Semua orang sibuk dalam penyambutan karena pemilik Anggara Group akan berkunjung, siapa lagi kalau bukan “Widhi Anggara” pria tua berpakaian rapi dan bersih, serta menampilkan aura kepemimpinan.
Yang pasti dia tidak datang sendiri, melainkan bersama dengan cucu kesayangan yang bernama “Yudis Anggara” pemuda berusia 29 tahun berkulit putih dan bersih, selalu bersaing dengan Selly, “Dimana pengurus ASG?” tanya Widhi dengan angkuh membuat semua pegawai ketakutan, takut, jika mereka membuat kesalahan, karena, kunjungan hari ini terasa berbeda. “Be–Beliau, ada di dalam,” jawab sutradara, dengan nada bergetar. “Kalian semua, tunggu di sini, jangan ada yang bekerja,” ucap Widhi kemudian meminta pada cucu kesayangan untuk memanggilkan Selly. Tidak berselang lama, Yudis kembali dengan sepupu perempuan. Yang pasti, Selly merasa ada sesuatu dibalik kedatangan mereka berdua, mengingat Yudis begitu licik dan ingin merebut posisinya di ASG. “Berikan aku laporan keuangan hasil produksi film,” ucap Widhi dengan tatapan tajam. “Baiknya kakek, duduk dulu, aku akan menyuruh Lisa untuk mengambil dokumen keuangan,” jawab Selly dengan nada bergetar, karena mendapat tatapan mata sinis dari lelaki tua itu.i “Toni, cepat ambilkan bangku untuk Tuan Widhi,” perintah Selly. Setelah duduk di bangku pemberian Toni, Lisa datang dengan membawa dokumen keuangan, kemudian di berikan pada Widhi. “Kita akan bertemu di rumah, ingat! jangan sampai tidak datang.” ucapnya kemudian pergi setelah membuka beberapa lembar dokumen keuangan. “Masalah apa lagi ini, Tuhan?” batin Selly berkecamuk, dengan langkah gontai dia pun kembali keruang pribadi. Belum selesai masalah kemarin, seolah-olah hidup tiada ketenangan untuk Selly dan keluarga, ditambah dengan suami yang hanya diam ketika direndahkan orang lain, itu membuat dia semakin frustasi. “Nona muda, kita pasti akan mendukung Anda,” ucap sutradara menghentikan langkah kaki Selly. “Kita tidak akan membiarkan rumah produksi film ini, jatuh di tangan sepupumu!” sambung yang lain. “Aku minta maaf, jika seandainya aku gagal mempertahankan rumah produksi film ini,” ucap Selly lemas, Rocky pun datang dengan membawakan makan siang untuk sang istri. Namun, suasana kantor sangatlah berbeda dengan hari-hari sebelumnya. Tatapan mata semua orang begitu dingin dan mengintimidasi, seakan-akan Rocky pernah berbuat salah dan kesalahan itu tidak akan pernah bisa dimaafkan. “Apa yang sudah terjadi?” tanya Rocky, tetapi, tidak mendapatkan tanggapan dari istri, karena Selly sedang larut dalam lamunan. “Jangan membuatku bertambah marah! Kenapa kau tidak sekali saja menjadi orang yang berguna?!” jawab Selly membuat Rocky mengangkat alis sebelah. “Pasti terjadi sesuatu, tidak biasanya dia marah-marah tanpa sebab,” “Kenapa? Aku membersihkan rumah, memasak untuk keluargamu, dan aku juga menghantarkan makan siang untukmu,” balas Rocky dengan nada bercanda. “Kau ini! Kenapa tidak bisa membela dirimu sendiri, disaat mereka merendahkan mu, merendahkan ku dan mengolok-olok keluarga kita!” teriak Selly sudah tidak tahan lagi, kemudian menangis sejadi-jadinya, dan itu pertama kali Rocky melihat seorang wanita menangis. Hancur, sangat-sangat hancur hati dan perasaan Rocky ketika melihat wanita yang selama 3 tahun hidup bersama, tidak pernah memperlihatkan