Share

Bab 6 : Kunjungan mendadak

Semua orang sibuk dalam penyambutan karena pemilik Anggara Group akan berkunjung, siapa lagi kalau bukan “Widhi Anggara” pria tua berpakaian rapi dan bersih, serta menampilkan aura kepemimpinan.

Yang pasti dia tidak datang sendiri, melainkan bersama dengan cucu kesayangan yang bernama “Yudis Anggara” pemuda berusia 29 tahun berkulit putih dan bersih, selalu bersaing dengan Selly,

“Dimana pengurus ASG?” tanya Widhi dengan angkuh membuat semua pegawai ketakutan, takut, jika mereka membuat kesalahan, karena, kunjungan hari ini terasa berbeda.

“Be–Beliau, ada di dalam,” jawab sutradara, dengan nada bergetar.

“Kalian semua, tunggu di sini, jangan ada yang bekerja,” ucap Widhi kemudian meminta pada cucu kesayangan untuk memanggilkan Selly.

Tidak berselang lama, Yudis kembali dengan sepupu perempuan. Yang pasti, Selly merasa ada sesuatu dibalik kedatangan mereka berdua, mengingat Yudis begitu licik dan ingin merebut posisinya di ASG.

“Berikan aku laporan keuangan hasil produksi film,” ucap Widhi dengan tatapan tajam.

“Baiknya kakek, duduk dulu, aku akan menyuruh Lisa untuk mengambil dokumen keuangan,” jawab Selly dengan nada bergetar, karena mendapat tatapan mata sinis dari lelaki tua itu.i

“Toni, cepat ambilkan bangku untuk Tuan Widhi,” perintah Selly.

Setelah duduk di bangku pemberian Toni, Lisa datang dengan membawa dokumen keuangan, kemudian di berikan pada Widhi.

“Kita akan bertemu di rumah, ingat! jangan sampai tidak datang.” ucapnya kemudian pergi setelah membuka beberapa lembar dokumen keuangan.

“Masalah apa lagi ini, Tuhan?” batin Selly berkecamuk, dengan langkah gontai dia pun kembali keruang pribadi.

Belum selesai masalah kemarin, seolah-olah hidup tiada ketenangan untuk Selly dan keluarga, ditambah dengan suami yang hanya diam ketika direndahkan orang lain, itu membuat dia semakin frustasi.

“Nona muda, kita pasti akan mendukung Anda,” ucap sutradara menghentikan langkah kaki Selly.

“Kita tidak akan membiarkan rumah produksi film ini, jatuh di tangan sepupumu!” sambung yang lain.

“Aku minta maaf, jika seandainya aku gagal mempertahankan rumah produksi film ini,” ucap Selly lemas,

Rocky pun datang dengan membawakan makan siang untuk sang istri. Namun, suasana kantor sangatlah berbeda dengan hari-hari sebelumnya.

Tatapan mata semua orang begitu dingin dan mengintimidasi, seakan-akan Rocky pernah berbuat salah dan kesalahan itu tidak akan pernah bisa dimaafkan.

“Apa yang sudah terjadi?” tanya Rocky, tetapi, tidak mendapatkan tanggapan dari istri, karena Selly sedang larut dalam lamunan.

“Jangan membuatku bertambah marah! Kenapa kau tidak sekali saja menjadi orang yang berguna?!” jawab Selly membuat Rocky mengangkat alis sebelah.

“Pasti terjadi sesuatu, tidak biasanya dia marah-marah tanpa sebab,”

“Kenapa? Aku membersihkan rumah, memasak untuk keluargamu, dan aku juga menghantarkan makan siang untukmu,” balas Rocky dengan nada bercanda.

“Kau ini! Kenapa tidak bisa membela dirimu sendiri, disaat mereka merendahkan mu, merendahkan ku dan mengolok-olok keluarga kita!” teriak Selly sudah tidak tahan lagi, kemudian menangis sejadi-jadinya, dan itu pertama kali Rocky melihat seorang wanita menangis.

Hancur, sangat-sangat hancur hati dan perasaan Rocky ketika melihat wanita yang selama 3 tahun hidup bersama, tidak pernah memperlihatkan kelemahan bahkan pura-pura kuat disaat dia benar-benar rapuh.

