Setelah tiga keluarga besar hancur.Kepala keluarga tiga keluarga besar yang dulunya sangat berkuasa atas Kota Banyuli, juga sudah pensiun.Baru beberapa hari tidak bertemu, mereka seakan sudah menua sepuluh tahun.Mereka tampak sedikit tidak bersemangat, tidak sebugar dulu lagi.Saat ini, mereka yang sedang berhadapan dengan Ardika terlihat gemetaran.Ardika menatap mereka dengan tatapan acuh tak acuh, "Kepala keluarga tiga keluarga besar, ternyata kalian sangat hebat, ya. Bukankah aku sudah menyuruh kalian untuk menyerahkan seluruh aset kalian kepada negara, malah masih ada aset yang kalian pertahankan?""Brak!"Kepala keluarga tiga keluarga besar langsung berlutut dan bersujud di hadapan Ardika dengan gemetaran.Handoko, Futari dan Hariyo tercengang menyaksikan pemandangan itu.Mengapa kepala keluarga tiga keluarga besar begitu takut pada Ardika?"Tuan Ardika, kami sudah bersalah! Kami benar-benar nggak sengaja membohongi Tuan!""Setelah ada Grup Agung Makmur dan Grup Bintang Darma
"Jangan berpikir kalian bisa menjalani kehidupan seperti dulu lagi, jangan berpikir kalian bisa menguasai Kota Banyuli lagi."Ardika berkata, "Bantu aku beli Starindum, maka aku akan membiarkan kalian menjalani kehidupan orang biasa. Berdirilah."Karena tiga keluarga besar sudah hancur dan mundur dari dunia persilatan, maka mereka tidak bisa didukung untuk bangkit kembali.Adapun mengenai apakah kelak mereka bisa membalikkan keadaan atau tidak, semuanya tergantung pada generasi muda mereka."Terima kasih atas kebesaran hati Tuan Ardika! Kami pasti akan melakukan yang terbaik!"Kepala keluarga tiga keluarga besar sangat berterima kasih atas kesempatan yang Ardika berikan pada mereka.Biarpun hanya bisa menjalani kehidupan orang biasa, bagi mereka yang kini sudah terpuruk dan sangat menyedihkan, itu sudah termasuk surga di bumi.....Begitu melihat Hardi berjalan memasuki ruang pertemuan dan sedang memakan es krim, Musafa pun tersenyum dan bertanya, "Hardi, Ardika sudah mulai makan es kr
Di dalam ruang pertemuan.Senyuman di wajah Musafa dan belasan pemuda lainnya langsung membeku.Senyuman di wajah Santi, Jonas dan yang lainnya membeku.Senyuman di wajah Lea membeku.Senyuman di wajah Hardi juga membeku.Orang-orang ini mengeluarkan uang sebesar enam triliun bersama-sama untuk membeli Starindum.Bahkan di dunia investasi, boleh dibilang ini juga merupakan kasus pembelian yang cukup menghebohkan.Sekarang malah ada orang yang mengejek mereka melakukan penggalangan dana.Hanya satu hal dalam benak mereka. 'Coba kamu yang pergi menggalang dana sebanyak ini! Dasar sialan!'Saat ini, orang-orang di dalam ruang pertemuan itu hampir muntah darah saking kesalnya.Mereka langsung menoleh dan melihat ke arah pintu dengan sorot mata penuh amarah.Sebenarnya siapa manusia arogan yang berani berbicara lancang seperti itu pada mereka?!"Ardika!"Sorot mata Lea langsung berubah menjadi tajam.Kalau bukan demi menjaga citranya di hadapan pemuda-pemuda yang mengejarnya, dia benar-bena
Ardika menunjuk satu per satu dari orang-orang yang tersisa.Mereka semua hanya bisa memasang ekspresi muram tanpa bisa mengucapkan sepatah kata pun."Kalian nggak bisa mengeluarkan uang itu, aku bisa. Kalau kalian bukan pecundang, memangnya apa?"Selesai berbicara, Ardika langsung melambaikan tangannya pada Elsy tanpa melirik orang-orang itu sama sekali. "Elsy, siap-siap untuk menandatangani kontrak.""Menandatangani kontrak apaan? Siapa bilang aku bersedia menjualnya pada kalian?!"Akhirnya Hardi sudah mendapatkan kesempatan untuk berbicara. Dia memelototi Ardika, tertawa dingin dan berkata, "Saham ada di tanganku! Aku yang berhak menentukan menjual Starindum kepada siapa!"Santi berkata dengan bangga, "Ardika, hilangkan saja pemikiranmu itu! Kontrak sudah ditandatangani! Kamu sudah datang terlambat!""Ya, benar!"Hardi mengambil kontrak yang baru selesai ditandatangani, lalu melambai-lambaikannya di hadapan Ardika. "Kamu sudah lihat sendiri, 'kan? Nona Lea sudah menandatangani kontr
