Dixon menggertakkan giginya dengan kesal setelah melihat pemandangan itu. Tiba-tiba, dia menoleh dan berteriak pada Eko, "Dasar pecundang! Jelas-jelas anak buahmu itu memiliki postur tubuh yang tegap, tapi kenapa melawan orang lemah sepertinya saja nggak bisa?!""Tuan Dixon, ini ... ini pasti hanya kejadian yang nggak terduga."Eko mencoba untuk memberi penjelasan dengan sikap hormat, sebenarnya dia juga tidak mengerti apa yang telah terjadi."Sialan! Aku nggak mau tahu, aku hanya lengan dan kakinya dipatahkan, lalu dia dilempar keluar!"Dixon berteriak dengan marah, "Sekarang juga!""Oke, oke, aku akan segera melaksanakannya ...."Eko segera menoleh, lalu berteriak pada anggota petugas keamanan lainnya, "Kalian ini! Dasar sialan! Sekelompok orang nggak berguna! Cepat serang dia secara bersamaan!""Pak Eko, orang ... orang ini adalah petarung yang sangat andal ...."Biarpun sudah diperintahkan oleh Eko, belasan anggota petugas keamanan lainnya tetap berdiri di tempat. Tidak ada seorang
"Tuan Dixon adalah anggota Keluarga Tulipa dari Negara Enggrim, dia juga merupakan tamu kehormatan yang diundang oleh kedutaan Negara Enggrim, identitasnya sangat terhormat.""Sedangkan orang yang bernama Ardika ini hanyalah rakyat jelata rendahan yang nggak tahu aturan. Memangnya dia layak mendapat permintaan maaf dari Bapak?"Selesai berbicara, dia melemparkan sorot mata mengejek ke arah Ardika dan menyunggingkan seulas senyum dingin.Begitu mendengar ucapan bawahannya, Jilian langsung merasa gugup bukan main, jantungnya sudah berdegap dengan sangat kencang.Dia melirik ekspresi Ardika dengan hati-hati. Melihat Ardika tidak menunjukkan reaksi apa pun, dia baru merasa sedikit lega. Kemudian, dia menoleh dan berkata dengan marah, "Eko, aku menyuruhmu untuk tutup mulutmu! Apa kamu nggak dengar?!""Pak Jilian, aku banyak bicara juga karena mempertimbangkan Bapak."Eko masih belum menyadari kesabaran Jilian sudah dikuras habis olehnya. Dia tetap melanjutkan. "Dengan status dan kedudukan P
"Pak Jilian, kamu sendiri yang tangani saja sendiri pengkhianat seperti itu."Selesai berbicara, Ardika sama sekali tidak melirik Eko yang sudah terlihat pucat pasi.Dia tidak perlu turun tangan sendiri menangani orang sampah seperti Eko.Jilian segera meminta stafnya untuk mengambil rekaman video di area trampolin, lalu memutarnya di sebuah layar besar tepat di hadapan semua orang.Di dalam rekaman video pengawasan itu menunjukkan dengan sangat jelas bahwa beberapa bocah asing itu yang terlebih dahulu menindas Livy.Bocah perempuan yang bahkan belum berumur lima tahun itu didorong oleh beberapa bocah yang lebih besar dibandingkannya ke sana kemari. Pemandangan seperti itu benar-benar menyedihkan.Setelah didorong hingga terjatuh, sambil menangis Livy baru mendorong Dixon Jr. sekali, itu hanyalah bentuk reaksi naluriahnya."Jelas-jelas beberapa bocah asing itu yang menindas bocah perempuan itu, bisa-bisanya kalian sebagai orang tua bocah-bocah nakal itu malah memutarbalikkan fakta!""K
