"Berhenti!"Melihat sekelompok anggota tim pertempuran menarik Pak Farlin, mereka hendak membawanya pergi tanpa berpikir panjang.Semua orang di Keluarga Mahasura terkejut dan marah, kemudian berteriak."Kalian dari unit mana!?""Berani sekali menculik Pak Farlin di siang bolong, kalian nggak menghormati Keluarga Mahasura?"Perwira menoleh ke arah Abraham dan yang lainnya dengan tatapan dingin."Keluarga Mahasura? Keluarga apa itu?"Dia bertanya dengan santai."Kalau berani menghina Keluarga Mahasura dari ibu kota provinsi, cari mati, ya!?"Sekelompok anak muda dari Keluarga Mahasura sangat marah."Diam!"Abraham ingin menghentikannya, tetapi sudah terlambat.Wush! Wush! Wush!Saat berikutnya.Para pemuda Keluarga Mahasura yang baru saja berteriak-teriak terdiam.Ini hari yang panas, tetapi seluruh tubuh terasa dingin.Moncong lubang hitam sudah mengarah ke mereka."Cari mati? Siapa yang cari mati?"Perwira bertanya dengan tenang.Akan tetapi, semua orang ketakutan."Kami ... kami yang
Akhirnya Pak Farlin tenang.Akan tetapi, kemarahannya masih tetap ada.Dia memelototi Thomas, "Berhentilah tersenyum padaku, bagaimana kamu akan menjelaskan ini kepadaku!"Dia juga pernah berada di medan perang.Tadi saat dikelilingi oleh orang-orang.Kalau seorang tentara tidak membisikkan nama Thomas, dia tidak akan pernah dibawa pergi oleh mereka seperti ini.Keluarga Basuki dan Keluarga Dienga adalah teman.Dia telah melihat Thomas tumbuh dewasa."Pak, apa aku begitu sombong sampai mengutus seseorang untuk menculikmu di siang hari bolong? Apa lagi kalau bukan cuma menuruti perintah?"Thomas terkekeh."Menuruti perintah? Siapa yang bisa memerintahmu di ibu kota provinsi?"Pak Farlin berkata dan tiba-tiba melotot, "Si bocah bernama Draco itu?"Draco juga mengalami patah kaki dan dialah yang mengoperasinya."Hehe, kamu akan tahu setelah sampai di sana."Jalan tol Kota Banyuli.Saat iring-iringan mobil Thomas melaju, Ardika sudah menunggu di sana."Ardika yang Tak Terkalahkan, kok kamu
"Malapraktik? Ternyata dia Desi, mantan wakil kepala dokter di Rumah Sakit Pengobatan Tradisional.""Saat itu masalahnya sangat serius. Gadis itu baru berusia 18 tahun dan tewas karena dokter gadungan ini. Tragis sekali. Keluarganya meletakkan karangan bunga di depan rumah sakit dan mendirikan ruang duka.""Kamu sudah bertahun-tahun nggak memberiku penjelasan. Hati nuranimu sudah nggak ada, 'kan?"Setelah mendengar apa yang dikatakan Pak Willie, para pasien dan keluarga mereka yang menonton mulai berbicara.Serangkaian tatapan menghina tertuju pada Desi.Wajah Desi langsung memucat.Tubuhnya agak menggigil dan dia tidak bisa berkata-kata.Kejadian ini adalah rasa sakit abadi di hatinya.Luna dan Handoko langsung membantunya."Pak Willie, kalau bicara pakailah hati nurani. Lima tahun yang lalu ibuku sudah dikeluarkan dari rumah sakit dan hak praktiknya sudah dicabut. Keluarga kami juga sudah membayar kompensasi dalam jumlah besar.""Ini nggak dihitung memberi penjelasan? Apa mau suruh d
Seluruh lantai dikejutkan oleh suara gemuruh.Seketika banyak orang keluar dari dalam kantor karena terkejut."Si ... siapa yang berani berbicara seperti itu terhadapku, keluarlah!"Pak Willie sangat marah dan berteriak.Sebagai pimpinan rumah sakit, dia memiliki kewenangan resmi yang kuat.Selalu fokus pada wewenangnya.Dia tentu saja marah setelah dihina seperti ini."Aku yang bilang!"Seorang pria tua dengan rambut abu-abu di pelipisnya, tetapi sangat tegar dan hangat keluar dari kerumunan.Wajahnya memerah dan dia menatap Pak Willie dengan tatapan membara.Kemarahan masih belum mereda.Pak Farlin-lah yang datang ke rumah sakit bersama Ardika."Tua bangka, kamu pikir kamu ini siapa? Beraninya kamu memakiku!?"Pak Willie sangat marah hingga pembuluh darahnya menonjol.Dokter Hendrik terkejut setelah melihat pria tua itu dan tiba-tiba berteriak, "Pa ... Pak Farlin!"Satu kalimat langsung membuat seluruh lantai heboh."Wah, ini benar-benar Pak Farlin sang ahli ortopedi terkemuka di neg
