"Tuan Dixon adalah anggota Keluarga Tulipa dari Negara Enggrim, dia juga merupakan tamu kehormatan yang diundang oleh kedutaan Negara Enggrim, identitasnya sangat terhormat.""Sedangkan orang yang bernama Ardika ini hanyalah rakyat jelata rendahan yang nggak tahu aturan. Memangnya dia layak mendapat permintaan maaf dari Bapak?"Selesai berbicara, dia melemparkan sorot mata mengejek ke arah Ardika dan menyunggingkan seulas senyum dingin.Begitu mendengar ucapan bawahannya, Jilian langsung merasa gugup bukan main, jantungnya sudah berdegap dengan sangat kencang.Dia melirik ekspresi Ardika dengan hati-hati. Melihat Ardika tidak menunjukkan reaksi apa pun, dia baru merasa sedikit lega. Kemudian, dia menoleh dan berkata dengan marah, "Eko, aku menyuruhmu untuk tutup mulutmu! Apa kamu nggak dengar?!""Pak Jilian, aku banyak bicara juga karena mempertimbangkan Bapak."Eko masih belum menyadari kesabaran Jilian sudah dikuras habis olehnya. Dia tetap melanjutkan. "Dengan status dan kedudukan P
"Pak Jilian, kamu sendiri yang tangani saja sendiri pengkhianat seperti itu."Selesai berbicara, Ardika sama sekali tidak melirik Eko yang sudah terlihat pucat pasi.Dia tidak perlu turun tangan sendiri menangani orang sampah seperti Eko.Jilian segera meminta stafnya untuk mengambil rekaman video di area trampolin, lalu memutarnya di sebuah layar besar tepat di hadapan semua orang.Di dalam rekaman video pengawasan itu menunjukkan dengan sangat jelas bahwa beberapa bocah asing itu yang terlebih dahulu menindas Livy.Bocah perempuan yang bahkan belum berumur lima tahun itu didorong oleh beberapa bocah yang lebih besar dibandingkannya ke sana kemari. Pemandangan seperti itu benar-benar menyedihkan.Setelah didorong hingga terjatuh, sambil menangis Livy baru mendorong Dixon Jr. sekali, itu hanyalah bentuk reaksi naluriahnya."Jelas-jelas beberapa bocah asing itu yang menindas bocah perempuan itu, bisa-bisanya kalian sebagai orang tua bocah-bocah nakal itu malah memutarbalikkan fakta!""K
Dengan kekesalan menyelimuti hati mereka, Dixon dan yang lainnya berencana untuk meninggalkan tempat itu.Namun, satu kalimat yang keluar dari mulut Ardika itu langsung membuat api amarah mereka meledak-ledak!"Dasar sialan! Memangnya kamu pikir kamu siapa? Kami mau pergi juga membutuhkan izin darimu, hah?"Mereka menoleh, memelototi Ardika dengan marah.Dengan sorot mata penuh amarah, istri Dixon berteriak dengan marah, "Eh, bocah Negara Nusantara sialan, kami sudah cukup berbesar hati dengan nggak mencari perhitungan denganmu. Apa lagi yang kamu inginkan, hah? Cih, Negara Nusantara rendahan saja ...."Sorot mata Ardika langsung berubah menjadi dingin, dia melirik wajah wanita itu.Sontak saja lirikan Ardika itu membuat raut wajah wanita itu membeku, lalu dia tidak melanjutkan kalimatnya lagi. Namun, dia tetap memelototi Ardika dengan arogan.Ardika tidak memedulikan wanita gila itu. Sambil menggandeng Livy, dia menunjuk beberapa bocah asing tersebut dan berkata, "Sebelum kalian pergi
"Orang Negara Nusantara, kamu berniat main tangan terhadapku?"Dixon sama sekali tidak takut pada Ardika.Melihat Ardika yang berjalan mendekatinya, dia tetap berdiri di tempat. Dengan seulas senyum dingin mengembang di wajahnya, dia berkata, "Sebelumnya, kamu sudah menampar istriku. Aku sudah cukup berbesar hati dengan nggak mempermasalahkan hal itu lagi.""Kalau sekarang kamu berani main tangan terhadapku, apa kamu sudah pernah memikirkan konsekuensinya?""Jangan pikir hanya karena kamu adalah manajer umum perusahaan investasi yang memiliki uang nggak seberapa itu, kamu sudah bisa bertindak sesuka hatimu. Selama kamu berani main tangan terhadapku, aku akan membuatmu menyesali perbuatanmu selamanya!"Dengan mengandalkan hak istimewa sebagai tamu kehormatan Negara Nusantara, dia sama sekali tidak menganggap serius Ardika. Dia tetap bersikap sangat arogan."Oh? Begitu, ya? Kamu sendiri yang mengatakannya, ya."Ardika menganggukkan kepalanya, lalu berkata tanpa menoleh ke belakang, "Livy
