"Kebanyakan karyawan perusahaan kita bukan penduduk asli Kota Banyuli, bahkan sebelumnya bos kami sempat terlibat konflik dengan Pak Ardika. Sekarang bos perusahaan sudah berganti, wajar saja kalau para karyawan merasa khawatir. Rekan-rekan kerja nggak ada maksud lain, mereka hanya berharap setelah Pak Ardika naik jabatan, Pak Ardika bisa memperlakukan semua orang dengan adil."Virgoun berkata, "Kalau kamu nggak menerima hadiah pemberian mereka, mereka pasti akan merasa nggak tenang."Sebenarnya, memang itulah yang dirasakan oleh kebanyakan karyawan Perusahaan Investasi Gilra.Kebetulan, sebelumnya Virgoun sudah meminta orang untuk memberi "petunjuk" kepada semua bawahannya. Oleh karena itulah, orang-orang dari setiap departemen memutuskan untuk menyerahkan hadiah pertemuan kepada Airin, agar mereka bisa tenang.Karena Virgoun sudah berbicara demikian, Airin juga tidak enak hati tidak menerima hadiah itu.Selanjutnya, perwakilan dari departemen-departemen lainnya juga menyerahkan hadia
Virgoun berkata, "Halo, Pak Ardika, namaku Virgoun Sudibya, sekarang aku menjabat sebagai Kepala Depatemen Produksi Perusahaan Investasi Gilra.""Oh."Ardika menganggukkan kepalanya, lalu berjalan memasuki ruangannya dan berkata, "Karena semuanya sudah menyambutku di sini, maka kita adakan saja rapat rutin seperti biasa, agar kita bisa mengenal satu sama lain terlebih dahulu."Tiba-tiba, Virgoun angkat bicara. "Tunggu."Ardika mengerutkan keningnya, lalu bertanya tanpa menoleh ke belakang, "Pak Virgoun, apa kamu keberatan?""Bukan begitu, aku hanya merasa sebelum rapat rutin diadakan, seharusnya kita menangani sedikit masalah terlebih dahulu."Virgoun memasuki ruangan sambil tersenyum. Dia berdiri berhadapan dengan Ardika, lalu tiba-tiba menepuk tangannya dan berkata, "Bawa kemari!""Drap ... drap ...."Sekretaris cantiknya berjalan menghampiri mereka dengan membawa dua kotak kue kering, lalu melemparkannya dengan asal di atas meja Ardika.Sebagai asisten Ardika, tentu saja Airin seger
Melarikan diri dengan membawa dana perusahaan sebesar puluhan miliar, di perusahaan mana pun, masalah seperti itu adalah masalah besar.Ardika menaikkan alisnya. Hari ini adalah hari pertama dia menjabat sebagai manajer umum Perusahaan Investasi Gilra, tetapi perusahaan sudah tertimpa masalah besar.'Hah! Sungguh menarik ....'Untuk sementara waktu, Ardika memilih untuk tidak berbicara. Dia ingin melihat apa yang sedang direncanakan oleh Virgoun.Bagaimanapun juga, seperti penilaian Virgoun, Airin memiliki kemampuan yang luar biasa, tetapi dia masih terlalu muda dan kurang berpengalaman.Begitu mendengar ucapan Denada, dia tidak bisa menahan diri lagi."Bu Denada, apa maksudmu? Apa kamu beranggapan aku yang menginstruksikan Levando dan Tanmos untuk menggelapkan dana perusahaan, lalu melarikan diri?" kata Airin dengan marah."Hah! Bu Airin, kamu yang mengatakannya sendiri, bukan aku yang mengatakannya."Denada tertawa dingin dan berkata, "Tapi, biarpun bukan kamu yang menginstruksikan m
Virgoun mengalihkan pandangannya ke arah Ardika dan berkata, "Pak Ardika, bagaimanapun juga, kita tetap harus menyelesaikan masalah ini, 'kan?""Menurutmu, sebaiknya kita menyelesaikan masalah ini dengan cara apa?" tanya Ardika balik dengan santai.Sambil tersenyum, Virgoun berkata, "Setelah mendapati masalah ini, sebenarnya aku bermaksud untuk langsung lapor polisi."Setelah mengucapkan satu kalimat itu, Virgoun terdiam sejenak, mengamati ekspresi Ardika.Ardika tetap tidak menunjukkan ekspresi apa pun, dia tahu pasti masih ada yang ingin diucapkan oleh Virgoun.Melihat Ardika tidak menunjukkan reaksi apa pun, Virgoun tertawa acuh tak acuh, lalu melanjutkan. "Tapi, bagaimanapun juga, Airin adalah sekretaris Pak Ardika. Kalau aku lapor polisi ...."Dia terdiam sejenak, lalu melanjutkan dengan santai. "Masalah akan menjadi besar. Selain itu, juga akan merusak reputasi Pak Ardika dan perusahaan kita.""Kalau begitu, apa maksud Pak Virgoun?" tanya Ardika dengan acuh tak acuh. Dia malas me
