Setelah mendengar ucapan Ardika, para pengunjung yang berkerumun di sekitar tempat itu mendecakkan lidah mereka.'Ckckck, dia benar-benar berani bicara! Dia bahkan mengatai keluarga kerajaan Negara Enggrim sebagai sampah!'Sementara itu, sekelompok orang asing yang berada di tempat itu hampir muntah darah saking kesalnya mendengar ucapan Ardika.Namun, mereka semua sudah tergeletak tak berdaya di tanah. Selain mendengus dengan kesakitan, mereka bahkan tidak berani mengucapkan sepatah kata pun untuk membantah Ardika.Sambil menahan rasa sakitnya, Dixon menelan ludahnya yang sudah disertai dengan darah. Kemudian, dia bertanya dengan tidak berdaya, "Kamu .... Sebenarnya apa maumu?"Dia sudah tidak berniat untuk menentang Ardika lagi. Ya, paling tidak sekarang dia tidak ingin memperumit situasi lagi. Lagi pula, dia sendiri sudah tidak berdaya.Ardika menyalakan sebatang rokok dengan santai.Kemudian, dia mengembuskan asap rokoknya ke wajah Dixon, lalu berkata kepada semua orang asing itu,
"Semua penduduk Kota Banyuli tahu Ardika hanyalah menantu benalu yang bergantung pada istrinya, nggak ada seorang pun yang memandang tinggi dia."Virgoun sendiri adalah penduduk Kota Lino. Karena Gilang mendirikan perusahaan investasi di Kota Banyuli, dia baru ikut datang ke kota ini.Setelah mengetahui Ardika akan segera menduduki posisi sebagai manajer umum Perusahaan Investasi Gilra, dia sudah menyelidiki latar belakang Ardika secara menyeluruh. Dalam lubuk hatinya, dia benar-benar menganggap remeh menantu benalu itu.Virgoun berkata dengan menunjukkan ekspresi meremehkan, "Tuan Dixon, Ardika bisa menjabat sebagai manajer umum di perusahaan investasi kami juga dengan mengandalkan relasi istrinya. Sebenarnya, dia nggak benar-benar memegang kekuasaan, hanya menggantung nama saja.""Aku nggak peduli dia adalah pecundang atau bukan! Sekarang aku hanya ingin menghabisinya!"Ekspresi Dixon tetap tampak sangat muram.Setelah harga dirinya diinjak-injak oleh seorang pecundang yang bahkan di
Karyawan Perusahaan Investasi Gilra memang tidak banyak, hanya ada puluhan orang saja.Jadi, berkumpul untuk makan-makan bersama, bukanlah hal yang terlalu berlebihan.Airin kebetulan ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk mencari tahu situasi hubungan antar karyawan dalam perusahaan ini. Setelah berpikir sejenak, dia pun menganggukkan kepalanya dan berkata, "Kalau begitu, tolong sampaikan ucapan terima kasihku kepada Pak Virgoun. Beri tahu Pak Virgoun malam ini aku akan menghadiri perjamuan itu tepat waktu.""Airin, kamu nggak perlu sungkan. Kalau begitu, aku nggak akan mengganggu waktumu lagi."Sekretaris Virgoun melontarkan beberapa patah kata itu dengan penuh hormat.Begitu berjalan keluar dari ruangan manajer umum, seulas senyum dingin tersungging di wajahnya."Cih! Di usia semuda itu sudah bisa menjadi asisten presdir Grup Bintang Darma. Sebelumnya dia pasti sudah melayani banyak orang pria di ranjang. Bisa-bisanya dia berlagak suci!"Hingga kembali ke ruangan Virgoun, ekspresi
