Share

Bab 7: Menemui Ibunda

“Baiklah, aku akan menjadi apa yang kamu minta, kita pulang dulu, kamu harus istirahat,” balas Rocky seakan-akan menjadi pegangan kuat untuk wanita yang ada dalam pelukannya, tetapi, pegangan yang dia kira kuat, ternyata masih saja rapuh, ingin mempercayai, tetapi, sadar diri suami bukan siapa-siapa.

“Apa aku bisa mempercayaimu?” tanya Selly dengan penuh keraguan.

“Untuk apa aku memberikanmu permintaan, tetapi, aku tidak dapat mengabulkan,” balas Rocky meyakinkan, kemudian memberikan jaminan dengan berucap, “jika aku tidak bisa mengabulkan permintaanmu, aku akan menjadi babu dalam hidupmu seumur hidupku dan tidak akan pernah meminta hakku sampai kontrak kita berakhir, tetapi, jika aku berhasil apa yang yang bisa menjadi jaminan untukku?” balas Rocky.

“Aku tidak tahu, tetapi, aku akan memberikan hakmu sebelum kontrak kita berakhir,” balas Selly dengan menundukkan kepala, tanda bimbang dengan jawaban sendiri.

“Baiklah, aku kemarin dapat kartu bank dari nenek tua yang aku tolong, bisakah kau menerima ini sebagai permintaan maaf, karena selama kita hidup bersama aku tidak pernah menafkahi dirimu,” ucap Rocky langsung mendapat tatapan mata sulit diartikan dari istri.

“Apa kau yakin memberikan ini untukku? setelah apa yang keluargaku lakukan padamu,” balas Selly.

“Untuk apa aku harus ragu, kau itu istriku, ya, biarpun … dalam status kontrak.” jawab Suami seakan menjadi tamparan keras untuk Selly. “Tetapi, aku tidak tahu berapa isi dalam kartu itu, alangkah baiknya kau periksa terlebih dahulu,” 

***

Rocky tengah berada di taman pelangi, berulang kali dia menggeser menu yang ada dalam ponsel, ingin menghubungi sang Ibu, tetapi, hati dikuasai oleh keraguan.

Dengan memantapkan niat, dia pun menekan tombol panggilan untuk nomer ponsel ibunda.

“Hallo, I–ibu,” ucap Rocky saat panggilan terhubung, sudah sekian lama dia tidak pernah memanggil wanita yang sudah melahirkan, biarpun senang akhirnya bisa memperbaiki hubungan. Namun, semua terasa asing.

Rocky mengulangi ucapan sama, karena tiada jawaban dari dalam sambungan telepon, sangat-sangat jelas apa yang dirasakan oleh Levya, dia tampak seperti tertegun setelah mendengar suara putra tercinta, “Iya, Rocky, kau akhirnya menghubungi ibu,” tutur Levya terdengar sendu seperti orang terharu sampai menitikkan air mata.

“Apa Anda bisa membantuku?” lanjut Rocky dengan terbata-bata.

“Pasti bisa, katakan, nak, apa yang kau inginkan?” balas Levya.

“Mungkin kita harus bertemu, semua ini tidak akan enak kalau dibicarakan lewat sambungan telepon,” ucap Rocky kemudian memutuskan sambungan telepon setelah meminta bertemu di hotel Santira Barat.

“Martin, cepat jemput putraku, aku sudah tidak sabar menemui dia di hotel HTSB.” perintah Levya dengan nada bahagia, dan lebih bahagia dari sebelum saat ini.

***

Disaat sedang menunggu jemputan dari Martin, Rocky teralihkan dengan seseorang yang memanggil namanya. “Kak Rocky,”

“Hengky,” Rocky bergumam terpaku sesaat melihat teman dari dunia gelap berlari mendekat, bersama dengan Halma dan George.

“Kakak pertama, apa yang kamu lakukan disini?” tanya Hengky 

“Seharusnya aku yang bertanya seperti itu, bodoh!” balas Rocky sambil memukul kepala 3 pemuda itu secara bergantian.

“Kami sedang mencari Kakak,” jawab Hengky setelah meringis dan menggaruk kepala yang tidak gatal.

“Kakak pertama kemana saja? semua anggota Scorpions gank merindukan Anda,” imbuh Halma

“Aku sibuk dengan istriku,” balas Rocky membuat tiga pemuda tersebut terkejut tak percaya.

“Apa!” ucap mereka bertiga serentak.

“Sudah berapa banyak yang kami lewatkan?”