Dengan kata-kata Pak Farlin, seluruh tempat menjadi gempar.Mereka semua menatap Jacky dan keluarganya dengan tidak percaya.Pak Farlin datang jauh-jauh ke Kota Banyuli hanya untuk merawat kaki Jacky.Sekarang ....Keluarga mereka juga menghadapi situasi memalukan karena diusir.Pak Willie, yang sedang duduk di tanah, terkejut saat mendengar ini.Dia mengangkat kepalanya dan menatap keluarga Jacky dengan tidak percaya.Penyesalan yang tak ada habisnya tiba-tiba muncul di hatinya.Ternyata mereka bisa meminta Pak Farlin datang dari jarak ribuan kilometer. Apa latar belakang keluarga Jacky ini?"Terima kasih Pak Farlin, terima kasih!"Keluarga Luna sangat gembira.Dia langsung berterima kasih pada Pak Farlin.Akan tetapi, mereka juga ragu akan hal ini.Melihat Jacky kesakitan, Pak Roberto langsung berkata, "Hendrik, cepat berikan pereda nyeri pada Tuan Jacky, lalu lakukan pemeriksaan."Kemudian dia juga mengamati Keluarga Basagita dalam-dalam.Ardika dari kerumunan datang dan mendorong J
"Mana ada nggak tertolong? Aku pernah menghadapi situasi yang lebih buruk dari ini."Pak Farlin tertawa dan berkata, "Tapi jangan khawatir, Nona Luna. Meskipun nggak bisa pulih sepenuhnya, masih bukan masalah untuk berdiri dan berjalan."Setelah mendengar hal tersebut, pihak keluarga sangat gembira.Jacky juga menggenggam sandaran tangan kursi rodanya dengan penuh semangat."Yah, situasi Tuan Jacky cukup istimewa. Selanjutnya, aku akan mengundang beberapa rekanku untuk datang. Kami akan berdiskusi dan membuat rencana sebelum perawatan formal.""Untuk periode waktu berikutnya, pada dasarnya aku akan tinggal di Kota Banyuli selain terbang untuk operasi dan pertukaran akademis. Aku sendiri yang akan melakukan operasi Tuan Jacky."Pak Roberto menatap keluarga Luna dengan heran lagi.Gurunya sangat sibuk hingga harus tinggal lama di Kota Banyuli untuk menyembuhkan Jacky.Juga melakukan operasinya sendiri.Sebenarnya kalau bisa membuat rencana pengobatan, dia bisa menyerahkannya kepada orang
"Ada apa?"Keluarga Luna merasakan firasat buruk di dalam hati mereka.Ternyata Yanto menipu mereka untuk datang dengan kedok mengunjungi Tuan Besar.Dari raut wajahnya saja bisa dilihat kalau itu bukan hal yang baik."Jacky, Desi, kalian berdua nggak berguna. Sepertinya kalian masih belum tahu masalah apa yang telah ditimbulkan putri dan menantu kalian!"Pada saat ini suara penuh kebencian terdengar.Wulan dan Wisnu keluar dari kamar.Keduanya menatap keluarga Luna dengan getir."Wulan, kami ini paman dan bibi keduamu!"Jacky berkata dengan marah."Aku nggak punya paman dan bibi seperti kalian!"Wisnu berkata, "Kemarin malam aku menjamu para ahli dari komite evaluasi demi membantu Keluarga Basagita mendapatkan dana dukungan.""Ternyata putri dan menantumu melaporkannya karena iri, membuatku ditangkap oleh Sigit si bajingan itu dan menyuruh orang-orang di pusat penahanan menghajarku!""Sudah berapa banyak koneksi dan uang yang harus kukerahkan baru aku bisa dibebaskan!?"Jacky dan Desi
"Jadi, seseorang harus berkorban demi Keluarga Basagita!"Keluarga Luna menengadahkan kepala dan menatap Yanto dengan tidak percaya.Mereka tidak menyangka.Ternyata Yanto bisa mengucapkan kata-kata yang tidak tahu malu seperti itu.Berbicara dengan begitu penuh kebenaran dan agung."Dasar bajingan. Reputasi putrimu penting, terus reputasi putriku nggak penting!?"Desi benar-benar naik pitam dan mengentakkan kakinya sambil berteriak dengan marah."Heh, apa dia masih punya reputasi setelah menikah dengan Ardika yang nggak berguna itu?""Walaupun dia menceraikan Ardika, nggak ada pemuda kaya yang akan menyukainya. Wulan berbeda. Dia dan David cuma berpacaran. Walaupun ada hal buruk tentang Keluarga Buana, Wulan itu cuma tertipu.""Pengorbanan seperti itu harus dilakukan demi Keluarga Basagita."Anggota Keluarga Basagita lainnya berbicara satu per satu.Kata-kata ini bagaikan pisau yang tajam.Itu membuat hati Luna sakit.Dia sudah sering melihat beberapa kerabatnya yang tidak tahu malu.
