Share

Bab 8 : Kenyataan membawa luka.

“Aku selalu berusaha datang menjemputmu, tetapi, di larang keras oleh Ayahmu!” seru Levya saat menjawab pertanyaan dari sang putra tercinta.

“Lantas mengapa ibu dan ayah berpisah, mengapa ayah mempunyai wanita lain dirumah yang berbeda?!” Rocky mempertanyakan tujuan utama dia mendatangi si Ibu.

Tampak terlihat, raut wajah Levya berubah menjadi layu, tanpa dia sadari air mata menetes, dan sudah dia duga sedari lama jika suatu saat Rocky akan mempertanyakan hal ini.

“I–ibu, ibu … tidak tahu kalau ayahmu sudah beristri—” Levya tidam mampu mengatakan hal lebih lanjut, dia sudah larut dan terisak dalam tangisan.

“Apa aku anak haram, dari ulah kalian berdua?!” tanya Rocky dengan nada setengah marah, membuat Levya hanya bisa mengangguk kemudian menundukkan kepala, tangisan si Ibu semakin keras.

Tidak pernah disangak dan tidak pernah dia duga jika orang tua yang dikira berlaku baik dan tidak pernah melakukan hal aneh-aneh, ternyata itu semua salah.

Jika dibandingkan dengan kehidupan yang Rocky saat ini sangat berbanding terbalik jauh berbeda.

Jangankan untuk berhubungan intim, selama tiga tahun berlalu untuk menyentuhnya saja tidak pernah dilakukan.

***

Rocky berteriak keras membuat Martin dan beberapa bodyguard kaget, kemudian menepikan mobil dan memerintahkan semua anggota keluar dari mobil.

“Tuhan, kenapa aku harus dilahirkan dengan cara seperti ini?!” Rocky berteriak dengan sangat keras hingga menampakkan urat dileher, beruntung, mobil sudah kedap suara, dan tidak terdengar sampai luar.

Dia kembali berteriak, mengeluarkan semua beban yang dirasa, setelah merasa lebih tenang, Rocky meminta pak Martin untuk segera mengemudikan mobil dan melanjutkan perjalanan.

“Paman Martin, ke supermarket sebentar, belikan aku anggur paling memabukkan,” pinta Rocky.

“Baik Tuan,” jawab Rocky kemudian mencari supermarket yang masih buka 24 jam.

***

Ketika sudah terlelap dalam alam mimpi, Selly terbangun karena mendengar suara ketukan dari pintu utama.

“Darimana saja dia jam segini baru pulang?” tutur Selly saat melihat jam yang ada didinding menandakan pukul 3:57 malam,

Saat membuka pintu, dia dikejutkan dengan Rocky yang tiba-tiba ambruk dilantai dan tercium aroma alkohol menyengat membuat Selly ikutan pusing.

“Rocky, bangun, jangan tidur di sini,” gumam Selly sambil menepuk-nepuk pipi suami, berharap masih ada tenaga tersisa untuk membantunya berjalan ke kamar.

“Sejak kapan kau jadi pemabuk seperti ini, pria sialan. Ayo bangun, jangan membuat masalah denganku.” gumam Selly kemudian berusaha menyeret dia masuk kedalam.

Biarpun lumayan kesulitan, tetapi, Selly berhasil membawa suami masuk kedalam kamar mandi, untuk membuat dia sadar dan bangun melawan rasa mabuk dikarenakan alkohol.

***

Pagi pun tiba, Rocky terbangun ditempat yang tidak asing yaitu: “Kamar mandi,” gumamnya setelah memperhatikan sekitar.

“Bagus kau sudah bangun, sekarang cepat bersihkan dirimu sendiri, jangan membuatku repot seperti semalam.” gumam Selly kemudian menutup pintu kamar mandi dengan sangat keras.

Setelah mandi dan berganti pakaian, Rocky duduk termenung di sofa tempat biasa dia tidur.

Kenyataan yang dia dengar dari mulut si ibu belum bisa diterima, biarpun sudah berulang kali mencoba menerima tetapi, semua tidak semudah seperti membalikkan telapak tangan 

“Ada apa? Apa kau keberatan dengan permintaan dari kemarin?” tanya Selly membuyarkan lamunan suami.

“Tidak!  Hanya saja …” Rocky menghentikan ucapan karena belum siap mengutarakan kenyataan pada si Istri.

“Aku belum siap menceritakan semua padamu, nanti aku akan menceritakan semua padamu, tetapi, bukan sekarang.” imbuhnya takut menjadi masalah baru untuk istri dan keluarga.

Selly sangat menghargai privasi orang lain, jadi, dia hanya pergi tanpa meminta atau memaksa Rocky untuk bercerita.

“Cepat buatkan kami sarapan, mama dan papa sudah sangat kelaparan di meja makan.” ucap Selly kemudian menutup pintu kamar.

***

Setelah selesai menyiapkan sarapan, Rocky bergegas menuju ke kamar mandi untuk menyalakan sebatang rokok, berharap bisa membuat pikiran lebih tenang.

Ketika sedang menyesap rokok, dia memikirkan perlakuan keluarga Anggara pada sang istri, kemudian berucap dalam hati, “Jika aku seperti ini terus, yang ada orang-orang akan menginjak-injak diriku terus-terusan. Aku harus bangkit dan membuat istriku jatuh cinta padaku, dan aku akan membalas orang yang membuat istriku menangis dan aku akan menjadi pelindung bagi keluarga kecilku ini. Keluarga Anggara sudah mengasingkan keluarga istriku.” 