kelemahan bahkan pura-pura kuat disaat dia benar-benar rapuh. Dan kali ini, dia menangis untuk pertama kalinya didepan suami yang tidak pernah dianggap sebagai menantu dalam keluarga Anggara. Sekuat-kuatnya wanita, akan tetap rapuh jika terus-menerus menahan beban, apalagi Selly tipe wanita yang tidak pernah bercerita tentang masalah kepada orang yang tidak dia percayai selain orang tua. Selly menangis sambil memukul dada Rocky, tetapi, Rocky hanya diam dan menerima itu tanpa menghindar. Ketika sudah merasa puas, dia pun menenggelamkan wajahnya pada dada Rocky. “Aku sudah bosan mendengar cemoohan mereka, aku sudah bosan menghadapi perlakuan tidak adil dari semua orang yang memandang rendah keluargaku hanya karena mempunyai menantu yang menurut mereka tidak berguna sama sekali.” tutur Selly disela isak tangis. “Maaf, aku hanya bisa membuatmu bersedih,” tutur Rocky kemudian pergi setelah menenangkan istri. *** Saat dalam perjalanan pulang, Rocky teringat akan ucapan ayah angkat, dulu baru satu minggu membawa dia pulang ke rumah. “Simpan bandul kalung batu giok ini, pakailah disaat kamu sudah dewasa, kalung ini akan menjadi petunjuk siapa sesungguhnya orang tuamu. Simpan dengan baik, jangan sampai jatuh di tangan orang lain,” “Pak, putar balik, ke kanan, Santira pusat kota.” perintah Rocky pada supir taksi. Tanpa menunggu lama, mobil taksi pun berhenti, setelah membayar ongkos, Rocky pun turun kemudian bergegas berlari menuju tempat dimana dia menyimpan benda berharga pemberian Ibunda. “Aku tidak tahu, pilihan ini benar atau salah, tetapi, keputusanku sudah bulat,” gumam Rocky kemudian pergi dan tidak memperdulikan saat ibu mertua bertanya. Saat membuka pintu utama, dia mendapati sang istri terlihat begitu kacau dan berantakan. “Kau jangan pergi kemana-mana, temani aku ke rumah Anggara, aku tidak berharap banyak, tetapi, aku akan sangat tenang jika kau bersamaku,” pinta Selly kemudian memeluk suaminya untuk pertama kali, dan itu membuat Rocky merasa tegang seakan mati gaya. “Baiklah aku akan menemanimu, kita berangkat saat ini juga, tetapi, kau mandi terlebih dahulu, karena tubuhmu bau keringat,”balas Rocky mengejek sambil menutup hidung, berharap bisa menghibur si istri. *** Setelah menunggu cukup lama, Selly keluar dari kamar dengan terlihat lebih segar dari sebelumnya, mereka berdua pun berangkat, tetapi, saat hendak melangkah keluar, mereka dihentikan oleh si Ibu, “Tunggu, aku ikut, aku tidak tega membiarkan putriku pergi ke sana dengan lelaki yang tidak bisa diandalkan sama sekali,” Rocky dan Selly menghela napas berat, mereka hanya bisa menuruti kemauan Sindy, biarpun dalam hati menolak keras. Ketika dalam perjalanan, Selly tampak gugup karena sudah bisa di tebak nanti akan seperti apa, yang pasti selalu sama dengan pertemuan-pertemuan sebelumnya, hinaan, cacian maki, dan tuduhan yang dipercaya semua kerabat keluarga besar Anggara. “Apa kau sangat gugup saat ini?” tanya Rocky seakan tahu apa yang sedang di rasakan oleh istri. “Entah mengapa, aku sangat gugup dan selalu takut ketika datang dalam pertemuan di keluarga Anggara,” balas Selly setelah menghela napas berat. “Tenang aku ada di sini, untukmu,” ucap Rocky berharap bisa membuat istri tenang. Namun, ditepis oleh ibu mertua. “Heleh! apa yang bisa diandalkan