Dan kali ini, dia menangis untuk pertama kalinya didepan suami yang tidak pernah dianggap sebagai menantu dalam keluarga Anggara.

Sekuat-kuatnya wanita, akan tetap rapuh jika terus-menerus menahan beban, apalagi Selly tipe wanita yang tidak pernah bercerita tentang masalah kepada orang yang tidak dia percayai selain orang tua.

Selly menangis sambil memukul dada Rocky, tetapi, Rocky hanya diam dan menerima itu tanpa menghindar.

Ketika sudah merasa puas, dia pun menenggelamkan wajahnya pada dada Rocky. “Aku sudah bosan mendengar cemoohan mereka, aku sudah bosan menghadapi perlakuan tidak adil dari semua orang yang memandang rendah keluargaku hanya karena mempunyai menantu yang menurut mereka tidak berguna sama sekali.” tutur Selly disela isak tangis.

“Maaf, aku hanya bisa membuatmu bersedih,” tutur Rocky kemudian pergi setelah menenangkan istri.

***

Saat dalam perjalanan pulang, Rocky teringat akan ucapan ayah angkat, dulu baru satu minggu membawa dia pulang ke rumah. “Simpan bandul kalung batu giok ini, pakailah disaat kamu sudah dewasa, kalung ini akan menjadi petunjuk siapa sesungguhnya orang tuamu. Simpan dengan baik, jangan sampai jatuh di tangan orang lain,” 

“Pak, putar balik, ke kanan, Santira pusat kota.” perintah Rocky pada supir taksi.

Tanpa menunggu lama, mobil taksi pun berhenti, setelah membayar ongkos, Rocky pun turun kemudian bergegas berlari menuju tempat dimana dia menyimpan benda berharga pemberian Ibunda.

“Aku tidak tahu, pilihan ini benar atau salah, tetapi, keputusanku sudah bulat,” gumam Rocky kemudian pergi dan tidak memperdulikan saat ibu mertua bertanya.

Saat membuka pintu utama, dia mendapati sang istri terlihat begitu kacau dan berantakan.

“Kau jangan pergi kemana-mana, temani aku ke rumah Anggara, aku tidak berharap banyak, tetapi, aku akan sangat tenang jika kau bersamaku,” pinta Selly kemudian memeluk suaminya untuk pertama kali, dan itu membuat Rocky merasa tegang seakan mati gaya.

“Baiklah aku akan menemanimu, kita berangkat saat ini juga, tetapi, kau mandi terlebih dahulu, karena tubuhmu bau keringat,”balas Rocky mengejek sambil menutup hidung, berharap bisa menghibur si istri.

***

Setelah menunggu cukup lama, Selly keluar dari kamar dengan terlihat lebih segar dari sebelumnya, mereka berdua pun berangkat, tetapi, saat hendak melangkah keluar, mereka dihentikan oleh si Ibu, “Tunggu, aku ikut, aku tidak tega membiarkan putriku pergi ke sana dengan lelaki yang tidak bisa diandalkan sama sekali,” 

Rocky dan Selly menghela napas berat, mereka hanya bisa menuruti kemauan Sindy, biarpun dalam hati menolak keras.

Ketika dalam perjalanan, Selly tampak gugup karena sudah bisa di tebak nanti akan seperti apa, yang pasti selalu sama dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya, hinaan, cacian maki, dan tuduhan yang dipercaya semua kerabat keluarga besar Anggara.

“Apa kau sangat gugup saat ini?” tanya Rocky seakan tahu apa yang sedang di rasakan oleh istri.

“Entah mengapa, aku sangat gugup dan selalu takut ketika datang dalam pertemuan di keluarga Anggara,” balas Selly setelah menghela napas berat.

“Tenang aku ada di sini, untukmu,” ucap Rocky berharap bisa membuat istri tenang. Namun, ditepis oleh ibu mertua. “Heleh! apa yang bisa diandalkan darimu?! lelaki tidak berguna saja, sok-sokan jadi pelindung,”

“Ma, bisakah kamu diam, apa kau tidak tahu kalau aku sedang tidak baik-baik saja?!” balas Selly dan hanya mendapat tanggapan suara napas berat.