Setelah mendengar ucapan Ardika, para pengunjung yang berkerumun di sekitar tempat itu mendecakkan lidah mereka.'Ckckck, dia benar-benar berani bicara! Dia bahkan mengatai keluarga kerajaan Negara Enggrim sebagai sampah!'Sementara itu, sekelompok orang asing yang berada di tempat itu hampir muntah darah saking kesalnya mendengar ucapan Ardika.Namun, mereka semua sudah tergeletak tak berdaya di tanah. Selain mendengus dengan kesakitan, mereka bahkan tidak berani mengucapkan sepatah kata pun untuk membantah Ardika.Sambil menahan rasa sakitnya, Dixon menelan ludahnya yang sudah disertai dengan darah. Kemudian, dia bertanya dengan tidak berdaya, "Kamu .... Sebenarnya apa maumu?"Dia sudah tidak berniat untuk menentang Ardika lagi. Ya, paling tidak sekarang dia tidak ingin memperumit situasi lagi. Lagi pula, dia sendiri sudah tidak berdaya.Ardika menyalakan sebatang rokok dengan santai.Kemudian, dia mengembuskan asap rokoknya ke wajah Dixon, lalu berkata kepada semua orang asing itu,
"Semua penduduk Kota Banyuli tahu Ardika hanyalah menantu benalu yang bergantung pada istrinya, nggak ada seorang pun yang memandang tinggi dia."Virgoun sendiri adalah penduduk Kota Lino. Karena Gilang mendirikan perusahaan investasi di Kota Banyuli, dia baru ikut datang ke kota ini.Setelah mengetahui Ardika akan segera menduduki posisi sebagai manajer umum Perusahaan Investasi Gilra, dia sudah menyelidiki latar belakang Ardika secara menyeluruh. Dalam lubuk hatinya, dia benar-benar menganggap remeh menantu benalu itu.Virgoun berkata dengan menunjukkan ekspresi meremehkan, "Tuan Dixon, Ardika bisa menjabat sebagai manajer umum di perusahaan investasi kami juga dengan mengandalkan relasi istrinya. Sebenarnya, dia nggak benar-benar memegang kekuasaan, hanya menggantung nama saja.""Aku nggak peduli dia adalah pecundang atau bukan! Sekarang aku hanya ingin menghabisinya!"Ekspresi Dixon tetap tampak sangat muram.Setelah harga dirinya diinjak-injak oleh seorang pecundang yang bahkan di
Karyawan Perusahaan Investasi Gilra memang tidak banyak, hanya ada puluhan orang saja.Jadi, berkumpul untuk makan-makan bersama, bukanlah hal yang terlalu berlebihan.Airin kebetulan ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk mencari tahu situasi hubungan antar karyawan dalam perusahaan ini. Setelah berpikir sejenak, dia pun menganggukkan kepalanya dan berkata, "Kalau begitu, tolong sampaikan ucapan terima kasihku kepada Pak Virgoun. Beri tahu Pak Virgoun malam ini aku akan menghadiri perjamuan itu tepat waktu.""Airin, kamu nggak perlu sungkan. Kalau begitu, aku nggak akan mengganggu waktumu lagi."Sekretaris Virgoun melontarkan beberapa patah kata itu dengan penuh hormat.Begitu berjalan keluar dari ruangan manajer umum, seulas senyum dingin tersungging di wajahnya."Cih! Di usia semuda itu sudah bisa menjadi asisten presdir Grup Bintang Darma. Sebelumnya dia pasti sudah melayani banyak orang pria di ranjang. Bisa-bisanya dia berlagak suci!"Hingga kembali ke ruangan Virgoun, ekspresi
"Kebanyakan karyawan perusahaan kita bukan penduduk asli Kota Banyuli, bahkan sebelumnya bos kami sempat terlibat konflik dengan Pak Ardika. Sekarang bos perusahaan sudah berganti, wajar saja kalau para karyawan merasa khawatir. Rekan-rekan kerja nggak ada maksud lain, mereka hanya berharap setelah Pak Ardika naik jabatan, Pak Ardika bisa memperlakukan semua orang dengan adil."Virgoun berkata, "Kalau kamu nggak menerima hadiah pemberian mereka, mereka pasti akan merasa nggak tenang."Sebenarnya, memang itulah yang dirasakan oleh kebanyakan karyawan Perusahaan Investasi Gilra.Kebetulan, sebelumnya Virgoun sudah meminta orang untuk memberi "petunjuk" kepada semua bawahannya. Oleh karena itulah, orang-orang dari setiap departemen memutuskan untuk menyerahkan hadiah pertemuan kepada Airin, agar mereka bisa tenang.Karena Virgoun sudah berbicara demikian, Airin juga tidak enak hati tidak menerima hadiah itu.Selanjutnya, perwakilan dari departemen-departemen lainnya juga menyerahkan hadia