"Departemen pengawasan pasar mengatakan kami bersaing secara nggak sehat dan mengacaukan ketertiban pasar, kalau begitu apa kalian punya bukti? Kalau nggak ada bukti, kami bisa menuntut kalian karena telah menuduh tanpa bukti!""Lalu, mengenai masalah adanya landasan pacu di atap gedung kami, tim tempur Kota Banyuli yang membangunnya untuk pelatihan militer! Apa perlu aku mengundang Soni, ketua Pasukan Khusus Serigala tim tempur Kota Banyuli ke sini? Kalian bisa menanyakan padanya secara langsung!"Luna berbicara panjang lebar tanpa jeda sama sekali.Dia mempertanyakan keputusan-keputusan orang-orang itu dengan sangat tegas.Ucapannya cukup masuk akal, sampai-sampai beberapa tokoh penting dari beberapa departemen itu kesal setengah mati, tetapi mereka tidak berdaya membantah ucapan Luna.Utang pinjaman terhadap Bank Banyuli masih belum jatuh tempo, proyek penggunaan dana bantuan juga belum mulai dijalankan.Pernyataan bahwa Grup Perfe bersaing secara tidak sehat tidak ada bukti.Selain
"Pak Juko, nikmati waktumu, ya. Kami akan menunggumu di luar!"Beberapa orang lainnya berjalan keluar sambil tertawa terbahak-bahak."Dasar bajingan! Cepat lepaskan aku!"Pergelangan tangan Luna ditarik dengan erat oleh Juko. Tidak peduli seberapa keras upaya Luna memberontak, tetap sia-sia saja. Saking paniknya, dia menundukkan kepalanya dan menggigit lengan Juko yang sedang menarik pergelangan tangannya."Ah ...."Juko berteriak kesakitan. Saking kesalnya, dia langsung melayangkan satu tamparan ke wajah Luna dengan keras."Plak!"Ditampar oleh pria itu, rambut Luna sampai berantakan. Dia terhuyung-huyung ke belakang, membentur sudut meja kerjanya dengan keras. Saat itu pula, rasa sakit yang luar biasa menjalar dari pinggangnya."Dasar wanita sialan! Apa kamu adalah anjing? Hari ini kamu harus menjadi milikku!"Juko berjalan menghampiri Luna dengan amarah yang bergejolak.Luna sudah putus asa. Dia buru-buru meraih benda-benda yang ada di meja, lalu melemparkannya ke arah wajah Juko.S
"Ardika, kamu nggak bisa melakukan hal seperti ini padaku! Kamu bisa masuk penjara!"Menghadapi situasi seperti ini, Juko berteriak histeris seperti orang gila."Aku masuk penjara? Kenapa kamu begitu naif?"Ardika berkata dengan dingin, "Apa kamu nggak tahu aku adalah pengidap gangguan jiwa? Sekarang penyakitku sedang kumat."Selesai berbicara, dia melihat ke arah bawah. Karena matahari sangat terik, tidak ada pejalan kaki di lantai bawah."Kita sedang berada di lantai tiga, nggak terlalu tinggi. Kamu bisa bertahan hidup atau nggak, tergantung keberuntunganmu. Tapi, aku berharap kamu bisa bertahan hidup."Juko ketakutan setengah mati. Sambil menangis, dia berteriak sekencang-kencangnya. Saat ini, dia bahkan tidak bisa mengucapkan satu kalimat pun.Sekretarisnya yang sudah tergeletak di lantai berteriak dengan nada melengking, "Jangan! Kamu nggak bisa melakukan hal seperti itu! Ayahnya adalah wali kota ...."Sebelum wanita itu sempat menyelesaikan kalimatnya, Ardika sudah melepaskan cen
"Kupikir sebaiknya kita mengurung Ardika di dalam penjara, agar dia bisa melihat dengan mata kepalanya sendiri perusahaan istrinya direbut dan keluarganya hancur, tapi dia malah nggak berdaya untuk melakukan apa pun! Memikirkan hal itu saja, aku sudah sangat senang!"Kendy tertawa terbahak-bahak.Sepasang matanya sudah memerah, seakan-akan menunjukkan dirinya sudah menggila.Setiap kali memikirkan Rocky, putranya yang masih tergeletak di ranjang rumah sakit, kebenciannya terhadap Ardika kian mendalam."Haha, aku juga merasa sangat senang!"Gilang merasakan hal yang sama dengan Kendy. Dia sudah tidak sabar menyaksikan pemandangan yang mereka bicarakan itu.Pada saat bersamaan.Informasi mengenai Ardika melempar Juko dari lantai tiga dan ditangkap oleh anggota kepolisian menyebar ke seluruh pelosok Kota Banyuli.Ambulans dan mobil polisi sudah tiba di lokasi, tentu saja hal itu tidak bisa dirahasiakan lagi."Dasar Ardika si pecundang! Jelas-jelas dia tahu Dedi sedang mengincarnya, tapi d