darimu?! lelaki tidak berguna saja, sok-sokan jadi pelindung,” “Ma, bisakah kamu diam, apa kau tidak tahu kalau aku sedang tidak baik-baik saja?!” balas Selly dan hanya mendapat tanggapan suara napas berat. *Keluarga Anggara* Semua orang sudah menunggu di ruang tamu, dari member paling tua, siapa lagi kalau bukan Widhi Anggara, dan cucu kesayangan (Yudis Anggara) mereka mempertanyakan apa yang telah terjadi? mengapa mereka dikumpulkan oleh Widhi, apakah salah satu dari kerabat besar membuat masalah, semua orang tidak tahu kecuali Yudis, mereka hanya bisa saling melempar pandangan, “Kalian tahu kenapa, apa alasan aku mengajak semua keluarga besar Anggara berkumpul?” tanya Kakek Widhi membuka pembicaraan, biarpun Selly dan keluarga belum datang. “Apa alasannya?” “Kenapa Anda mengajak kami berkumpul, apa salah satu dari kami berbuat kesalahan?” Semua orang bertanya secara bergantian karena bingung dengan masalah utama. Tidak berselang lama, keluarga Anggara terasingkan datang, mereka langsung bergabung dengan kerabat yang lain. Akan tetapi, tatapan mata mereka semua langsung tertuju pada Rocky yang duduk di samping istrinya. “Sejak kapan keluarga Anggara mengundang orang asing saat pertemuan?” tanya Yudis dengan menyombongkan diri. “Biarkan dia disini!” balas Selly dengan nada menantang. “Oh, ada yang melanggar aturan keluarga Anggara, ternyata,” “Selly, biar aku keluar, aku tidak ingin memperburuk keadaan,” bisik Rocky samar-samar. “Tidak! kalau kau keluar aku ikut keluar.” tegas Selly. “Cepat keluar! atau … aku panggil pengawal untuk menyeretmu keluar dari ruang pertemuan ini, lelaki sampah!” ucap Yudis mengancam dengan nada setengah berteriak dan ditekan diakhiri pembicaraan. “Dia keluar, aku ikut keluar, pilih mana …?!” “Diam! Semua diam!” teriak Widhi Anggara, kemudian berucap “Baiklah Nona Anggara dari keluarga terasingkan, kita ikuti kemauanmu,” “Baiklah sebelumnya aku mau berkata, jika saham di Anggara Group Properti menurun, pasar mengalami penurunan penghasilan, jalan satu-satunya untuk memperbaiki perusahaan pertama, harus menjual ASG yang dipimpin oleh Selly …” Bagaikan disambar petir tiba-tiba, setelah mendengar apa ucapan dari si Kakek, Rocky pun bergegas menggenggam tangan sang istri, begitu dingin dan gemetar. Tanpa terasa air mata tiba-tiba menetes, karena sudah tidak mampu menahan rasa ketidak adilan yang selalu dirasa dari kecil hingga saat ini, dan, ini pertama kali Rocky melihat wanita menangis, betapa hancur hatinya ketika melihat air mata Selly. “Ya, sudah aku tebak sedari awal, memang kakek tidak pernah niat dan selalu mengingkari janji yang telah kakek ucap, aku rela dipindahkan dari AGP dan ke ASG dan membesarkan ASG dari nol–semua dari nol! Setelah ASG lebih maju dari perusahaan yang dipimpin oleh cucu kesayangan kakek, … setelah AGP mengalami penurunan penghasilan, dengan sangat mudahnya kakek mau menjual Studio Film milikku, tahu begini, aku tidak akan datang ke pertemuan ini,” ucap Selly kemudian beranjak pergi dengan menarik tangan suaminya, keluar, dari ruang pertemuan. “Ayah memang orang tua gagal!” ucap Sindy kemudian mengejar putri tercinta. “Menangislah, aku tidak akan melarangmu menangis,” tutur Rocky lembut membuat tangisan Selly pecah sambil bersandar di bahu suami, ketika didalam taksi saat perjalanan pulang Setelah puas menangis, Selly dikejutkan dengan ucapan suami, “Maafkan aku, aku belum bisa melindungi mu, apakah aku bisa mengabulkan satu permohonan darimu?” tanya Rocky dalam perasaan hancur-sehancurnya karena tangisan istri.