“Apa kakak ipar cantik?”

“Kenapa kakak pertama tidak mengundang kami?” Mereka bertiga bertanya bergantian membuat Rocky bingung harus menjawab yang mana terlebih dahulu.

“Kalian sudah seperti wartawan, mengapa tidak bekerja di stasiun televisi saja?!” seru Rocky jengkel karena terlalu diinterogasi.

“Aku tidak punya banyak waktu, aku akan mememui kalian dan anggota Scorpions Gank yang lain, dikemudian hari,” Rocky pamit karena mobil yang dia tunggu telah tiba, dia pun bergegas meninggalkan tiga pemuda itu dan masuk ke dalam mobil.

“Kakak pertama memang sudah sukses, aku tidak sabar menunggu waktu untuk bertemu dengan dia lagi,” gumam Hengky.

“Iya benar, semoga dia tidak melupakan kita semua,” imbuh Halma.

“Ayo kita pulang ke basecamp, kabar gembira ini harus sampai pada anak-anak yang lain.” ajak George.

***

Saat dalam perjalanan menuju Santira Barat, tidak lupa untuk memberikan kabar pada istri lewat pesan online.

“Aku akan pulang terlambat, jadi jangan cemas dan khawatirkan aku,” 

Meskipun Rocky merasa jika kabar ini tidak begitu di perdulikan oleh Selly, tetapi, tidak membuat dia merasa kecewa ataupun sedih, yang paling penting sudah memberikan kabar.

Tatapan mata Rocky tidak lepas dari kaca jendela mobil, banyak kenangan pahit dimasa lalu yang membuat dia merasa siap atau tidak untuk bertemu dengan si ibu.

“Apakah aku sanggup, bertemu dengan ibu …? setelah apa yang dia lakukan ketika aku masih kecil, entahlah, aku sendiri tidak tahu jika semua ini hanya permainan yang sudah dirancang matang-matang untuk membuangku lebih jauh,” Rocky berkecamuk dalam pikiran sendiri hingga terlelap dalam mimpi.

***

“Tuan kita sudah sampai,” ucap Martin membangunkan Rocky dari alam mimpi, kemudian bergegas turun kemudian berjalan masuk kedalam hotel tidak sabar bertemu dengan Ibunda karena ada sesuatu yang ingin ditanyakan pada si Ibu.

“Rocky …” gumam Levya, terpaku tidak percaya dengan apa yang dia lihat didepan mata, bahkan sampai-sampai mata berkaca-kaca karena terlalu larut dalam rasa haru.

Namun, ketika hendak memeluk sang putra untuk melepaskan kerinduan yang terpendam selama bertahun-tahun, Rocky menghindar dengan mundur beberapa langkah.

“Maaf, aku belum bisa membiarkan siapapun menyentuh diriku kecuali orang terdekatku,” ucap Rocky, kaku, mungkin kehadiran si ibu terasa sangat asing.

“Aku tahu, maaf, aku terlalu bersemangat sampai-sampai lepas kendali,” tutur Levya mencoba mengerti apa kemauan sang putra.

“Kau sudah dewasa sekarang, maafkan ibu, karena tidak kunjung menjemputmu si rumah ayahmu.” imbuh Levya membuat Rocky tersenyum pasi,

“Sebenarnya ada banyak pertanyaan yang ingin aku tanyakan pada … I–ibu …” Rocky agak kaku dalam menyebut (Ibu) karena dia diasuh seorang lelaki yang rela tidak menikah demi merawat putra yang ditemukan lontang-lantung di jalanan.

“Apapun itu, ibu akan menjawab dengan suka rela, biarpun itu akan menyita banyak waktu,” balas Levya.

“Martin, tinggalkan kami berdua,” pinta Levya, tetapi, ditolak oleh Rocky “Tidak perlu, biarkan paman Martin di sini dan mendengar jawaban dari pertanyaan ku.”

***

Rocky menatap kartu berwarna hitam dilapisi emas murni, tidak pernah disangka dan tidak pernah menduga jika si ibu adalah orang kaya bergelimang harta.

“Aku rela masuk dalam dunia hitam untuk menjadi orang paling berkuasa, dan membalas dendam pada dalang dibalik penculikanku dimasa lalu,” batin Rocky saat dalam perjalanan pulang.

Dia juga teringat akan pertemuan, jawaban dari pertanyaan yang dia lontarkan masih terngiang-ngiang didalam ingatan membuat kepala semakin pusing.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status