Dengan kekesalan menyelimuti hati mereka, Dixon dan yang lainnya berencana untuk meninggalkan tempat itu.Namun, satu kalimat yang keluar dari mulut Ardika itu langsung membuat api amarah mereka meledak-ledak!"Dasar sialan! Memangnya kamu pikir kamu siapa? Kami mau pergi juga membutuhkan izin darimu, hah?"Mereka menoleh, memelototi Ardika dengan marah.Dengan sorot mata penuh amarah, istri Dixon berteriak dengan marah, "Eh, bocah Negara Nusantara sialan, kami sudah cukup berbesar hati dengan nggak mencari perhitungan denganmu. Apa lagi yang kamu inginkan, hah? Cih, Negara Nusantara rendahan saja ...."Sorot mata Ardika langsung berubah menjadi dingin, dia melirik wajah wanita itu.Sontak saja lirikan Ardika itu membuat raut wajah wanita itu membeku, lalu dia tidak melanjutkan kalimatnya lagi. Namun, dia tetap memelototi Ardika dengan arogan.Ardika tidak memedulikan wanita gila itu. Sambil menggandeng Livy, dia menunjuk beberapa bocah asing tersebut dan berkata, "Sebelum kalian pergi
"Orang Negara Nusantara, kamu berniat main tangan terhadapku?"Dixon sama sekali tidak takut pada Ardika.Melihat Ardika yang berjalan mendekatinya, dia tetap berdiri di tempat. Dengan seulas senyum dingin mengembang di wajahnya, dia berkata, "Sebelumnya, kamu sudah menampar istriku. Aku sudah cukup berbesar hati dengan nggak mempermasalahkan hal itu lagi.""Kalau sekarang kamu berani main tangan terhadapku, apa kamu sudah pernah memikirkan konsekuensinya?""Jangan pikir hanya karena kamu adalah manajer umum perusahaan investasi yang memiliki uang nggak seberapa itu, kamu sudah bisa bertindak sesuka hatimu. Selama kamu berani main tangan terhadapku, aku akan membuatmu menyesali perbuatanmu selamanya!"Dengan mengandalkan hak istimewa sebagai tamu kehormatan Negara Nusantara, dia sama sekali tidak menganggap serius Ardika. Dia tetap bersikap sangat arogan."Oh? Begitu, ya? Kamu sendiri yang mengatakannya, ya."Ardika menganggukkan kepalanya, lalu berkata tanpa menoleh ke belakang, "Livy
Setelah mendengar ucapan Ardika, para pengunjung yang berkerumun di sekitar tempat itu mendecakkan lidah mereka.'Ckckck, dia benar-benar berani bicara! Dia bahkan mengatai keluarga kerajaan Negara Enggrim sebagai sampah!'Sementara itu, sekelompok orang asing yang berada di tempat itu hampir muntah darah saking kesalnya mendengar ucapan Ardika.Namun, mereka semua sudah tergeletak tak berdaya di tanah. Selain mendengus dengan kesakitan, mereka bahkan tidak berani mengucapkan sepatah kata pun untuk membantah Ardika.Sambil menahan rasa sakitnya, Dixon menelan ludahnya yang sudah disertai dengan darah. Kemudian, dia bertanya dengan tidak berdaya, "Kamu .... Sebenarnya apa maumu?"Dia sudah tidak berniat untuk menentang Ardika lagi. Ya, paling tidak sekarang dia tidak ingin memperumit situasi lagi. Lagi pula, dia sendiri sudah tidak berdaya.Ardika menyalakan sebatang rokok dengan santai.Kemudian, dia mengembuskan asap rokoknya ke wajah Dixon, lalu berkata kepada semua orang asing itu,
"Semua penduduk Kota Banyuli tahu Ardika hanyalah menantu benalu yang bergantung pada istrinya, nggak ada seorang pun yang memandang tinggi dia."Virgoun sendiri adalah penduduk Kota Lino. Karena Gilang mendirikan perusahaan investasi di Kota Banyuli, dia baru ikut datang ke kota ini.Setelah mengetahui Ardika akan segera menduduki posisi sebagai manajer umum Perusahaan Investasi Gilra, dia sudah menyelidiki latar belakang Ardika secara menyeluruh. Dalam lubuk hatinya, dia benar-benar menganggap remeh menantu benalu itu.Virgoun berkata dengan menunjukkan ekspresi meremehkan, "Tuan Dixon, Ardika bisa menjabat sebagai manajer umum di perusahaan investasi kami juga dengan mengandalkan relasi istrinya. Sebenarnya, dia nggak benar-benar memegang kekuasaan, hanya menggantung nama saja.""Aku nggak peduli dia adalah pecundang atau bukan! Sekarang aku hanya ingin menghabisinya!"Ekspresi Dixon tetap tampak sangat muram.Setelah harga dirinya diinjak-injak oleh seorang pecundang yang bahkan di