“Baiklah, aku akan menjadi apa yang kamu minta, kita pulang dulu, kamu harus istirahat,” balas Rocky seakan-akan menjadi pegangan kuat untuk wanita yang ada dalam pelukannya, tetapi, pegangan yang dia kira kuat, ternyata masih saja rapuh, ingin mempercayai, tetapi, sadar diri suami bukan siapa-siapa.“Apa aku bisa mempercayaimu?” tanya Selly dengan penuh keraguan.“Untuk apa aku memberikanmu permintaan, tetapi, aku tidak dapat mengabulkan,” balas Rocky meyakinkan, kemudian memberikan jaminan dengan berucap, “jika aku tidak bisa mengabulkan permintaanmu, aku akan menjadi babu dalam hidupmu seumur hidupku dan tidak akan pernah meminta hakku sampai kontrak kita berakhir, tetapi, jika aku berhasil apa yang yang bisa menjadi jaminan untukku?” balas Rocky.“Aku tidak tahu, tetapi, aku akan memberikan hakmu sebelum kontrak kita berakhir,” balas Selly dengan menundukkan kepala, tanda bimbang dengan jawaban sendiri.“Baiklah, aku kemarin dapat kartu bank dari nenek tua yang aku tolong, bisakah
“Aku selalu berusaha datang menjemputmu, tetapi, di larang keras oleh Ayahmu!” seru Levya saat menjawab pertanyaan dari sang putra tercinta.“Lantas mengapa ibu dan ayah berpisah, mengapa ayah mempunyai wanita lain dirumah yang berbeda?!” Rocky mempertanyakan tujuan utama dia mendatangi si Ibu.Tampak terlihat, raut wajah Levya berubah menjadi layu, tanpa dia sadari air mata menetes, dan sudah dia duga sedari lama jika suatu saat Rocky akan mempertanyakan hal ini.“I–ibu, ibu … tidak tahu kalau ayahmu sudah beristri—” Levya tidam mampu mengatakan hal lebih lanjut, dia sudah larut dan terisak dalam tangisan.“Apa aku anak haram, dari ulah kalian berdua?!” tanya Rocky dengan nada setengah marah, membuat Levya hanya bisa mengangguk kemudian menundukkan kepala, tangisan si Ibu semakin keras.Tidak pernah disangak dan tidak pernah dia duga jika orang tua yang dikira berlaku baik dan tidak pernah melakukan hal aneh-aneh, ternyata itu semua salah.Jika dibandingkan dengan kehidupan yang Rock
Ketika hendak memberikan nomer rekening Bank, tiba-tiba ponsel berdering tanda ada panggilan masuk.“Hallo Tuan, Anda ada disebelah mana?” tutur Martin saat panggilan terhubung.“Aku ada urusan mendadak, apa kau sudah berada di tempat kita janjian?” jawab Rocky.“Saya sudah berada di sini,” ucap Martin dalam panggilan terhubung.“Baiklah, aku akan segera ke sana.” tutur Rocky kemudian memutuskan sambungan telepon.“Cepat transfer apa yang menjadi milikku,” “Masukan sendiri nomer rekeningmu,” balas Vinny memberikan ponselnya.Setelah menerima ponsel dari Rocky, gadis itu tersenyum meringis kemudian berkata “Bolehkah aku transfer separuh? aku belum dapat uang saku dari Mamaku,” “Terserah, yang paling penting kau tidak kabur, melarikan diri,” balas Rocky.“Aku tidak akan melarikan diri, tenang saja.” jawab Vinny lalu mentransfer sejumlah uang.“Oke, bisakah kau hantar aku ketempat tadi kita bertemu?” pinta Rocky.“Sangat-sangat bisa,” jawab Vinny kemudian mereka bertiga pergi.***Saat