"Kebanyakan karyawan perusahaan kita bukan penduduk asli Kota Banyuli, bahkan sebelumnya bos kami sempat terlibat konflik dengan Pak Ardika. Sekarang bos perusahaan sudah berganti, wajar saja kalau para karyawan merasa khawatir. Rekan-rekan kerja nggak ada maksud lain, mereka hanya berharap setelah Pak Ardika naik jabatan, Pak Ardika bisa memperlakukan semua orang dengan adil."Virgoun berkata, "Kalau kamu nggak menerima hadiah pemberian mereka, mereka pasti akan merasa nggak tenang."Sebenarnya, memang itulah yang dirasakan oleh kebanyakan karyawan Perusahaan Investasi Gilra.Kebetulan, sebelumnya Virgoun sudah meminta orang untuk memberi "petunjuk" kepada semua bawahannya. Oleh karena itulah, orang-orang dari setiap departemen memutuskan untuk menyerahkan hadiah pertemuan kepada Airin, agar mereka bisa tenang.Karena Virgoun sudah berbicara demikian, Airin juga tidak enak hati tidak menerima hadiah itu.Selanjutnya, perwakilan dari departemen-departemen lainnya juga menyerahkan hadia
Virgoun berkata, "Halo, Pak Ardika, namaku Virgoun Sudibya, sekarang aku menjabat sebagai Kepala Depatemen Produksi Perusahaan Investasi Gilra.""Oh."Ardika menganggukkan kepalanya, lalu berjalan memasuki ruangannya dan berkata, "Karena semuanya sudah menyambutku di sini, maka kita adakan saja rapat rutin seperti biasa, agar kita bisa mengenal satu sama lain terlebih dahulu."Tiba-tiba, Virgoun angkat bicara. "Tunggu."Ardika mengerutkan keningnya, lalu bertanya tanpa menoleh ke belakang, "Pak Virgoun, apa kamu keberatan?""Bukan begitu, aku hanya merasa sebelum rapat rutin diadakan, seharusnya kita menangani sedikit masalah terlebih dahulu."Virgoun memasuki ruangan sambil tersenyum. Dia berdiri berhadapan dengan Ardika, lalu tiba-tiba menepuk tangannya dan berkata, "Bawa kemari!""Drap ... drap ...."Sekretaris cantiknya berjalan menghampiri mereka dengan membawa dua kotak kue kering, lalu melemparkannya dengan asal di atas meja Ardika.Sebagai asisten Ardika, tentu saja Airin seger
Melarikan diri dengan membawa dana perusahaan sebesar puluhan miliar, di perusahaan mana pun, masalah seperti itu adalah masalah besar.Ardika menaikkan alisnya. Hari ini adalah hari pertama dia menjabat sebagai manajer umum Perusahaan Investasi Gilra, tetapi perusahaan sudah tertimpa masalah besar.'Hah! Sungguh menarik ....'Untuk sementara waktu, Ardika memilih untuk tidak berbicara. Dia ingin melihat apa yang sedang direncanakan oleh Virgoun.Bagaimanapun juga, seperti penilaian Virgoun, Airin memiliki kemampuan yang luar biasa, tetapi dia masih terlalu muda dan kurang berpengalaman.Begitu mendengar ucapan Denada, dia tidak bisa menahan diri lagi."Bu Denada, apa maksudmu? Apa kamu beranggapan aku yang menginstruksikan Levando dan Tanmos untuk menggelapkan dana perusahaan, lalu melarikan diri?" kata Airin dengan marah."Hah! Bu Airin, kamu yang mengatakannya sendiri, bukan aku yang mengatakannya."Denada tertawa dingin dan berkata, "Tapi, biarpun bukan kamu yang menginstruksikan m
Virgoun mengalihkan pandangannya ke arah Ardika dan berkata, "Pak Ardika, bagaimanapun juga, kita tetap harus menyelesaikan masalah ini, 'kan?""Menurutmu, sebaiknya kita menyelesaikan masalah ini dengan cara apa?" tanya Ardika balik dengan santai.Sambil tersenyum, Virgoun berkata, "Setelah mendapati masalah ini, sebenarnya aku bermaksud untuk langsung lapor polisi."Setelah mengucapkan satu kalimat itu, Virgoun terdiam sejenak, mengamati ekspresi Ardika.Ardika tetap tidak menunjukkan ekspresi apa pun, dia tahu pasti masih ada yang ingin diucapkan oleh Virgoun.Melihat Ardika tidak menunjukkan reaksi apa pun, Virgoun tertawa acuh tak acuh, lalu melanjutkan. "Tapi, bagaimanapun juga, Airin adalah sekretaris Pak Ardika. Kalau aku lapor polisi ...."Dia terdiam sejenak, lalu melanjutkan dengan santai. "Masalah akan menjadi besar. Selain itu, juga akan merusak reputasi Pak Ardika dan perusahaan kita.""Kalau begitu, apa maksud Pak Virgoun?" tanya Ardika dengan acuh tak acuh. Dia malas me
