas. Kami akan segera menyusun strategi untuk memasuki pasar baru." Akhirnya Ryan memberikan jawaban."Bagus, Ryan. Pastikan kita memiliki rencana yang matang sebelum melangkah lebih jauh," puji Gilang dengan menepuk Bunda asistennya tersebut."Saya akan memastikan semuanya terencana dengan baik, Mas." Ryan mengangguk patuh.Begitulah Ryan, yang selalu melakukan tugas dari Gilang tanpa banyak protes. Ia akan berusaha untuk melakukan semuanya dengan sebaik mungkin.Gilang juga tidak pernah ragu, apalagi kecewa dengan kinerja Ryan selama ini. Asistennya itu adalah orang yang sangat setia dan jujur. Jadi, tentunya Gilang selalu bisa menjadikan Ryan sebagai andalannya."Bagus, Ryan. Teruskan kerja kerasmu. Kita harus terus berkembang dan menghadapi setiap tantangan dengan baik." Gilang berbicara dengan nada bangga."Tentu, Mas. Saya dan tim, siap untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan ini." Ryan menggangguk - memastikan.Gilang
"Hm, kita harus mencari tahu apa motif di balik ini. Apakah ada pihak lain yang memang ingin mencelakai Ibra atau mungkin ada konflik internal di dalam lapas?" Gilang mengangguk setuju dengan pertanyaan Ryan yang tadi."Saya akan meminta tim keamanan lapas untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut. Semua harus dipastikan tidak adanya ancaman serius terhadap Ibra." Ryan menambahkan.Gilang dan Ryan berusaha untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan teliti dan mengambil langkah-langkah tegas untuk melindungi Ibra, meskipun itu di dalam lapas.Setelah berdiskusi dengan Ryan, Gilang juga memutuskan untuk menghubungi pihak kepolisian untuk memberikan informasi tambahan dan meminta bantuan dalam penyelidikan kasus makanan dan minuman beracun di dalam lapas.Sementara itu, Ryan akan segera mengatur pertemuan dengan ahli untuk memastikan bahwa langkah-langkah keamanan di lapas sudah diperketat. Mereka juga akan melakukan audit internal untuk memastikan tidak ada celah yang bisa dimanfa
"Halo, siapa ini?" tanya Gilang, saat ada nomor tak dikenal menghubungi ponselnya."Halo, maaf. Saya dari Lapas ingin memberitahukan bahwa kakak Anda, Ibra, sedang mengalami kondisi kesehatan yang memburuk. Kami akan segera membawanya ke rumah sakit." Orang di seberang, menjawab dengan memberikan kabar."Apa? Bagaimana bisa ini terjadi? Segera berikan alamat rumah sakitnya, saya akan datang secepatnya."Gilang sigap saat mendengar jawaban tersebut. Ia tidak mau jika terjadi sesuatu pada kakaknya, meskipun selama ini Ibra tidak pernah bersikap baik padanya.Karena kabar ini juga tiba-tiba, Gilang tidak ada persiapan apapun. Tapi ia memutuskan untuk segera pergi ke rumah sakit dan menemui kakaknya.Tapi sekarang ini pria itu tidak lagi memiliki keluarga lain, selain kakaknya itu - di luar keluarga kecilnya yang sekarang."Baik, alamatnya adalah rumah sakit pemerintah, yang ada di seberang lapas. Mohon segera datang," pinta orang tersebut."Terima kasih, saya akan segera menuju ke sana."
Gilang tiba di kantor lagi bersama dengan Ryan. Ia menggerutu dengan kegagalannya bertemu klien dari Meksiko, tapi justru nona Tan yang datang.Pria itu masih ingat betul bagaimana Nona Tan yang menyapanya dengan senyum yang memiliki arti tersembunyi."Selamat bertemu lagi, Tuan Gumilang. Maaf jika datang tiba-tiba. Saya melihat kalian, dan ...""Ya, itu benar. Tapi sepertinya pertemuan itu gagal terlaksana," sahut Gilang tersenyum kecut."Sayang sekali. Mungkin saya bisa membantu Anda mengatasi masalah ini. Saya memiliki beberapa kontak dengan pengusaha Eropa atau Amerika, yang mungkin bisa membantu." Nona Tan justru memberikan penawaran.Ryan melihat dengan tidak suka, sebab ia tahu jika Gilang juga merasa tidak nyaman dengan kehadiran Nona Tan di antara mereka berdua saat seperti ini.Gilang sendiri terlihat jelas jika sedang kesal. Ia tidak pernah menyangka jika bertemunya kali ini akan gagal bahkan terasa seperti sedang terkena sial, sebab bertemu dengan Nona Tan juga."Ini sungg