“Aku makan di dapur, maaf mengganggu selera makan kalian, selamat makan,” ucap Rocky kemudian bergegas pergi ke dapur.
*** Siang sudah berganti malam, Rocky duduk termenung di bangku taman, hembusan angin malam membuat hati dan pikiran terasa lebih tenang. Dia teringat masa-masa indah bersama dengan ayah angkat, dari mancing ikan di sungai bahkan sampai mandi hujan bersama. “Ayah, apa kamu melihat aku dari surga, aku sangat merindukanmu, aku sekarang sudah beristri biarpun dalam status suami kontrak,” gumam Rocky sambil menatap langit bulan sabit yang terlihat indah di angkasa. “Aku harus maju, tidak bisa seperti ini terus, tetapi … kehidupan ku sangat sulit saat ini, apakah aku bisa bangkit sendirian tanpa bantuan siapa-siapa?” gumam Rocky memikirkan masa-masa setelah kontrak nikah dengan Selly berakhir. Ayah angkat sudah meninggal dunia, dia rela tidak menikah karena takut putra angkat akan mendapat perlakuan tidak adil dari istri, seperti yang ada dalam cerita film. Maka dari itu, dia memutuskan untuk tidak menikah demi merawat dan membesarkan Rocky seorang diri, biarpun sempat mendapatkan tekanan dari keluarga, tetapi, tidak dihiraukan. “Kamu dimana? cepat datang ke kamar, dan bawakan aku teh hijau,” perintah Selly dalam chat, Rocky bergegas masuk ke dalam rumah, kemudian dia membuatku apa yang diinginkan oleh si istri lalu dihantarkan ke kamar. “Apa kau sulit tidur?” tanya Rocky, “Menurutmu?” balas Selly. Rocky tahu jikalau suasana hati si istri sedang tidak baik-baik saja, “Apa yang membuatmu begitu gelisah?” tanya Rocky. “Aku sangat lelah, aku ingin istirahat,” balas Selly setelah meneguk teh dari suami. “Kenapa kita tidak bercerai saja? aku sangat yakin, kau akan mendapatkan kebahagiaan dengan pria lain,” tanya Rocky mendapat tatapan tajam dari istri. “Apa kau tidak bosan mengungkit perceraian denganku? aku belum mendapat apa yang ku mau, dan aku juga belum puas melihatmu menderita, untuk apa kita bercerai? kalau aku belum mendapat satu keuntungan dari pernikahan kertas ini,” balas Selly lalu berbaring dan memejamkan mata, Dengan langkah gontai, Rocky berjalan keluar dari kamar, entah kehidupan seperti apa yang dijalani saat ini, untuk menghirup kebebasan pun tidak bisa didapat. Setelah keluar dari penjara, berharap bisa hidup bahagia bersama (Rimba) si ayah angkat. Namun, takdir berkata lain dia meninggal karena dikeroyok warga dengan tuduhan pencurian. Belum selesai dalam keadaan duka, setelah pemakaman ayah angkat … dia melihat seorang wanita ingin bunuh diri di jembatan, menolong seorang gadis, berharap mendapatkan balasan kebaikan, tetapi, tetap itu adalah awal dari mimpi buruk, karena di tuduh telah menghamili orang yang telah dia tolong, siapa lagi kalau bukan “Selly Anggara” dan berakhir dalam pernikahan tanpa restu dari keluarga besar. *** Hembusan angin malam menemani langkah kaki Rocky, dia menyusuri trotoar jalan dan tidak punya arah tujuan, ucapan Selly seakan memenuhi kepala, seakan membuat dada terasa penuh dan sesak. Dia teringat uang yang dia minta dari Martin, “Masih ada 15 dollar, masih cukup untuk membeli satu kaleng minuman,” batin Rocky kemudian pergi ke supermarket untuk membeli minuman beralkohol untuk melepaskan beban berat dalam benaknya. Seteguk demi seteguk minuman beralkohol sedang di nikmati Rocky, tidak perduli jika banyak pasang mata memandangnya, dia hanya fokus menikmati apa yang dia minum. Ketika sedang menyesap sebatang rokok, dia melihat dua pria menghentikan mobil dengan