Saat dalam perjalanan pulang, Rocky mendapati ponsel berdering tanda ada panggilan masuk.“Rocky, aku sudah tidak bisa bekerja di SGP, semua barang-barang sudah dihancurkan oleh Yudis,” ucap Selly mengadu pada suami, terdengar dari ponsel.“Yudis, bagaimana bisa?!” balas Rocky.“Dia datang bersama dengan dua bodyguard, mereka mengacak-acak ruangan ku dan menghancurkan beberapa barang-barang ku, Yudis juga memberikan surat pemecatan dari kakek, aku tidak tahu lagi harus berbuat apa?!” jelas Selly dari jauh dalam sambungan telepon.Rocky menghela napas berat, tidak tahu lagi bagaimana arah permainan yang dimainkan oleh keluarga besar Anggara. “Kamu tenang saja, aku akan membuat perhitungan dengan Yudis,” tutur Rocky kemudian memutuskan sambungan telepon.“Cepat akuisisi ASG, nanti malam harus ada kabar gembira untukku,” pinta Rocky kemudian meminta pada Martin untuk menghentikan mobil, lalu pergi entah kemana.***Di sisi lain, Selly merasa ada sedikit perbedaan pada suami yang dikenal
Malam pun tiba, dua hari lagi ulang tahun Widhi Anggara, perdebatan ibu dan anak pun tidak bisa dihindarkan.“Kan, Mama sudah bilang padamu, apapun yang terjadi kita harus datang,” “Kita sudah tidak dianggap sebagai keluarga, untuk apa datang?” balas Selly dengan nada sedikit berteriak hingga menampakkan urat leher.“Ini semua pasti gara-gara kamu!” Sindy menunjuk Rocky dan melimpahkan kesalahan pada menantu yang tidak pernah dianggap. “Coba saja, kamu menjadi pria yang sedikit saja berguna …, pasti aku dan keluargaku tidak akan pernah menjadi keluarga terasingkan.”“Sebenarnya apa keinginanmu, apa belum cukup kau menghancurkan mental putri semata wayangku? apa belum puas kamu menghancurkan kepercayaan keluarga Anggara pada kami, hanya status sosialmu yang tidak jelas,” hardik Ayah mertua yang bernama Perwira Anggara.“Ma, Pa, Cukup! apa kalian pikir setelah aku berpisah dengan Rocky, keluarga kecil kita akan dianggap oleh kerabat Anggara? jawabannya (Tidak)” Selly menepis ucapan ked
Pagi pun tiba, Sindy sudah berdandan rapi, karena hari ini adalah hari ulang tahun “Widhi Anggara” biarpun sudah di larang, tetapi, tetap nekat mengajak keluarga kecilnya untuk datang.“Selly, kau belum siap? kita harus segera datang, jangan sampai terlambat,” ajak Sindy disaat tiba di ruang makan, hendak sarapan.“Datang kemana? terlambat kemana? dan siap untuk apa?” Selly menjawab dengan santai sambil memoles mentega pada roti bakar untuk suami.“Kamu sudah lupa ingatan? ini kan hari ulang tahun Kakekmu!” “Bodo’ apa untungnya aku datang? kedatangan kita saja sudah tidak di butuhkan, apa mama ingin …, kita di remehkan oleh mereka?” balas Selly dengan nada malas.“Mama juga sudah bilang, kita harus datang, berulang kali juga aku berkata (Kita juga bagian dari keluarga Anggara)” tutur Sindy dengan nada penuh penekanan.“Selly, bersiaplah, yang dikatakan oleh ibu benar, biar bagaimanapun kita juga bagian dari keluarga Anggara, aku akan carikan hadiah terbaik untuk Kakek, kalian berangk