Musafa dan yang lainnya memelototi Ardika dengan amarah yang meluap-luap.Saking kesalnya mendengar ucapan Ardika itu, wajah mereka sampai sudah berkedut.Menghabiskan uang untuk mencetak sia-sia?Memangnya berapa banyak uang yang perlu dikeluarkan untuk mencetak?!Ardika si sialan itu jelas-jelas sedang mengejek mereka!Mereka bergegas datang dari kota asal masing-masing ke Kota Banyuli.Setelah menghabiskan waktu setengah hari, pada akhirnya mereka tidak memperoleh hasil apa pun.Tujuan mereka untuk membeli Starindum dan mempermalukan Grup Bintang Darma pun berubah menjadi bahan tertawaan."Hardi, berani-beraninya kamu menganggap hak milik orang lain sebagai milikmu dan menjualnya kepada kami! Tunggu saja kamu!"Musafa menunjuk Hardi dengan amarah yang meluap-luap.Pria bajingan itu yang telah membuat mereka malu."Tuan Musafa, dengarkan penjelasanku dulu. Aku jelas-jelas sudah menundukkan tiga tua bangka itu. Aku akan segera meminta anggota preman untuk memberi mereka pelajaran."Ha
"Tampar dirimu sendiri sebanyak sepuluh kali terlebih dahulu untuk menyenangkan hati Lea.""Kamu pikir kamu siapa?! Berani-beraninya kamu menampar Lea! Kamu pikir Lea adalah wanita yang bisa kamu tampar sesuka hatimu?!""Sepuluh tamparan hanya sebuah permulaan. Kalau hari ini kamu nggak memberi pelajaran padamu, sia-sia saja kami datang ke sini!""Kalau kamu berani membantah perintah kami, seharusnya kamu sudah tahu konsekuensinya. Salah satu dari keluarga kami saja sudah bisa menghabisimu dengan mudah!"Satu per satu dari sekelompok pemuda itu melontarkan kata-kata tajam kepada Ardika.Hari ini mereka datang demi menuntut keadilan untuk Lea, jadi mereka tidak akan melepaskan Ardika dengan mudah.Seperti yang telah mereka katakan sendiri, kalau mereka tidak memberi Ardika pelajaran, maka sia-sia saja mereka datang ke sini.Handoko sama sekali tidak menyangka.Dalam situasi seperti sekarang pun orang-orang itu masih enggan melepaskan kakak iparnya.Melihat aura membunuh mereka yang kuat
Mendengar Ardika terus mengatai mereka pecundang, ekspresi sekelompok pemuda itu langsung berubah menjadi agak muram."Ya, memangnya kamu bisa apa kalau kami menindas yang lemah dengan menggunakan kekuasaan kami? Keluarga salah satu dari kami bisa menghabisimu dengan mudah. Sekarang kami yang berjumlah belasan orang mencari perhitungan denganmu bersama-sama, ini adalah sebuah kehormatan bagimu!"Musafa dan yang lainnya menatap Ardika dengan arogan. "Cepat tampar dirimu sendiri! Jangan beromong kosong lagi! Hari ini kamu pasti akan mati di tangan kami!"Santi dan Jonas juga terus mendesak Ardika untuk tidak mengulur-ngulur waktu lagi.Lea tidak mengucapkan sepatah kata pun, dia tetap mempertahankan citranya.Namun, sorot matanya yang tertuju pada Ardika sangat dingin.Tiba-tiba, Ardika mengalihkan pandangannya ke arah wanita itu, lalu berjalan ke arah wanita itu. "Lea, apa kamu masih ingat ucapanku semalam?"Lea mengerutkan keningnya, tidak mengerti maksud Ardika.Santi dan Jonas berter
Beberapa pemuda lainnya juga menganggukkan kepala mereka.Namun, api amarah yang meluap-luap tersembunyi dalam mata mereka.Sangat jelas bahwa ini hanyalah rencana sementara mereka.Begitu Lea terbebas dari bahaya, mereka harus menghabisi Ardika baru bisa merasa puas!"Apa? Membiarkanku pergi? Nggak mempersulitku?"Ardika tertawa dingin dan berkata, "Kalian sangat arogan. Siapa yang mengizinkan sekelompok pecundang seperti kalian berbicara seperti itu padaku?"Selesai berbicara, dia melayangkan satu tamparan lagi ke wajah Lea."Kamu!"Sekelompok pemuda itu terkejut sekaligus marah.Mereka semua tidak menyangka idiot itu benar-benar tidak berbicara logika.Mereka sudah menyatakan bahwa mereka akan melepaskan Ardika, tetapi pria itu malah melayangkan satu tamparan lagi ke wajah Lea."Oke, oke, kami akui sikap kami tadi nggak baik, kami minta maaf padamu."Musafa memaksakan seulas senyum, berusaha keras agar Ardika bisa merasakan "keramahannya"."Hmm? Hanya meminta maaf saja?"Ardika meli