membawa pentungan, seperti akan berbuat kejahatan. Rocky mendengar samar-samar, tetapi, sangat jelas. “Keluar, cepat berikan semua harta benda berharga yang kau miliki!” “Cepat!” “Masih saja ada yang berani berbuat kejahatan di tempat yang penuh CCTV,” batin Rocky kemudian berjalan menghampiri mereka. “Pengecut sekali, main keroyokan!” ucapnya sambil bersandar pada tiang lampu jalan. “Bosan hidup kau, rupanya!” balas pria gemuk kemudian mendekat pada Rocky. “Kita bunuh saja,” ajak pria yang bertubuh penuh dengan tato. Ketika pria gemuk mengambil ancang-ancang untuk menghantam Rocky, dengan gerakan cepat dia menendang wajahnya, Brugh! Pria gemuk terhuyung ke belakang, jatuh, kejadian itu terlalu cepat membuat dia sedikit linglung sesaat. “Bedebah!” Saat melihat ada serangan, Rocky menghindar dan langsung menghantam perut pria kurus beberapa kali, lalu melemparkan pria kurus ketempat pria gemuk. “Pergi dari tempat ini, atau kalian aki habisi …” tutur Rocky mengancam membuat kedua pria tersebut bergidik ngeri, dan memilih pergi. “Anda tidak apa-apa?” tanya Rocky setelah tiba di dekat mobil mewah berwarna silver metalik. Namun, setelah kaca jendela turun kebawah, mata Rocky membulat sempurna terkejut, karena sudah hampir tengah malam wanita tua dibiarkan mengemudi mobil sendirian, tanpa di dampingi pengawal. “Maaf Nyonya, aku, mengira anda seumuran dengan saya, jadi nada bicara saya kurang sopan.” tutur Rocky. “Tak apa, apa yang kamu inginkan? anak muda,” tanya wanita tua itu, “Saya tidak ingin imbalan apapun, saya ikhlas menolong, Nyonya,” balas Rocky. “Panggil aku Nenek Berlin, kau tahu? jika cucuku masih hidup, mungkin seumuran denganmu, tetapi … dia sudah meninggal karena kecelakaan.” tutur Berlin sedih. “Oh, maaf nek,” “Oh iya anak muda, aku tidak punya apa-apa, jadi ini kartu namaku,” ucap Nenek Berlin sengaja menyelipkan kartu debit di balik kartu nama, beserta password dalam tulisan, kemudian bergegas pergi karena waktu sudah hampir tengah malam. “Seperti Nenek Berlin bukanlah orang sembarangan, tetapi, mengapa dia sendirian tanpa membawa bodyguard? Benar-benar serba kebetulan.” gumam Rocky kemudian menyimpan kartu nama tanpa melihat kartu yang baru saja dia dapat. Rocky memesan taksi online untuk pulang ke Santira pusat kota, ternyata masih ada orang kaya yang tidak memandang orang lain dengan sebelah mata. Saat dalam perjalanan pulang, Rocky tertidur pulas karena terlalu sudah sangat teramat lelah, hari ini benar-benar hari teraneh dalam sejarah hidupnyaSemua orang sibuk dalam penyambutan karena pemilik Anggara Group akan berkunjung, siapa lagi kalau bukan “Widhi Anggara” pria tua berpakaian rapi dan bersih, serta menampilkan aura kepemimpinan.Yang pasti dia tidak datang sendiri, melainkan bersama dengan cucu kesayangan yang bernama “Yudis Anggara” pemuda berusia 29 tahun berkulit putih dan bersih, selalu bersaing dengan Selly,“Dimana pengurus ASG?” tanya Widhi dengan angkuh membuat semua pegawai ketakutan, takut, jika mereka membuat kesalahan, karena, kunjungan hari ini terasa berbeda.“Be–Beliau, ada di dalam,” jawab sutradara, dengan nada bergetar.“Kalian semua, tunggu di sini, jangan ada yang bekerja,” ucap Widhi kemudian meminta pada cucu kesayangan untuk memanggilkan Selly.Tidak berselang lama, Yudis kembali dengan sepupu perempuan. Yang pasti, Selly merasa ada sesuatu dibalik kedatangan mereka berdua, mengingat Yudis begitu licik dan ingin merebut posisinya di ASG.