Dengan kekesalan menyelimuti hati mereka, Dixon dan yang lainnya berencana untuk meninggalkan tempat itu.Namun, satu kalimat yang keluar dari mulut Ardika itu langsung membuat api amarah mereka meledak-ledak!"Dasar sialan! Memangnya kamu pikir kamu siapa? Kami mau pergi juga membutuhkan izin darimu, hah?"Mereka menoleh, memelototi Ardika dengan marah.Dengan sorot mata penuh amarah, istri Dixon berteriak dengan marah, "Eh, bocah Negara Nusantara sialan, kami sudah cukup berbesar hati dengan nggak mencari perhitungan denganmu. Apa lagi yang kamu inginkan, hah? Cih, Negara Nusantara rendahan saja ...."Sorot mata Ardika langsung berubah menjadi dingin, dia melirik wajah wanita itu.Sontak saja lirikan Ardika itu membuat raut wajah wanita itu membeku, lalu dia tidak melanjutkan kalimatnya lagi. Namun, dia tetap memelototi Ardika dengan arogan.Ardika tidak memedulikan wanita gila itu. Sambil menggandeng Livy, dia menunjuk beberapa bocah asing tersebut dan berkata, "Sebelum kalian pergi
"Orang Negara Nusantara, kamu berniat main tangan terhadapku?"Dixon sama sekali tidak takut pada Ardika.Melihat Ardika yang berjalan mendekatinya, dia tetap berdiri di tempat. Dengan seulas senyum dingin mengembang di wajahnya, dia berkata, "Sebelumnya, kamu sudah menampar istriku. Aku sudah cukup berbesar hati dengan nggak mempermasalahkan hal itu lagi.""Kalau sekarang kamu berani main tangan terhadapku, apa kamu sudah pernah memikirkan konsekuensinya?""Jangan pikir hanya karena kamu adalah manajer umum perusahaan investasi yang memiliki uang nggak seberapa itu, kamu sudah bisa bertindak sesuka hatimu. Selama kamu berani main tangan terhadapku, aku akan membuatmu menyesali perbuatanmu selamanya!"Dengan mengandalkan hak istimewa sebagai tamu kehormatan Negara Nusantara, dia sama sekali tidak menganggap serius Ardika. Dia tetap bersikap sangat arogan."Oh? Begitu, ya? Kamu sendiri yang mengatakannya, ya."Ardika menganggukkan kepalanya, lalu berkata tanpa menoleh ke belakang, "Livy
Setelah mendengar ucapan Ardika, para pengunjung yang berkerumun di sekitar tempat itu mendecakkan lidah mereka.'Ckckck, dia benar-benar berani bicara! Dia bahkan mengatai keluarga kerajaan Negara Enggrim sebagai sampah!'Sementara itu, sekelompok orang asing yang berada di tempat itu hampir muntah darah saking kesalnya mendengar ucapan Ardika.Namun, mereka semua sudah tergeletak tak berdaya di tanah. Selain mendengus dengan kesakitan, mereka bahkan tidak berani mengucapkan sepatah kata pun untuk membantah Ardika.Sambil menahan rasa sakitnya, Dixon menelan ludahnya yang sudah disertai dengan darah. Kemudian, dia bertanya dengan tidak berdaya, "Kamu .... Sebenarnya apa maumu?"Dia sudah tidak berniat untuk menentang Ardika lagi. Ya, paling tidak sekarang dia tidak ingin memperumit situasi lagi. Lagi pula, dia sendiri sudah tidak berdaya.Ardika menyalakan sebatang rokok dengan santai.Kemudian, dia mengembuskan asap rokoknya ke wajah Dixon, lalu berkata kepada semua orang asing itu,
"Semua penduduk Kota Banyuli tahu Ardika hanyalah menantu benalu yang bergantung pada istrinya, nggak ada seorang pun yang memandang tinggi dia."Virgoun sendiri adalah penduduk Kota Lino. Karena Gilang mendirikan perusahaan investasi di Kota Banyuli, dia baru ikut datang ke kota ini.Setelah mengetahui Ardika akan segera menduduki posisi sebagai manajer umum Perusahaan Investasi Gilra, dia sudah menyelidiki latar belakang Ardika secara menyeluruh. Dalam lubuk hatinya, dia benar-benar menganggap remeh menantu benalu itu.Virgoun berkata dengan menunjukkan ekspresi meremehkan, "Tuan Dixon, Ardika bisa menjabat sebagai manajer umum di perusahaan investasi kami juga dengan mengandalkan relasi istrinya. Sebenarnya, dia nggak benar-benar memegang kekuasaan, hanya menggantung nama saja.""Aku nggak peduli dia adalah pecundang atau bukan! Sekarang aku hanya ingin menghabisinya!"Ekspresi Dixon tetap tampak sangat muram.Setelah harga dirinya diinjak-injak oleh seorang pecundang yang bahkan di