Trik rendahan yang dimainkan oleh Virgoun bisa dibaca Ardika dengan sangat mudah, sama sekali bukan ancaman baginya.Melihat Ardika sangat percaya diri seakan-akan memiliki solusi untuk menyelesaikan masalah ini, Airin menganggap pria itu sebagai pemimpinnya sepenuhnya. Dia buru-buru bertanya, "Pak Ardika, selanjutnya apa yang harus kita lakukan? Apa ada sesuatu yang perlu kulakukan?"Penyebab masalah kali ini adalah dirinya. Dia merasa dia telah membuat Ardika kecewa padanya.Saat ini, hatinya diliputi oleh rasa bersalah. Dia benar-benar ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya.Ardika berkata dengan tenang, "Tentu saja kita harus menemukan Levando dan Tanmos untuk mendapatkan uang sebesar 20 miliar itu kembali. Uangku nggak bisa diambil dengan mudah begitu saja.""Tapi, Pak Ardika, semalam dua orang itu sudah melarikan diri, mungkin sekarang mereka sudah meninggalkan Kota Banyuli. Biarpun kita lapor polisi, mereka juga nggak akan bisa ditemukan dalam kurun waktu singkat," k
Ardika mendongak, melihat matahari yang sudah bersinar cerah di luar sana. Dia pun berkata, "Cuaca hari ini cukup bagus. Begini saja, Pak Jace, sekarang kamu kerahkan pompa untuk menguras air di kolam hingga kering terlebih dahulu.""Lalu, kerahkan eskavator untuk membersihkan lumpur. Sekitar pukul dua sore, saat energi positif mencapai titik puncaknya, aku akan turun tangan langsung.""Hantu atau roh apa pun yang ada di dalam air itu, kali ini harus dihancurkan sepenuhnya!"Melihat Ardika begitu percaya diri, Jace juga sudah mulai tenang."Baik, aku akan meminta Limdo untuk mengaturnya sekarang!"Tak lama kemudian, Limdo sudah mengerahkan beberapa buah pompa berkekuatan besar kemari dan mulai menguras air.Walaupun sangat bising, tetapi Jace sekeluarga malah merasa suara itu sangat enak didengar.Dalam kurun waktu kurang dari dua jam, air sudah terkuras hingga kering. Dasar kolam dipenuhi dengan lumpur, tidak kelihatan ada keanehan apa pun.Ardika tidak mengucapkan sepatah kata pun, d
"Dia sudah mati, nggak mungkin bisa berulah lagi.""Kalau ada rohnya, juga pasti sudah kuhabisi sejak awal."Ardika menanggapi ucapan Lolita sambil menggelengkan kepalanya.Setelah merenung sejenak, dia berkata dengan nada bicara agak dingin, "Menurutku, ada orang yang masih nggak terima, jadi sengaja berulah.""Ada yang berulah?"Jace dan Lolita menunjukkan ekspresi serius, sorot mata mereka tampak sedikit panik.Selama beberapa waktu ini, mereka sekeluarga sudah lelah baik secara fisik maupun mental. Siapa sangka, Kasandra baru saja diselamatkan, tetapi sudah terjadi hal seperti ini lagi."Nggak perlu khawatir."Ardika melambaikan tangannya, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Karena hari ini aku sudah datang, aku akan membantu kalian mengatasi kekhawatiran kalian ini sepenuhnya.""Di mana gambarnya? Coba kulihat."Jace segera memanggil Limdo untuk membawakan setumpuk kertas itu kemari."Tuan Ardika, aku sudah meminta Limdo untuk mencarikan keseluruhan gambar kompleks asrama Kediaman