*Keluarga Anggara*

Semua orang sudah menunggu di ruang tamu, dari member paling tua, siapa lagi kalau bukan Widhi Anggara, dan cucu kesayangan (Yudis Anggara) mereka mempertanyakan apa yang telah terjadi? mengapa mereka dikumpulkan oleh Widhi, apakah salah satu dari kerabat besar membuat masalah, semua orang tidak tahu kecuali Yudis, mereka hanya bisa saling melempar pandangan,

“Kalian tahu kenapa, apa alasan aku mengajak semua keluarga besar Anggara berkumpul?” tanya Kakek Widhi membuka pembicaraan, biarpun Selly dan keluarga belum datang.

“Apa alasannya?”

“Kenapa Anda mengajak kami berkumpul, apa salah satu dari kami berbuat kesalahan?”

Semua orang bertanya secara bergantian karena bingung dengan masalah utama.

Tidak berselang lama, keluarga Anggara terasingkan datang, mereka langsung bergabung dengan kerabat yang lain. Akan tetapi, tatapan mata mereka semua langsung tertuju pada Rocky yang duduk di samping istrinya.

“Sejak kapan keluarga Anggara mengundang orang asing saat pertemuan?” tanya Yudis dengan menyombongkan diri.

“Biarkan dia disini!” balas Selly dengan nada menantang.

“Oh, ada yang melanggar aturan keluarga Anggara, ternyata,” 

“Selly, biar aku keluar, aku tidak ingin memperburuk keadaan,” bisik Rocky samar-samar.

“Tidak! kalau kau keluar aku ikut keluar.” tegas Selly.

“Cepat keluar! atau … aku panggil pengawal untuk menyeretmu keluar dari ruang pertemuan ini, lelaki sampah!” ucap Yudis mengancam dengan nada setengah berteriak dan ditekan diakhiri pembicaraan.

“Dia keluar, aku ikut keluar, pilih mana …?!”

“Diam! Semua diam!” teriak Widhi Anggara, kemudian berucap “Baiklah Nona Anggara dari keluarga terasingkan, kita ikuti kemauanmu,” 

“Baiklah sebelumnya aku mau berkata, jika saham di Anggara Group Properti menurun, pasar mengalami penurunan penghasilan, jalan satu-satunya untuk memperbaiki perusahaan pertama, harus menjual ASG yang dipimpin oleh Selly …”

Bagaikan disambar petir tiba-tiba, setelah mendengar apa ucapan dari si Kakek, Rocky pun bergegas menggenggam tangan sang istri, begitu dingin dan gemetar.

Tanpa terasa air mata tiba-tiba menetes, karena sudah tidak mampu menahan rasa ketidak adilan yang selalu dirasa dari kecil hingga saat ini, dan, ini pertama kali Rocky melihat wanita menangis, betapa hancur hatinya ketika melihat air mata Selly.

“Ya, sudah aku tebak sedari awal, memang kakek tidak pernah niat dan selalu mengingkari janji yang telah kakek ucap, aku rela dipindahkan dari AGP dan ke ASG dan membesarkan ASG dari nol–semua dari nol! Setelah ASG lebih maju dari perusahaan yang dipimpin oleh cucu kesayangan kakek, … setelah AGP mengalami penurunan penghasilan, dengan sangat mudahnya kakek mau menjual Studio Film milikku, tahu begini, aku tidak akan datang ke pertemuan ini,” ucap Selly kemudian beranjak pergi dengan menarik tangan suaminya, keluar, dari ruang pertemuan.

“Ayah memang orang tua gagal!” ucap Sindy kemudian mengejar putri tercinta.

“Menangislah, aku tidak akan melarangmu menangis,” tutur Rocky lembut membuat tangisan Selly pecah sambil bersandar di bahu suami, ketika didalam taksi saat perjalanan pulang 

Setelah puas menangis, Selly dikejutkan dengan ucapan suami, “Maafkan aku, aku belum bisa melindungi mu, apakah aku bisa mengabulkan satu permohonan darimu?” tanya Rocky dalam perasaan hancur-sehancurnya karena tangisan istri.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status