Rocky terus memikirkan nasib istrinya, perlakuan tidak adil dari keluarga besar membuat dia merasa geram dan ingin menghapuskan kesombongan mereka, biarpun istri dan kedua mertua selalu menindas dan mencemoohnya.

“Apa yang kamu lakukan di kamar mandi, kenapa tidak mengunci pintu?!” teriak Selly terkejut.

“Aku sudah selesai,” tutur Rocky kemudian keluar dan bergegas pergi meninggalkan rumah ingin mengajak Martin bertemu.

“Aku harus membuat trobosan baru, dan aku akan minta bantuan pada Martin untuk mengakui sisi ASG,” gumam Rocky saat berjalan menuju taman.

***

“Apa kau yakin, dia datang ketempat ini?” tanya teman baik Vinny bernama (Zulaika)

“Aku yakin, dia juga sering ke sini, tenang saja, dia pasti bisa kita andalkan untuk merobohkan kesombongan, Lani.” balas Vinny sambil mengawasi sekitar.

Tidak berselang lama menunggu, Rocky datang dan langsung di panggil Vinny dengan berteriak.

Dari kejauhan, tatapan mata Rocky tertuju pada lambaian tangan seorang gadis yang mirip dengan Stella.

“Ada apa kau memanggilku seperti orang gila?” tanya Rocky setelah sampai pada tempat dua gadis itu berdiri.

“Bisakah aku meminta bantuan padamu?”

“Bantuan …?” tanya Rocky penasaran.

“Em, apa kau pandai bertarung?”

“Aku tidak terlalu pandai, tetep, bolehlah untuk bertarung melawan satu atau dua orang,” balas Rocky.

“Bagus!” tutur Selly kemudian menceritakan tentang pembullyan yang sering dia dapatkan di sekolah, dari arah cerita tersebut, Rocky langsung menebak, “Apa kau ingin aku bertarung di atas Ring, melawan orang yang sering mem-bully kalian?!” 

“Otakmu cukup cerdas!” puji Vinny kemudian mengajak Rocky naik keatas mobil.

Saat dalam perjalanan, mereka bernegosiasi berapa yang akan dia dapat setelah bertarung melawan pembully itu di atas Ring.

“Oke sepakat, 100000 dollar itu sudah sepadan,” tutur Rocky kemudian mereka berjabat tangan tangan setuju.

Setelah menempuh perjalanan cukup lama, mereka pun sampai. Rocky langsung di daftarkan untuk melawan jagoan dari Mahardika CS.

“Duit pertama akan aku transfer, bisakah aku minta nomer rekeningmu?” pinta Vinny kemudian mentransfer sejumlah uang cukup banyak mungkin hampir seperempat upah yang dia janjikan.

“Segitu dulu, nanti kalau berhasil, aku transfer semuanya.” imbuh Vinny.

“Tidak masalah, asalkan kau tidak akan kabur setelah aku memenangkan pertandingan ini,” balas Rocky kemudian berjalan masuk kedalam bersama dengan petugas.

Semua orang bersorak gembira pada jagoan yang selalu menang berturut-turut, siapa lagi kalau bukan (Sumo)

“Sumo, keren!” 

“Sumo, hebat!”

“Ayo Sumo, habisi lawanmu!” teriak semua orang yang ada di luar ring tinju.

Vinny dan Zulaika merasa cemas, melihat jika orang pilihan Robert Mahardika bukanlah sembarang pria yang mudah dikalahkan, dia memenangkan banyak pertandingan, banyak lawan kalah telak bahkan sampai ada yang tidak bernyawa.

“Bagaimana ini, aku takut, jika terjadi sesuatu pada Rocky,” ucap Zulaika.

“Kau pikir aku juga tidak memikirkan hal itu, tetapi, berdoa saja, semoga dia bisa kita andalkan.” balas Vinny.

Pertandingan sudah dimulai, Rocky tampak memperlihatkan kelemahan lawan, dan benar saja belum satu menit bertarung. Dia sudah menjatuhkan lawan hanya dengan satu pukulan.

Tanpa membuang waktu, dia langsung membabi buta dengan memukul area wajah tanpa berbelas kasih. Setelah satu menit berlalu, lawan sudah tidak bertenaga dan hanya melambaikan tangan tanda menyerah.

Vinny dan Zulaika bersorak gembira, mereka berdua akhirnya memenangkan pertandingan dan bisa meruntuhkan kesombongan Robert Mahardika.

“Lihatlah, petarung yang kau pilih saja tidak bisa mengalahkan jagoanku,” tutur Vinny.

“Itu hanya keberuntungan, saja, aku akan menghabisi jagoanmu sekarang juga.” ucap Robert kemudian mendapatkan tatapan mata tajam dari Rocky. “Akan menghabisi aku? apa kau yakin?” 

“Aku hanya bergurau kawan,” balas Robert kemudian mengajak bodyguard yang dia bawa pergi meninggalkan ring tinju.

Vinny dan Zulaika menjulurkan lidah mengejek putra Mahardika. “Cepat berikan upah yang kau janjikan,” ucap Rocky mengalihkan mereka berdua.

Wait For The Next Story…

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status