Trik rendahan yang dimainkan oleh Virgoun bisa dibaca Ardika dengan sangat mudah, sama sekali bukan ancaman baginya.Melihat Ardika sangat percaya diri seakan-akan memiliki solusi untuk menyelesaikan masalah ini, Airin menganggap pria itu sebagai pemimpinnya sepenuhnya. Dia buru-buru bertanya, "Pak Ardika, selanjutnya apa yang harus kita lakukan? Apa ada sesuatu yang perlu kulakukan?"Penyebab masalah kali ini adalah dirinya. Dia merasa dia telah membuat Ardika kecewa padanya.Saat ini, hatinya diliputi oleh rasa bersalah. Dia benar-benar ingin melakukan sesuatu untuk menebus kesalahannya.Ardika berkata dengan tenang, "Tentu saja kita harus menemukan Levando dan Tanmos untuk mendapatkan uang sebesar 20 miliar itu kembali. Uangku nggak bisa diambil dengan mudah begitu saja.""Tapi, Pak Ardika, semalam dua orang itu sudah melarikan diri, mungkin sekarang mereka sudah meninggalkan Kota Banyuli. Biarpun kita lapor polisi, mereka juga nggak akan bisa ditemukan dalam kurun waktu singkat," k
"Baik, Pak Ardika."Jesika segera menghubungi Romi dan si Gigi Emas.Sebelumnya dua orang itu dihajar oleh Duo Pendekar Kota Lino hingga sekarat, hingga sekarang mereka masih berbaring di rumah sakit.Walaupun demikian, pengaruh mereka di dunia preman Kota Banyuli masih ada. Selain itu, karena mereka mengambil keputusan yang benar dengan berdiri di pihak yang tepat, bahkan Gilang sudah diusir dari Kota Banyuli, alih-alih berkurang, pengaruh mereka malah makin bertambah.Setelah mendapat instruksi dari Ardika, mereka segera menginstruksikan anak buah mereka untuk melakukan pencarian.Biarpun mereka harus mengubrak-abrik Kota Banyuli, mereka juga harus menemukan keberadaan Levando dan Tanmos!...Di sisi lain.Denada berjalan memasuki ruangan Virgoun, lalu memberikan laporan kepada majikannya. "Pak Virgoun, Levando mengirimkan pesan mengatakan bahwa Airin menelepon mereka untuk mencari informasi di mana mereka berada dan ingin menemui mereka.""Huh! Dasar Pak Ardika ini! Ternyata dia mas
Virgoun bahkan sudah menyiapkan kontrak.Dia hanya menunggu Ardika tunduk padanya dengan patuh, lalu menandatangani kontrak itu.Setelah dana itu sampai di rekening Dixon dan dia mendapatkan bagian yang seharusnya dia dapatkan, dia akan langsung pergi meninggalkan tempat ini.Begitu memikirkan dana sebesar puluhan triliun itu, sorot mata Dixon juga langsung berbinar. Dia tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Virgoun, kamu benar-benar hebat! Kerja yang bagus! Kalau begitu, mari kita nantikan saja pertunjukan selanjutnya!"Ekspresi bangga tampak jelas di wajahnya.Setelah mengakhiri panggilan telepon dengan Virgoun, Dixon segera menghubungi nomor lain lagi.Di ibu kota provinsi, ada sebuah klub tinju yang berlokasi di dekat kedutaan.Di tempat ini, jarang terlihat murid yang merupakan orang Negara Nusantara, kebanyakan murid klub ini berasal dari negara yang berbeda-beda.Dengan tubuhnya yang terpahat dengan sempurna itu, Stalham sedang berlatih tinju dengan beberapa orang asistennya. Bul
Setelah membuat keputusan, Airin kembali menghubungi Levando dan Tanmos."Hotel Caritta, kamar eksekutif nomor 918. Ingat, kamu harus datang seorang diri."Di ujung telepon, nada bicara lawan bicaranya terdengar sangat tegas.Airin segera memanggil taksi dan berangkat. Tak lama kemudian, dia pun tiba di Hotel Caritta.Setelah sampai di depan pintu kamar nomor 918, dia kembali menghubungi Levando.Beberapa saat kemudian, kedua orang itu baru muncul dari koridor.Levando terkekeh dan berkata, "Bu Airin, ternyata kamu cukup cerdas. Kamu nggak membawa orang datang bersamamu diam-diam."Kedua orang itu sangat waspada, mereka takut masuk dalam perangkap. Mereka diam-diam mengintai di koridor. Kalau Airin diam-diam membawa orang datang bersamanya, mereka akan langsung melarikan diri."Bu Airin, silakan masuk. Bagaimana mungkin kita bisa mengobrol di luar sini?"Tanmos langsung mengeluarkan kartu pintu kamar mereka dan membuka pintu.Dengan gigi terkatup, Airin melangkah masuk, tetapi dia hany