“Berikan aku laporan keuangan hasil produksi film,” ucap W
“Baiklah, aku akan menjadi apa yang kamu minta, kita pulang dulu, kamu harus istirahat,” balas Rocky seakan-akan menjadi pegangan kuat untuk wanita yang ada dalam pelukannya, tetapi, pegangan yang dia kira kuat, ternyata masih saja rapuh, ingin mempercayai, tetapi, sadar diri suami bukan siapa-siapa.“Apa aku bisa mempercayaimu?” tanya Selly dengan penuh keraguan.“Untuk apa aku memberikanmu permintaan, tetapi, aku tidak dapat mengabulkan,” balas Rocky meyakinkan, kemudian memberikan jaminan dengan berucap, “jika aku tidak bisa mengabulkan permintaanmu, aku akan menjadi babu dalam hidupmu seumur hidupku dan tidak akan pernah meminta hakku sampai kontrak kita berakhir, tetapi, jika aku berhasil apa yang yang bisa menjadi jaminan untukku?” balas Rocky.“Aku tidak tahu, tetapi, aku akan memberikan hakmu sebelum kontrak kita berakhir,” balas Selly dengan menundukkan kepala, tanda bimbang dengan jawaban sendiri.“Baiklah, aku kemarin dapat kartu bank dari nenek tua yang aku tolong, bisakah
“Aku selalu berusaha datang menjemputmu, tetapi, di larang keras oleh Ayahmu!” seru Levya saat menjawab pertanyaan dari sang putra tercinta.“Lantas mengapa ibu dan ayah berpisah, mengapa ayah mempunyai wanita lain dirumah yang berbeda?!” Rocky mempertanyakan tujuan utama dia mendatangi si Ibu.Tampak terlihat, raut wajah Levya berubah menjadi layu, tanpa dia sadari air mata menetes, dan sudah dia duga sedari lama jika suatu saat Rocky akan mempertanyakan hal ini.“I–ibu, ibu … tidak tahu kalau ayahmu sudah beristri—” Levya tidam mampu mengatakan hal lebih lanjut, dia sudah larut dan terisak dalam tangisan.“Apa aku anak haram, dari ulah kalian berdua?!” tanya Rocky dengan nada setengah marah, membuat Levya hanya bisa mengangguk kemudian menundukkan kepala, tangisan si Ibu semakin keras.Tidak pernah disangak dan tidak pernah dia duga jika orang tua yang dikira berlaku baik dan tidak pernah melakukan hal aneh-aneh, ternyata itu semua salah.Jika dibandingkan dengan kehidupan yang Rock
Ketika hendak memberikan nomer rekening Bank, tiba-tiba ponsel berdering tanda ada panggilan masuk.“Hallo Tuan, Anda ada disebelah mana?” tutur Martin saat panggilan terhubung.“Aku ada urusan mendadak, apa kau sudah berada di tempat kita janjian?” jawab Rocky.“Saya sudah berada di sini,” ucap Martin dalam panggilan terhubung.“Baiklah, aku akan segera ke sana.” tutur Rocky kemudian memutuskan sambungan telepon.“Cepat transfer apa yang menjadi milikku,” “Masukan sendiri nomer rekeningmu,” balas Vinny memberikan ponselnya.Setelah menerima ponsel dari Rocky, gadis itu tersenyum meringis kemudian berkata “Bolehkah aku transfer separuh? aku belum dapat uang saku dari Mamaku,” “Terserah, yang paling penting kau tidak kabur, melarikan diri,” balas Rocky.“Aku tidak akan melarikan diri, tenang saja.” jawab Vinny lalu mentransfer sejumlah uang.“Oke, bisakah kau hantar aku ketempat tadi kita bertemu?” pinta Rocky.“Sangat-sangat bisa,” jawab Vinny kemudian mereka bertiga pergi.***Saat