Karyawan Perusahaan Investasi Gilra memang tidak banyak, hanya ada puluhan orang saja.Jadi, berkumpul untuk makan-makan bersama, bukanlah hal yang terlalu berlebihan.Airin kebetulan ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk mencari tahu situasi hubungan antar karyawan dalam perusahaan ini. Setelah berpikir sejenak, dia pun menganggukkan kepalanya dan berkata, "Kalau begitu, tolong sampaikan ucapan terima kasihku kepada Pak Virgoun. Beri tahu Pak Virgoun malam ini aku akan menghadiri perjamuan itu tepat waktu.""Airin, kamu nggak perlu sungkan. Kalau begitu, aku nggak akan mengganggu waktumu lagi."Sekretaris Virgoun melontarkan beberapa patah kata itu dengan penuh hormat.Begitu berjalan keluar dari ruangan manajer umum, seulas senyum dingin tersungging di wajahnya."Cih! Di usia semuda itu sudah bisa menjadi asisten presdir Grup Bintang Darma. Sebelumnya dia pasti sudah melayani banyak orang pria di ranjang. Bisa-bisanya dia berlagak suci!"Hingga kembali ke ruangan Virgoun, ekspresi
"Memintaku untuk menjadi presdir? Apa kamu takut identitasku terungkap terlalu lambat?"Ardika melirik Cahdani sekilas dengan sorot mata acuh tak acuh.Dilirik oleh Ardika seperti itu, jantung Cahdani langsung berdegap dengan kencang. Dia buru-buru berkata, "Nggak, nggak, nggak, bukan begitu. Aku nggak bermaksud seperti itu. Kak Ardika, kamu seperti ini juga cukup baik. Tapi, menjadi seorang karyawan biasa sama sekali nggak cocok untuk identitasmu. Bagaimana kalau kamu menjabat sebagai seorang petinggi level menengah?""Kak Ardika, dengan begini kamu nggak perlu khawatir identitasmu terekspos, juga bisa mencampuri urusan perusahaan secara terang-terangan."Ardika mengangguk perlahan dan berkata, "Benar juga. Kalau begitu, begini saja. Jabatan Kalris sebelumnya untukku saja.""Manajer departemen?"Cahdani mengangguk dan berkata, "Hmm, boleh dibilang juga sudah termasuk petinggi level menengah. Kalau begitu, ditetapkan seperti ini saja.""Kalian sudah dengar apa yang kukatakan, 'kan? Ngg
Kalris langsung menoleh. Saat itu juga, dia berkata dengan gigi terkatup, "Cahdani, kamu yang menjebakku dari belakang!"Cahdani yang kedua lengannya masih terbalut perban, berjalan melenggang masuk dengan membawa beberapa orang anak buahnya."Kalris, 'kan? Dengar-dengar tadi malam kamu memakiku saat berada di Hainiken, apa kamu cari mati?"Begitu masuk, Cahdani langsung mempertanyakan Kalris dengan tajam sekaligus dingin.Walaupun Kalris sangat arogan, tetapi menghadapi Cahdani yang luar biasa arogan, dia masih kalah telak.Mendengar ucapan ini, jantung Kalris langsung berdegap dengan kencang. Dia berkata dengan suara bergetar, "Cah ... Cahdani, ini hanya kesalahpahaman.""Kesalahpahaman apanya?!"Cahdani langsung menendang Kalris hingga tubuh Kalris terpental dan membentur sebuah meja kerja hingga hancur berkeping-keping.Melihat Kalris yang tergeletak di lantai sambil menutupi perutnya dengan ekspresi kesakitan tanpa bisa mengucapkan sepatah kata pun, Cahdani langsung melambaikan ta