Namun, begitu bertemu Ardika, Kasandra malah langsung seakrab itu dengan Ardika. Hal ini benar-benar di luar bayangan Jace dan Lolita.Terlebih lagi, boleh dibilang ini adalah pertama kalinya Kasandra bertemu dengan Ardika.Walaupun sebelumnya dia sudah sempat bertemu dengan Ardika sebanyak dua kali di rumah, tetapi saat itu Kasandra dikendalikan oleh orang lain. Dia dalam kondisi tidak sadar.Pasangan suami istri ini benar-benar tidak bisa memahami hal ini. Pada akhirnya, mereka hanya beranggapan bahwa karena Ardika telah menyelamatkan Kasandra, itulah sebabnya Kasandra bisa merasa akrab terhadap Ardika secara naluriah."Baiklah, kalau begitu aku panggil kamu Kasandra saja."Ardika menyunggingkan seulas senyum tak berdaya, dia juga cukup menyukai gadis manis yang satu ini.Setelah mendengar ucapan Ardika, Kasandra baru puas. Dia menarik Ardika masuk ke dalam rumah dengan antusias, lalu menyeduhkan teh untuk Ardika dengan antusias pula."Hei, sekarang putriku sudah dewasa. Biasanya gad
Setengah jam kemudian.Ardika langsung melajukan mobilnya memasuki kompleks asrama Kediaman Wali Kota.Baru saja memarkir mobilnya di depan rumah Jace, Ardika sudah melihat sosok bayangan Jace sekeluarga muncul di depan halaman rumah.Sosok Kasandra yang cantik dan elegan juga berdiri di belakang Jace dan Lolita, kelihatannya kondisi mental juga jauh membaik.Selain Jace sekeluarga, juga ada seorang pemuda dengan postur tubuh tegap dan paras tampan berada di sana.Saat ini, pemuda itu berbalik dan berkata, "Paman Jace nggak perlu mengantarku lagi, aku pamit dulu.""Ke depannya aku akan tetap berada di ibu kota provinsi. Aku sudah punya lebih banyak waktu untuk datang mengunjungi Paman dan Bibi Lolita, tentu saja juga Kasandra."Kemudian, Jace sekeluarga berbasa-basi beberapa patah kata lagi sebelum pemuda itu berjalan keluar.Tak lama kemudian, sebuah mobil dengan pelat tim tempur Provinsi Denpapan melaju perlahan-lahan ke sisi pemuda tersebut.Saat ini, kebetulan Ardika berjalan masuk
"Memintaku untuk menjadi presdir? Apa kamu takut identitasku terungkap terlalu lambat?"Ardika melirik Cahdani sekilas dengan sorot mata acuh tak acuh.Dilirik oleh Ardika seperti itu, jantung Cahdani langsung berdegap dengan kencang. Dia buru-buru berkata, "Nggak, nggak, nggak, bukan begitu. Aku nggak bermaksud seperti itu. Kak Ardika, kamu seperti ini juga cukup baik. Tapi, menjadi seorang karyawan biasa sama sekali nggak cocok untuk identitasmu. Bagaimana kalau kamu menjabat sebagai seorang petinggi level menengah?""Kak Ardika, dengan begini kamu nggak perlu khawatir identitasmu terekspos, juga bisa mencampuri urusan perusahaan secara terang-terangan."Ardika mengangguk perlahan dan berkata, "Benar juga. Kalau begitu, begini saja. Jabatan Kalris sebelumnya untukku saja.""Manajer departemen?"Cahdani mengangguk dan berkata, "Hmm, boleh dibilang juga sudah termasuk petinggi level menengah. Kalau begitu, ditetapkan seperti ini saja.""Kalian sudah dengar apa yang kukatakan, 'kan? Ngg
Kalris langsung menoleh. Saat itu juga, dia berkata dengan gigi terkatup, "Cahdani, kamu yang menjebakku dari belakang!"Cahdani yang kedua lengannya masih terbalut perban, berjalan melenggang masuk dengan membawa beberapa orang anak buahnya."Kalris, 'kan? Dengar-dengar tadi malam kamu memakiku saat berada di Hainiken, apa kamu cari mati?"Begitu masuk, Cahdani langsung mempertanyakan Kalris dengan tajam sekaligus dingin.Walaupun Kalris sangat arogan, tetapi menghadapi Cahdani yang luar biasa arogan, dia masih kalah telak.Mendengar ucapan ini, jantung Kalris langsung berdegap dengan kencang. Dia berkata dengan suara bergetar, "Cah ... Cahdani, ini hanya kesalahpahaman.""Kesalahpahaman apanya?!"Cahdani langsung menendang Kalris hingga tubuh Kalris terpental dan membentur sebuah meja kerja hingga hancur berkeping-keping.Melihat Kalris yang tergeletak di lantai sambil menutupi perutnya dengan ekspresi kesakitan tanpa bisa mengucapkan sepatah kata pun, Cahdani langsung melambaikan ta