Saat dalam perjalanan pulang, Rocky mendapati ponsel berdering tanda ada panggilan masuk.“Rocky, aku sudah tidak bisa bekerja di SGP, semua barang-barang sudah dihancurkan oleh Yudis,” ucap Selly mengadu pada suami, terdengar dari ponsel.“Yudis, bagaimana bisa?!” balas Rocky.“Dia datang bersama dengan dua bodyguard, mereka mengacak-acak ruangan ku dan menghancurkan beberapa barang-barang ku, Yudis juga memberikan surat pemecatan dari kakek, aku tidak tahu lagi harus berbuat apa?!” jelas Selly dari jauh dalam sambungan telepon.Rocky menghela napas berat, tidak tahu lagi bagaimana arah permainan yang dimainkan oleh keluarga besar Anggara. “Kamu tenang saja, aku akan membuat perhitungan dengan Yudis,” tutur Rocky kemudian memutuskan sambungan telepon.“Cepat akuisisi ASG, nanti malam harus ada kabar gembira untukku,” pinta Rocky kemudian meminta pada Martin untuk menghentikan mobil, lalu pergi entah kemana.***Di sisi lain, Selly merasa ada sedikit perbedaan pada suami yang dikenal
Malam pun tiba, dua hari lagi ulang tahun Widhi Anggara, perdebatan ibu dan anak pun tidak bisa dihindarkan.“Kan, Mama sudah bilang padamu, apapun yang terjadi kita harus datang,” “Kita sudah tidak dianggap sebagai keluarga, untuk apa datang?” balas Selly dengan nada sedikit berteriak hingga menampakkan urat leher.“Ini semua pasti gara-gara kamu!” Sindy menunjuk Rocky dan melimpahkan kesalahan pada menantu yang tidak pernah dianggap. “Coba saja, kamu menjadi pria yang sedikit saja berguna …, pasti aku dan keluargaku tidak akan pernah menjadi keluarga terasingkan.”“Sebenarnya apa keinginanmu, apa belum cukup kau menghancurkan mental putri semata wayangku? apa belum puas kamu menghancurkan kepercayaan keluarga Anggara pada kami, hanya status sosialmu yang tidak jelas,” hardik Ayah mertua yang bernama Perwira Anggara.“Ma, Pa, Cukup! apa kalian pikir setelah aku berpisah dengan Rocky, keluarga kecil kita akan dianggap oleh kerabat Anggara? jawabannya (Tidak)” Selly menepis ucapan ked
Pagi pun tiba, Sindy sudah berdandan rapi, karena hari ini adalah hari ulang tahun “Widhi Anggara” biarpun sudah di larang, tetapi, tetap nekat mengajak keluarga kecilnya untuk datang.“Selly, kau belum siap? kita harus segera datang, jangan sampai terlambat,” ajak Sindy disaat tiba di ruang makan, hendak sarapan.“Datang kemana? terlambat kemana? dan siap untuk apa?” Selly menjawab dengan santai sambil memoles mentega pada roti bakar untuk suami.“Kamu sudah lupa ingatan? ini kan hari ulang tahun Kakekmu!” “Bodo’ apa untungnya aku datang? kedatangan kita saja sudah tidak di butuhkan, apa mama ingin …, kita di remehkan oleh mereka?” balas Selly dengan nada malas.“Mama juga sudah bilang, kita harus datang, berulang kali juga aku berkata (Kita juga bagian dari keluarga Anggara)” tutur Sindy dengan nada penuh penekanan.“Selly, bersiaplah, yang dikatakan oleh ibu benar, biar bagaimanapun kita juga bagian dari keluarga Anggara, aku akan carikan hadiah terbaik untuk Kakek, kalian berangk
Ketika sampai di rumah, sang ibu mertua langsung memarahi menantu tidak pernah dianggap itu, karena telah membuat keributan di pesta ulang tahun member tertua keluarga Anggara.“Mam, sudah cukup, jangan keterlaluan seperti ini,” ucap Selly menghentikan ocehan si ibu.“Keterlaluan …? Keterlaluan bagaimana? Kau ini gimana sih?! Kok nyalahin, Mama, dia yang membuat masalah, seharusnya kau berpihak pada mama, bukan malah belain lelaki tidak berguna ini,” balas Sindy tidak terima karena merasa disalahkan oleh putri tercinta.“Aku tidak menyalahkan mama, hanya …”“Apa …! kalau tidak salahin mama, kamu itu memang sudah dibutakan oleh pria ini,” potong Sindy kemudian beralih pada Rocky, “Cepat ceraikan putriku, atau dari pada kau hanya membuat malu keluargaku,”“Ma …! Cukup! Aku sudah banyak menurut pada mama, dari kecil hingga hingga dewasa, aku sengaja memfitnah Rocky telah menghamiliku agar aku gagal menikah dengan lelaki pilihan mama, yang katanya paling baik sedunia ternyata, hanyalah pe