"Ardika, aku akan membuatmu dan istrimu sekeluarga merasakan bagaimana neraka di bumi!"Di Kediaman Wali Kota.Dedi menunjuk Ardika dan berkata dengan ekspresi ganas.Ardika berkata dengan dingin, "Oh? Kebetulan sekali, aku juga ingin membuatmu dan seluruh Keluarga Pambudi merasakan sensasi itu."Amarahnya sudah tersulut setelah mendengar ucapan pria sialan itu.Jelas-jelas Juko sendiri yang menggila dan hampir mendesak Luna melompat turun dari lantai tiga gedung. Istri tercintanya hampir saja mati!Namun, Dedi malah beranggapan kalaupun Luna mati, itu memang merupakan konsekuensi yang harus diterimanya.Selain itu, pria sialan itu juga mengatakan seharusnya Ardika tidak melakukan perlawanan dan tidak melempar Juko turun dari lantai tiga gedung.Logika seperti apa itu?"Hahaha. Ardika, sekarang kamu sudah jatuh ke tanganku dan menjadi tahanan. Siapa yang memberimu keberanian untuk mengucapkan kata-kata seperti itu?"Dedi tertawa liar, dia sama sekali tidak menganggap serius ucapan Ardi
Ardika melirik Dedi dengan sorot mata seakan sedang melirik orang yang ajalnya akan segera tiba tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Diabaikan oleh Ardika, amarah Dedi langsung meluap. Dia hendak mengucapkan sesuatu.Namun, tepat pada saat ini, Derril berjalan menghampirinya bersama beberapa orang dengan ekspresi dingin dan tegas. "Dedi, untuk apa kamu beromong kosong lagi dengan seorang tahanan? Langsung mulai saja proses interogasinya. Proses interogasi harus segera diselesaikan. Aku harus segera kembali ke ibu kota provinsi."Derril melirik Ardika dengan sorot mata meremehkan.Di matanya, Ardika tidak lebih dari seekor serangga."Oke, kalau begitu proses interogasinya dimulai sekarang."Dedi melambaikan tangannya kepada beberapa orang anak buahnya, lalu berkata, "Bawa dia masuk."Begitu mendengar perintah dari Dedi, beberapa orang itu langsung menghampiri Ardika dan menariknya.Ardika tidak tahu mereka ingin mencari tahu informasi apa dari dirinya, dia berencana untuk melihat situasi
Seluruh ruang interogasi dipenuhi dengan suara tawa keras Ardika.Suara tawanya ini sangat menusuk indra pendengaran.Namun, yang jauh lebih menusuk indra pendengaran adalah nada bicaranya yang santai.Sontak saja reaksi Ardika langsung membuat ekspresi Dedi, Derril dan Ferdinan berubah drastis."Apa yang kamu tertawakan?!"Amarah Ferdinan langsung meluap. Dia bisa merasakan sikap acuh tak acuh Ardika."Ah, aku hanya sedang mentertawakan kamu konyol," kata Ardika dengan tenang.Bisa-bisanya ada orang yang ingin memainkan dilema tahanan terhadap dirinya, mencoba untuk menggunakan trik seperti ini untuk menembus pertahanan mentalnya, agar dia mengeluarkan pernyataan yang tidak sesuai dengan kenyataan.Tanpa perlu mengungkit tentang tim tempur, kemampuan untuk melakukan dan menghadapi pengintaian dan investigasi adalah kemampuan yang wajib dimiliki. Di Kediaman Dewa Perang saja, ada banyak orang berbakat seperti itu. Orang-orang itu telah melakukan penelitian terhadap trik-trik tersebut h
Seperti dinyalakan pemanas ruangan, suasana di ruang sebelah sangat panas.Ridwan tergeletak di lantai dengan lemah. Sekujur tubuhnya berkeringatan, tetapi permukaan kulit bibirnya tampak terkelupas, menunjukkan tanda-tanda dehidrasi ekstrem."Tuan Ardika, aku nggak mengkhianatimu."Dengan sedikit celah di kelopak matanya, Ridwan melihat keberadaan Ardika. Seulas senyum menyedihkan mengembang di wajahnya, nada bicaranya terdengar lemah."Dedi, Derril, kalian benar-benar cari mati!" teriak Ardika dengan marah.Kalau situasi dibiarkan seperti ini terus, Ridwan akan mati dehidrasi!"Byur!"Tepat pada saat ini, seorang petugas membawa seember air memasuki ruangan, lalu menggunakan gayung untuk menggayung air dan menuangkannya ke alat pemanggang yang terletak di samping.Seketika itu pula, asap panas pun mengepul.Ruangan kecil itu langsung terasa panas seperti kompor."Ardika, kamu nikmati saja sauna di dalam sini terlebih dahulu. Bawa Ridwan keluar, jangan sampai dia mati," kata Dedi deng