Karyawan Perusahaan Investasi Gilra memang tidak banyak, hanya ada puluhan orang saja.Jadi, berkumpul untuk makan-makan bersama, bukanlah hal yang terlalu berlebihan.Airin kebetulan ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk mencari tahu situasi hubungan antar karyawan dalam perusahaan ini. Setelah berpikir sejenak, dia pun menganggukkan kepalanya dan berkata, "Kalau begitu, tolong sampaikan ucapan terima kasihku kepada Pak Virgoun. Beri tahu Pak Virgoun malam ini aku akan menghadiri perjamuan itu tepat waktu.""Airin, kamu nggak perlu sungkan. Kalau begitu, aku nggak akan mengganggu waktumu lagi."Sekretaris Virgoun melontarkan beberapa patah kata itu dengan penuh hormat.Begitu berjalan keluar dari ruangan manajer umum, seulas senyum dingin tersungging di wajahnya."Cih! Di usia semuda itu sudah bisa menjadi asisten presdir Grup Bintang Darma. Sebelumnya dia pasti sudah melayani banyak orang pria di ranjang. Bisa-bisanya dia berlagak suci!"Hingga kembali ke ruangan Virgoun, ekspresi
"Kebanyakan karyawan perusahaan kita bukan penduduk asli Kota Banyuli, bahkan sebelumnya bos kami sempat terlibat konflik dengan Pak Ardika. Sekarang bos perusahaan sudah berganti, wajar saja kalau para karyawan merasa khawatir. Rekan-rekan kerja nggak ada maksud lain, mereka hanya berharap setelah Pak Ardika naik jabatan, Pak Ardika bisa memperlakukan semua orang dengan adil."Virgoun berkata, "Kalau kamu nggak menerima hadiah pemberian mereka, mereka pasti akan merasa nggak tenang."Sebenarnya, memang itulah yang dirasakan oleh kebanyakan karyawan Perusahaan Investasi Gilra.Kebetulan, sebelumnya Virgoun sudah meminta orang untuk memberi "petunjuk" kepada semua bawahannya. Oleh karena itulah, orang-orang dari setiap departemen memutuskan untuk menyerahkan hadiah pertemuan kepada Airin, agar mereka bisa tenang.Karena Virgoun sudah berbicara demikian, Airin juga tidak enak hati tidak menerima hadiah itu.Selanjutnya, perwakilan dari departemen-departemen lainnya juga menyerahkan hadia
Virgoun berkata, "Halo, Pak Ardika, namaku Virgoun Sudibya, sekarang aku menjabat sebagai Kepala Depatemen Produksi Perusahaan Investasi Gilra.""Oh."Ardika menganggukkan kepalanya, lalu berjalan memasuki ruangannya dan berkata, "Karena semuanya sudah menyambutku di sini, maka kita adakan saja rapat rutin seperti biasa, agar kita bisa mengenal satu sama lain terlebih dahulu."Tiba-tiba, Virgoun angkat bicara. "Tunggu."Ardika mengerutkan keningnya, lalu bertanya tanpa menoleh ke belakang, "Pak Virgoun, apa kamu keberatan?""Bukan begitu, aku hanya merasa sebelum rapat rutin diadakan, seharusnya kita menangani sedikit masalah terlebih dahulu."Virgoun memasuki ruangan sambil tersenyum. Dia berdiri berhadapan dengan Ardika, lalu tiba-tiba menepuk tangannya dan berkata, "Bawa kemari!""Drap ... drap ...."Sekretaris cantiknya berjalan menghampiri mereka dengan membawa dua kotak kue kering, lalu melemparkannya dengan asal di atas meja Ardika.Sebagai asisten Ardika, tentu saja Airin seger
Melarikan diri dengan membawa dana perusahaan sebesar puluhan miliar, di perusahaan mana pun, masalah seperti itu adalah masalah besar.Ardika menaikkan alisnya. Hari ini adalah hari pertama dia menjabat sebagai manajer umum Perusahaan Investasi Gilra, tetapi perusahaan sudah tertimpa masalah besar.'Hah! Sungguh menarik ....'Untuk sementara waktu, Ardika memilih untuk tidak berbicara. Dia ingin melihat apa yang sedang direncanakan oleh Virgoun.Bagaimanapun juga, seperti penilaian Virgoun, Airin memiliki kemampuan yang luar biasa, tetapi dia masih terlalu muda dan kurang berpengalaman.Begitu mendengar ucapan Denada, dia tidak bisa menahan diri lagi."Bu Denada, apa maksudmu? Apa kamu beranggapan aku yang menginstruksikan Levando dan Tanmos untuk menggelapkan dana perusahaan, lalu melarikan diri?" kata Airin dengan marah."Hah! Bu Airin, kamu yang mengatakannya sendiri, bukan aku yang mengatakannya."Denada tertawa dingin dan berkata, "Tapi, biarpun bukan kamu yang menginstruksikan m