Ketika sampai di rumah, sang ibu mertua langsung memarahi menantu tidak pernah dianggap itu, karena telah membuat keributan di pesta ulang tahun member tertua keluarga Anggara.“Mam, sudah cukup, jangan keterlaluan seperti ini,” ucap Selly menghentikan ocehan si ibu.“Keterlaluan …? Keterlaluan bagaimana? Kau ini gimana sih?! Kok nyalahin, Mama, dia yang membuat masalah, seharusnya kau berpihak pada mama, bukan malah belain lelaki tidak berguna ini,” balas Sindy tidak terima karena merasa disalahkan oleh putri tercinta.“Aku tidak menyalahkan mama, hanya …”“Apa …! kalau tidak salahin mama, kamu itu memang sudah dibutakan oleh pria ini,” potong Sindy kemudian beralih pada Rocky, “Cepat ceraikan putriku, atau dari pada kau hanya membuat malu keluargaku,”“Ma …! Cukup! Aku sudah banyak menurut pada mama, dari kecil hingga hingga dewasa, aku sengaja memfitnah Rocky telah menghamiliku agar aku gagal menikah dengan lelaki pilihan mama, yang katanya paling baik sedunia ternyata, hanyalah pe
“Aku dapat sedikit uang, mungkin aku bisa membeli beberapa peralatan masak untuk membuka usaha kecil-kecilan, karena tidak mungkin aku bergantung pada perusahaan yang baru saja diakuisisi,” batin Rocky saat dalam perjalanan.“Pak, mampir ke toko toserba, dulu,” ucap Rocky pada supir taksi, Setelah membeli beberapa peralatan memasak, mencari ruko yang bisa dia sewa untuk memulai berdagang, Dia pun mencari tahu lewat media online, dan menemukan tempat pas dari harga sewa dan luas ruko.“Pak, ketempat ini, ya,” ucap Rocky memperlihatkan tempat yang ada didalam ponsel, pada pak supir.***Rocky melihat-lihat kondisi ruko, ternyata masih bagus, cuma butuh sedikit pemolesan dan pengecatan ulang.Dia pun setuju untuk menyewa ruko tersebut, karena kondisi masih bagus dan terawat biarpun cat sedikit terkelupas tetapi tidak masalah baginya.Setelah selesai melakukan pembayaran, dia pun mulai menata peralatan masak yang baru saja dia beli.“Akhirnya aku bisa mewujudkan cita-cita dari kecil,” gu
“Siapa yang berani membuat onar di tempatku?” ucap Rocky berjalan keluar dari dapur sambil memasukkan tangan di saku celana.Sontak, kedua preman jalanan itu tertawa seakan mendapat lelucon yang amat sangat lucu.“Ternyata kau, pemuda kota yang bertulang lembek,” balas preman berambut keriting panjang. “Lebih baik kau segera bayar uang keamanan, dari pada kita hancurkan tempat ini.” sambung preman yang berbadan kurus dan berambut pendek.“Bayar uang keamanan, ya?” Rocky berlari langsung memberikan tendangan pada preman yang berbadan kurus, kemudian memberikan hantaman pada yang satunya.Kedua preman itu langsung tergeletak di lantai, Rocky menginjak tangan si gondrong membuat dia berteriak kesakitan lalu menendang lempeng perut berulang-ulang.Setelah puas dengan yang gondrong, dia mendekat pada si kurus dengan tatapan sulit diartikan.“Mohon ampun, Tuan, tolong ampuni kami,” ucap si kurus membuat Rocky s
Pagi pun tiba, Rocky sudah berpenampilan rapi dia kini berada di depan cermin sedang memasang dasi.Tiba-tiba ponsel berdering tanda ada panggilan masuk.“Martin,” gumam Rocky kemudian mengangkat panggilan tersebut.“Gimana Martin, apa ada kabar baik untukku, pagi ini?” tanya Rocky saat panggilan terhubung.“Dua hari lagi ada pertemuan dengan Ema Emerson, dan saya sudah agendakan pertemuan kalian,” balas Martin dari dalam sambungan telepon.“Kerja bagus, jika kita berhasil, akan ada bonus besar untukmu,” ucap Rocky pada sambungan telepon.”Oh iya, selidiki kasus kecelakaan yang menimpa Delia Trump, apakah ada campur tangan dari Erllina, atau tidak,” pintanya kemudian memutuskan sambungan telepon sepihak.Senyuman licik pun mengembang di bibirnya saat menatap bayangan dibalik cermin. “Ema Emerson, kau yang mulai permainan ini, dan kau harus juga yang harus mengakhiri” ucapnya kemudian mengambil tas lalu keluar dari kamar untuk berg