"Oke, Jeslin, nanti kita baru ngobrol lagi!"Kalris melambaikan tangannya. Kemudian, dia menyalakan sebatang rokok dengan santai, lalu mengisapnya satu isapan sebelum berkata sambil tersenyum, "Eh, Ardika, kamu mau pergi sendiri, atau aku bantu kamu?""Di Grup Goldis, kamu nggak akan bisa menang dariku!"Ardika berkata tanpa menyetujui, juga tidak menyangkal ucapan pria itu, "Oh? Siapa bilang?""Aku yang bilang!"Kalris mengembuskan asap rokoknya dengan arogan.Ardika tersenyum dan berkata, "Maaf, tapi sebentar lagi kata-katamu sudah nggak ada artinya lagi."Kalris tertawa meremehkan dan berkata, "Kenapa? Apa mungkin kamu bisa mengusirku dari Grup Goldis ....""Siapa yang namanya Kalris?!"Begitu dia selesai berbicara, tiba-tiba sekelompok orang berjalan memasuki ruangan dengan memasang ekspresi dingin.Seorang wanita paruh baya dengan ekspresi galak yang memimpin sekelompok orang itu mengajukan pertanyaan tersebut dengan dingin.Kalris mengerutkan keningnya, lalu berkata dengan kesal,
"Plak ...."Kalris langsung memukul tangan Ardika, lalu berkata dengan dingin, "Bonus enam miliar? Mimpi saja kamu! Apa kamu pikir perusahaan ini adalah milik keluargamu?!""Jangankan bonus sebesar sepuluh persen, bonus sebesar empat persen yang sudah ditetapkan sebelumnya juga nggak ada!""Ingin menjadi karyawan tetap? Hari ini kamu baru mulai masuk kerja, kamu sudah ingin menjadi karyawan tetap? Nggak ada aturan seperti ini! Aturan Grup Goldis adalah, paling singkat masa percobaan orang baru juga membutuhkan satu bulan!"Siapa sangka di bawah tatapan banyak orang, Kalris malah menjilat ludahnya sendiri.Ardika memicingkan matanya, lalu bertanya dengan nada bicara agak dingin, "Kalau begitu, Tuan Muda Kalris berencana untuk mengingkari janji?""Tadi bukan seperti ini ucapanmu."Kalris mendengus dingin dengan acuh tak acuh, lalu berkata, "Sebelumnya aku memang bilang begitu. Tapi yang kubilang adalah kamu harus menangani Juki dan yang lainnya. Setelah mereka menandatangani kontrak, bar
Walaupun pihak Grup Goldis sudah membicarakan tentang pembelian dengan beberapa departemen ini cukup lama, hanya saja karena beberapa waktu yang lalu Grup Goldis mengalami pergolakan, departemen-departemen ini memilih untuk mengamati situasi terlebih dahulu. Jadi, mereka tak kunjung menandatangani kontrak.Akan tetapi, saat ini mereka langsung menandatangani kontrak tersebut tanpa melihat isi kontrak sama sekali.Pemandangan ini benar-benar membuat orang sangat terkejut."Tuan Ardika, kami sudah selesai menandatanganinya."Usai menandatangani kontrak tersebut, Juki mengumpulkan beberapa kontrak lainnya, lalu menyerahkannya pada Ardika dengan penuh hormat.Ardika menerima kontrak tersebut dengan santai, lalu berkata sambil tersenyum, "Semuanya, terima kasih sudah repot-repot datang kemari. Aku akan mengingat kebaikan kalian ini.""Sudah seharusnya kami melakukan ini!""Bisa melayani Tuan Ardika adalah kehormatan bagi kami!"Juki dan beberapa orang lainnya segera menanggapi ucapan Ardika