"Oke, Jeslin, nanti kita baru ngobrol lagi!"Kalris melambaikan tangannya. Kemudian, dia menyalakan sebatang rokok dengan santai, lalu mengisapnya satu isapan sebelum berkata sambil tersenyum, "Eh, Ardika, kamu mau pergi sendiri, atau aku bantu kamu?""Di Grup Goldis, kamu nggak akan bisa menang dariku!"Ardika berkata tanpa menyetujui, juga tidak menyangkal ucapan pria itu, "Oh? Siapa bilang?""Aku yang bilang!"Kalris mengembuskan asap rokoknya dengan arogan.Ardika tersenyum dan berkata, "Maaf, tapi sebentar lagi kata-katamu sudah nggak ada artinya lagi."Kalris tertawa meremehkan dan berkata, "Kenapa? Apa mungkin kamu bisa mengusirku dari Grup Goldis ....""Siapa yang namanya Kalris?!"Begitu dia selesai berbicara, tiba-tiba sekelompok orang berjalan memasuki ruangan dengan memasang ekspresi dingin.Seorang wanita paruh baya dengan ekspresi galak yang memimpin sekelompok orang itu mengajukan pertanyaan tersebut dengan dingin.Kalris mengerutkan keningnya, lalu berkata dengan kesal,
"Plak ...."Kalris langsung memukul tangan Ardika, lalu berkata dengan dingin, "Bonus enam miliar? Mimpi saja kamu! Apa kamu pikir perusahaan ini adalah milik keluargamu?!""Jangankan bonus sebesar sepuluh persen, bonus sebesar empat persen yang sudah ditetapkan sebelumnya juga nggak ada!""Ingin menjadi karyawan tetap? Hari ini kamu baru mulai masuk kerja, kamu sudah ingin menjadi karyawan tetap? Nggak ada aturan seperti ini! Aturan Grup Goldis adalah, paling singkat masa percobaan orang baru juga membutuhkan satu bulan!"Siapa sangka di bawah tatapan banyak orang, Kalris malah menjilat ludahnya sendiri.Ardika memicingkan matanya, lalu bertanya dengan nada bicara agak dingin, "Kalau begitu, Tuan Muda Kalris berencana untuk mengingkari janji?""Tadi bukan seperti ini ucapanmu."Kalris mendengus dingin dengan acuh tak acuh, lalu berkata, "Sebelumnya aku memang bilang begitu. Tapi yang kubilang adalah kamu harus menangani Juki dan yang lainnya. Setelah mereka menandatangani kontrak, bar
Walaupun pihak Grup Goldis sudah membicarakan tentang pembelian dengan beberapa departemen ini cukup lama, hanya saja karena beberapa waktu yang lalu Grup Goldis mengalami pergolakan, departemen-departemen ini memilih untuk mengamati situasi terlebih dahulu. Jadi, mereka tak kunjung menandatangani kontrak.Akan tetapi, saat ini mereka langsung menandatangani kontrak tersebut tanpa melihat isi kontrak sama sekali.Pemandangan ini benar-benar membuat orang sangat terkejut."Tuan Ardika, kami sudah selesai menandatanganinya."Usai menandatangani kontrak tersebut, Juki mengumpulkan beberapa kontrak lainnya, lalu menyerahkannya pada Ardika dengan penuh hormat.Ardika menerima kontrak tersebut dengan santai, lalu berkata sambil tersenyum, "Semuanya, terima kasih sudah repot-repot datang kemari. Aku akan mengingat kebaikan kalian ini.""Sudah seharusnya kami melakukan ini!""Bisa melayani Tuan Ardika adalah kehormatan bagi kami!"Juki dan beberapa orang lainnya segera menanggapi ucapan Ardika
Orang ini tidak lain adalah Juki, Kepala Departemen PUPR.Setelah dia buka suara, empat petinggi departemen di bawah naungan pemerintah ibu kota provinsi juga ikut maju dan menyapa Ardika. Mereka semua bersikap penuh hormat pada Ardika.Menyaksikan pemandangan itu, semua karyawan di tempat tersebut pun tercengang.Kalris tercengang!Jeslin juga tercengang!Apakah adegan di hadapan mereka ini nyata?Ardika bisa memanggil petinggi dari lima departemen hanya dengan satu panggilan telepon? Mereka benar-benar tidak bisa memercayai hal ini.Selain itu, hal yang lebih mengejutkannya lagi adalah, orang-orang ini tidak hanya tiba dalam setengah jam, bahkan tiba lebih awal, tetapi tetap saja menunjukkan bahwa mereka khawatir Ardika telah menunggu lama!Bagaimana mungkin?!Hal yang lebih tidak bisa mereka berdua terima lagi adalah, beberapa orang petinggi departemen ini bersikap penuh hormat di hadapan Ardika yang mereka pandang rendah, seolah-olah Ardika adalah seorang tokoh besar yang sangat he