Di kediaman Anggara, semua orang tanpak cemas karena tetua keluarga dan putra semata wayang tidak kunjung pulang.“Pa, Ayah dan Yudis belum juga pulang, gimana ini, Pa?” ucap Verry Alham cemas bercampur dengan khawatir.“Apa perlu kita lapor pada pihak hukum, Ma?” balas suami.“Nanti lama, Pa. Kita harus segera mencari mereka,” tutur Verry sudah tidak sabar lagi, karena merasakan firasat buruk terhadap putra tercinta.“Ayo kita cari.” ajak suami kemudian bergegas pergi untuk mencari dua keluarga Anggara.***Di sisi lain Rocky tersenyum kepikiran dengan ucapan sang istri saat dalam sambungan telepon.“Akankah dia benar-benar membatalkan kontrak nikah?” gumam Rocky bertanya-tanya pada diri sendiri sambil mengemudikan mobil. “Jika itu benar-benar terjadi, aku akan membuatmu menjadi wanita paling bahagia di dunia ini, dan aku akan melamarmu kembali, kita akan melangsungkan pernikahan mewah dihadiri banyak tamu, bukan s
Setelah berbincang tentang rencana memanfaatkan Selly, tiba-tiba datang dua orang berbadan kekar masuk dalam ruangan Widhi.“Kalian ikut kami, atau, kami patahkan tulang-tulang kalian!” ucap pria bertato dengan nada tegas.“Siapa kau, kenapa bisa masuk ke dalam perusahaan ini?” tanya Widhi dengan nada bergetar, ketakutan.“Itu tidak penting,” balas pria tersebut kemudian membawa Widhi dan Yudis keluar dari ruang pribadi,Setelah tiba di parkiran, mereka langsung di masukkan ke dalam mobil. “Kami mau dibawa ke mana?” Yudis bertanya dengan nada ketakutan.“Diam! Atau aku buat kau tidak bisa bicara selamanya!” ucap pria berbadan kekar dan berambut pirang.Seketika, mulut Yudis terbungkam oleh bentakan dari pria tersebut, dan mereka berdua hanya bisa pasrah tanpa bertanya lagi.***Di AGP, Selly mendapat panggilan telepon dari suami, dia pun bergegas menjauh dari keramaian kantin untuk mengangkat panggilan tersebut.
Saat masih berada di taman pelangi, Selly mendapatkan panggilan dari Widhi Anggara.“Kakek menghubungiku, ada apa?” batin Selly bertanya-tanya. “Sebentar ya, Sov,” ucap Selly kemudian sedikit menjauh untuk mengangkat panggilan telepon tersebut.“Hallo, ada apa?” tanya Selly saat panggilan terhubung.“Maaf Selly, aku telah salah padamu, kau boleh bekerja kembali di AGP dan melanjutkan proyek kerja sama dengan Briano Lion,” ucap Widhi dari jauh dalam sambungan telepon membuat sang cucu wanita mengangkat alis sebelah tidak percaya dengan apa yang barusan dia dengar.“Apa Kakek sedang membohongiku, dan akan mempermalukan aku lagi?” tanya Selly pada sambungan telepon.“Tidak, aku mohon kembalikanlah dan aku akan memberikanmu hadiah istimewa,” ucap sang Kakek kemudian memutuskan sambungan telepon sepihak.“Hallo …, Kakek,” Selly pun melihat ponselnya, ternyata sambungan telepon sudah terputus.“Dasar manusia pal
