Share

Bab 5: Kejahatan terang-terangan

“Aku makan di dapur, maaf mengganggu selera makan kalian, selamat makan,” ucap Rocky kemudian bergegas pergi ke dapur.

***

Siang sudah berganti malam, Rocky duduk termenung di bangku taman, hembusan angin malam membuat hati dan pikiran terasa lebih tenang.

Dia teringat masa-masa indah bersama dengan ayah angkat, dari mancing ikan di sungai bahkan sampai mandi hujan bersama.

“Ayah, apa kamu melihat aku dari surga, aku sangat merindukanmu, aku sekarang sudah beristri biarpun dalam status suami kontrak,” gumam Rocky sambil menatap langit bulan sabit yang terlihat indah di angkasa.

“Aku harus maju, tidak bisa seperti ini terus, tetapi … kehidupan ku sangat sulit saat ini, apakah aku bisa bangkit sendirian tanpa bantuan siapa-siapa?” gumam Rocky memikirkan masa-masa setelah kontrak nikah dengan Selly berakhir.

Ayah angkat sudah meninggal dunia, dia rela tidak menikah karena takut putra angkat akan mendapat perlakuan tidak adil dari istri, seperti yang ada dalam cerita film.

Maka dari itu, dia memutuskan untuk tidak menikah demi merawat dan membesarkan Rocky seorang diri, biarpun sempat mendapatkan tekanan dari keluarga, tetapi, tidak dihiraukan.

“Kamu dimana? cepat datang ke kamar, dan bawakan aku teh hijau,” perintah Selly dalam chat,

Rocky bergegas masuk ke dalam rumah, kemudian dia membuatku apa yang diinginkan oleh si istri lalu dihantarkan ke kamar.

“Apa kau sulit tidur?” tanya Rocky,

“Menurutmu?” balas Selly.

Rocky tahu jikalau suasana hati si istri sedang tidak baik-baik saja, “Apa yang membuatmu begitu gelisah?” tanya Rocky.

“Aku sangat lelah, aku ingin istirahat,” balas Selly setelah meneguk teh dari suami.

“Kenapa kita tidak bercerai saja? aku sangat yakin, kau akan mendapatkan kebahagiaan dengan pria lain,” tanya Rocky mendapat tatapan tajam dari istri.

“Apa kau tidak bosan mengungkit perceraian denganku? aku belum mendapat apa yang ku mau, dan aku juga belum puas melihatmu menderita, untuk apa kita bercerai? kalau aku belum mendapat satu keuntungan dari pernikahan kertas ini,” balas Selly lalu berbaring dan memejamkan mata,

Dengan langkah gontai, Rocky berjalan keluar dari kamar, entah kehidupan seperti apa yang dijalani saat ini, untuk menghirup kebebasan pun tidak bisa didapat. 

Setelah keluar dari penjara, berharap bisa hidup bahagia bersama (Rimba) si ayah angkat. Namun, takdir berkata lain dia meninggal karena dikeroyok warga dengan tuduhan pencurian.

Belum selesai dalam keadaan duka, setelah pemakaman ayah angkat … dia melihat seorang wanita ingin bunuh diri di jembatan, menolong seorang gadis, berharap mendapatkan balasan kebaikan, tetapi, tetap itu adalah awal dari mimpi buruk, karena di tuduh telah menghamili orang yang telah dia tolong, siapa lagi kalau bukan “Selly Anggara” dan berakhir dalam pernikahan tanpa restu dari keluarga besar.

***

Hembusan angin malam menemani langkah kaki Rocky, dia menyusuri trotoar jalan dan tidak punya arah tujuan, ucapan Selly seakan memenuhi kepala, seakan membuat dada terasa penuh dan sesak.

Dia teringat uang yang dia minta dari Martin, “Masih ada 15 dollar, masih cukup untuk membeli satu kaleng minuman,” batin Rocky kemudian pergi ke supermarket untuk membeli minuman beralkohol untuk melepaskan beban berat dalam benaknya.

Seteguk demi seteguk minuman beralkohol sedang di nikmati Rocky, tidak perduli jika banyak pasang mata memandangnya, dia hanya fokus menikmati apa yang dia minum.

Ketika sedang menyesap sebatang rokok, dia melihat dua pria menghentikan mobil dengan membawa pentungan, seperti akan berbuat kejahatan.

Rocky mendengar samar-samar, tetapi, sangat jelas.

“Keluar, cepat berikan semua harta benda berharga yang kau miliki!”

“Cepat!”

“Masih saja ada yang berani berbuat kejahatan di tempat yang penuh CCTV,” batin Rocky kemudian berjalan menghampiri mereka.

“Pengecut sekali, main keroyokan!” ucapnya sambil bersandar pada tiang lampu jalan.

“Bosan hidup kau, rupanya!” balas pria gemuk kemudian mendekat pada Rocky.

“Kita bunuh saja,” ajak pria yang bertubuh penuh dengan tato.

Ketika pria gemuk mengambil ancang-ancang untuk menghantam Rocky, dengan gerakan cepat dia menendang wajahnya, 

Brugh!

Pria gemuk terhuyung ke belakang, jatuh, kejadian itu terlalu cepat membuat dia sedikit linglung sesaat.

“Bedebah!” 

Saat melihat ada serangan, Rocky menghindar dan langsung menghantam perut pria kurus beberapa kali, lalu melemparkan pria kurus ketempat pria gemuk.

“Pergi dari tempat ini, atau kalian aki habisi …” tutur Rocky mengancam membuat kedua pria tersebut bergidik ngeri, dan memilih pergi.

“Anda tidak apa-apa?” tanya Rocky setelah tiba di dekat mobil mewah berwarna silver metalik. Namun, setelah kaca jendela turun kebawah, mata Rocky membulat sempurna terkejut, karena sudah hampir tengah malam wanita tua dibiarkan mengemudi mobil sendirian, tanpa di dampingi pengawal.

“Maaf Nyonya, aku, mengira anda seumuran dengan saya, jadi nada bicara saya kurang sopan.” tutur Rocky.

“Tak apa, apa yang kamu inginkan? anak muda,” tanya wanita tua itu,

“Saya tidak ingin imbalan apapun, saya ikhlas menolong, Nyonya,” balas Rocky.

“Panggil aku Nenek Berlin, kau tahu? jika cucuku masih hidup, mungkin seumuran denganmu, tetapi … dia sudah meninggal karena kecelakaan.” tutur Berlin sedih.

“Oh, maaf nek,” 

“Oh iya anak muda, aku tidak punya apa-apa, jadi ini kartu namaku,” ucap Nenek Berlin sengaja menyelipkan kartu debit di balik kartu nama, beserta password dalam tulisan, kemudian bergegas pergi karena waktu sudah hampir tengah malam.

“Seperti Nenek Berlin bukanlah orang sembarangan, tetapi, mengapa dia sendirian tanpa membawa bodyguard? Benar-benar serba kebetulan.” gumam Rocky kemudian menyimpan kartu nama tanpa melihat kartu yang baru saja dia dapat.

Rocky memesan taksi online untuk pulang ke Santira pusat kota, ternyata masih ada orang kaya yang tidak memandang orang lain dengan sebelah mata.

Saat dalam perjalanan pulang, Rocky tertidur pulas karena terlalu sudah sangat teramat lelah, hari ini benar-benar hari teraneh dalam sejarah hidupnya

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status