"Kalau sampai kamu mengucapkan beberapa kata lagi, dia nggak bisa terima, lalu bunuh diri dengan melompat dari gedung, kita harus bagaimana?"Kalris berbicara dengan seulas senyum dingin menghiasi wajahnya. Ucapannya hanya dipenuhi dengan sindiran."Itu salahnya sendiri, siapa suruh mentalnya serapuh itu, nggak ada hubungannya dengan kita!"Dengan memasang ekspresi dingin, Jeslin berkata dingin, "Ardika, cepat minta maaf pada Tuan Muda Kalris dan rekan-rekan ini!""Kalau nggak, kamu baru mulai bekerja kurang dari setengah jam saja, kamu sudah dipecat! Aku juga yang malu!"Saat ini, Jeslin benar-benar sudah muak pada Ardika.Sebagai seorang pria dewasa, Ardika bukan hanya tidak punya kemampuan, sekarang demi harga diri sendiri, Ardika malah kembali membual, dipermalukan oleh orang lain.Apalagi, itu terjadi tepat di hadapannya.Bagi orang yang tidak mengenal Ardika, ya sudah. Akan tetapi, apa gunanya pria itu membual di hadapannya?Setelah diusir oleh keluarga istrinya di Kota Banyuli,
Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Kalau begitu tunggu saja. Dalam setengah jam, kamu akan malu sendiri."Melihat Ardika masih bersikap begitu arogan, sekujur tubuh Kalris sampai gemetaran saking kesalnya.Biarpun hanya kerabat jauh, dia adalah keponakan Wilgo. Bahkan di kalangan kelas atas ibu kota provinsi, orang lain juga akan mempertimbangkannya dan memanggilnya Tuan Muda Kalris.Bahkan dia saja tidak punya cara untuk membuat Juki dan yang lainnya mempertimbangkannya dan menandatangani kontrak pembelian.Setelah berpura-pura melakukan panggilan telepon, orang kampungan seperti Ardika malah berani mengatakan dalam setengah jam dia ingin Juki dan yang lainnya datang secara pribadi untuk menandatangani kontrak.'Cih, memangnya dia pikir dia siapa?!'Kalris tidak tahan melihat Ardika berlagak hebat seperti itu, dia benar-benar ingin melayangkan satu tamparan keras ke wajah bocah itu.Namun, dia juga tahu konsekuensi dari melakukan hal seperti itu adalah, kemungkinan besar sebelum di
Raut wajah Kalris langsung berubah menjadi muram. Dia berkata dengan dingin, "Eh, Ardika, sekarang bukan saatnya membicarakan ini, jangan coba-coba mengalihkan topik pembicaraan.""Dengar baik-baik, tugas sudah kuserahkan padamu! Kalau kamu nggak bisa menyelesaikan tugasmu, pergi dari sini sendiri!""Grup Goldis nggak memelihara pecundang yang hanya menerima gaji buta saja!"Ardika tersenyum, tidak menyetujui, juga tidak menyangkal pernyataan pria itu. "Oh? Nggak memelihara pecundang yang hanya menerima gaji buta saja, ya? Kamu yang mengatakannya sendiri."Saat berbicara, dia mengeluarkan ponselnya dan mengirimkan sebuah pesan."Eh, Ardika, apa maksudmu?!"Kalris memelototi Ardika, dia merasa bocah yang satu ini terkesan misterius.Ardika berkata sambil tersenyum, "Tuan Muda Kalris, kamu bilang Grup Goldis nggak memelihara pecundang, tapi kamu bahkan nggak tahu Kepala Departemen PUPR bernama Juki Tandio, sedangkan Kepala Departemen Perhubungan bernama Daslim Yendia.""Ini yang kamu mak