“Kau mau ikut denganku, berarti kau akan mengundurkan diri dari AGP?” tanya Selly setelah merasa lebih tenang.“Iya, untuk apa aku memperkaya orang sombong seperti Tuan Yudis dan Tuan Widhi,” jawab Sovia membuat atasan membulatkan mata, tidak percaya.“Jangan, jaman sekarang sulit mencari pekerjaan,” sambung Selly tidak ingin mengorbankan si asisten.Sovia menghela napas panjang, kemudian berkata, “Benar juga, tapi aku tidak bisa bekerja di tempat orang tidak punya hati.”“Kamu harus tetap bekerja di sana, ingat, kamu juga butuh uang untuk makan,” tutur Selly mengingatkan Sovia agar tetap bertahan, meskipun berkerja di tempat orang paling menyebalkan sedunia.***Setelah menunggu cukup lama, Widhi dan Yudis pun datang menemui Presdir Briano Lion. Namun, mereka tidak mengenali siapa sosok Tuan muda dibalik masker.“Maaf Tuan muda, apa yang membuat Anda memanggil kami datang ke sini?” tanya Widhi d
“Sudah-sudah, enggak usah dibahas, aku sudah pusing gegara Presdir, malah kau tambah lagi,” ucap Selly menepis pertanyaan Sovia si asisten.Ketika sampai di AGP, dia disambut oleh sepupu.“Lihatlah, siapa yang datang,” ucap Yudis dengan penuh kesombongan.“Minggir, aku tiada urusan denganmu,” balas Selly malas berdebat dengan siapapun.“Aku yang ada urusan denganmu.” ucap Yudis seolah tidak pernah lelah mencari masalah dengan sepupu.“Apa lagi? Masalah kemarin? bukankah kau telah berjanji untuk tidak menggangguku?” tanya Selly sudah sangat lelah menghadapi sikap keras kepala pria yang sedang berdebat dengannya.“Urusan yang kemarin belum selesai, menurut keputusan kakek, kau dipecat tanpa hormat,” ungkap Yudis membuat sang sepupu menganga, terkejut tidak percaya.“Aku dipecat? kesalahan aku apa? bukankah aku sudah berhasil mendapatkan proyek yang diinginkan kakek?” ucap Selly dalam keadaan syok.
Rocky menceritakan tentang rencana yang dia bahas dengan Martin kemarin, “Apa?! Ema Emerson?!” Zee sangat terkejut setelah mendengar nama itu.“Ada apa kau takut?” tanya Rocky menyipitkan mata ketua menatap wajah Ceo lekat-lekat.“Tidak, jika itu sudah menjadi tugasku, aku tidak akan takut,” balas Zee membuat Rocky tersenyum puas, “Bagus jika memang begitu.” tutur Rocky sambil menepuk pundaknya.“Kau boleh pergi, selamat mengumpulkan tenaga untuk tugas yang aku berikan,” usir Rocky membuat dia hanya mampu menelan saliva untuk membasahi tenggorokan yang tiba-tiba kering. Dengan langkah gontai,diapun berjalan keluar dari ruang Presdir, dan setelah kepergian Zee, Rocky kembali menggunakan masker karena jam meeting akan segera dimulai.Saat di ruang meeting, Rocky memperhatikan sang istri begitu pandai dalam mempresentase proyek yang akan dia garap. begitu cerdas dan kata perkata mudah di pahami.Setelah 30 menit, mee
Setelah kepergian Levya, Rocky lantas menghubungi nomer Martin orang yang sudah lama berkecimpung di dunia bisnis.“Halo pak Martin, atur pertemuan dengan Ema Emerson, aku ingin mengajukan bisnis dengan dia,” ucap Rocky saat panggilan terhubung.“Ema Emerson …? apa Anda yakin? bukankah beliau ibu tiri Anda?” balas Martin dari dalam sambungan telepon.“Aku tahu itu, kita lakukan pendekatan dengan musuh, kalau kita hanya diam tidak berbuat apa-apa yang ada, musuh akan tenang tanpa menunjukkan diri ke permukaan,” ucap Rocky pada sambungan telepon.“Baiklah, apa rencana Anda?” tanya Martin jauh dari dalam sambungan telepon.Rocky pun menceritakan rencana yang menurutnya sangat gila, “Apa Anda yakin, kita akan membuka investasi untuk Briano Lion?!” ucap Martin terkejut dengan rencana Rocky.“Cuma itu satu-satunya cara memancing musuh keluar dari sarang,” balas Rocky.“Baiklah, tetapi, invest