Ardika melayangkan satu demi satu tamparan ke wajah Cahdani tanpa berbelas kasihan.Tanpa butuh waktu lama, wajah bocah ini sudah rusak ditampar oleh Ardika.Menerima tamparan beruntun dari Ardika, Cahdani merasakan kepalanya sangat pusing.Hal yang tidak bisa diterimanya adalah, penghinaan yang menggerogoti jiwa dan raganya.Dia sudah hidup selama tiga puluh tahun, belum pernah dipermalukan seperti ini oleh orang lain."Dasar sialan! Kamu memperlakukanku seperti ini, apa kamu pernah memikirkan konsekuensinya?"Dengan mata memerah, Cahdani berteriak dengan marah."Ahh ...."Tanggapan yang didapatkannya adalah, sumpit kembali tertancap masuk ke telapak tangannya.Saat ini, kedua telapak tangan Cahdani mengeluarkan darah segar, bahkan sudah mewarnai meja di bawah tubuhnya hingga kemerahan.Saat ini, para pria kekar yang berada di sekeliling tempat itu, menggertakkan gigi mereka hingga gigi mereka nyaris hancur. Mereka benar-benar panik setengah mati.Namun, majikan mereka masih di tangan
"Ahhh ...."Cahdani kembali mengeluarkan suara teriakan menyedihkan.Rasa sakit yang tak tertahankan itu membuatnya menggelengkan kepalanya. Tubuhnya berkedut, terlihat sangat tersiksa.Tidak ada yang menyangka Ardika masih berani menyerang Cahdani dalam situasi seperti ini.Ditambah lagi, begitu dia menyerang, penyerangannya sangatlah kejam.Sumpit tersebut menembus telapak tangan Cahdani.Hanya dengan melihatnya saja, mereka bisa turut merasakan sakit yang dirasakan oleh Cahdani saat ini."Tuan Muda Cahdani, menurutmu, untuk apa kamu menyiksa diri sendiri seperti ini?""Yah, awalnya dengan menyetujui persyaratan-persyaratanku itu, kamu sudah bisa pergi dengan mudah, tapi kamu malah memaksaku untuk menyerangmu."Ardika mengulurkan tangannya untuk menepuk-nepuk wajah Cahdani dan berkata sambil tersenyum tipis, "Sia-sia saja kamu mengalami penderitaan ini ....""Aku ... aku ...."Sekujur tubuh Cahdani gemetaran, dia menatap Ardika dengan tatapan ketakutan.Saat ini, sikap arogan dan sem
"Aku akan menghabisimu!"Pria kekar itu berteriak dengan ganas.Namun, sebelum dia sempat menarik pelatuknya, Levin tiba-tiba menerjang ke dalam pelukan pria kekar itu, lalu membanting pria kekar itu ke lantai.Saat pria kekar itu berteriak kaget akibat terjatuh, senjata api dalam genggamannya juga sudah direbut oleh Levin dan jatuh ke dalam genggaman Levin."Lumayan, latihan selama ini nggak sia-sia."Ardika tetap duduk dengan tenang di tempat duduknya, seulas senyum tipis mengembang di wajahnya.Sebelumnya, Levin hanya preman kecil-kecilan yang nggak berkemampuan sama sekali. Saat berkelahi, caranya tidak tepat. Apalagi kondisi tubuhnya, sangatlah lemah.Karena Tuan Muda Keluarga Septio itu bekerja untuknya, bahaya tidak akan bisa dihindari.Ardika tidak berharap Levin memiliki kekuatan yang luar biasa, dia hanya mengharapkan paling tidak pria itu bisa melindungi diri sendiri.Jadi, belakangan ini Levin terus berlatih dengan keras, mengundang guru untuk melatihnya dengan "kejam".Nam
Melihat pemandangan itu, Levin yang peka segera mengambilkan dua lembar tisu untuk Ardika.Ardika menerima tisu yang disodorkan oleh Levin padanya. Sambil menyeka mulutnya dengan santai, dia berkata dengan nada bicara acuh tak acuh, "Cahdani, 'kan?""Aku beri kamu satu kesempatan terakhir, tinggalkan Vita di sini dan keluarkan 20 miliar.""Setelah bersujud mengakui kesalahan, sudah bisa pergi.""Kalau nggak, aku akan menepati janjiku. Hari ini kalian nggak akan bisa keluar dari restoran ini lagi."Selesai berbicara, Ardika secara khusus menekankan. "Perhatikan baik-baik, orang yang kusuruh bersujud mengakui kesalahan adalah kamu.""Oh, astaga ...."Begitu Ardika selesai berbicara, para pria dan wanita yang mengikuti Cahdani kemari langsung tertawa.Mereka semua menatap Ardika dengan sorot mata mengejek.Kalau sebelumnya saat Cahdani belum datang kemari, mereka masih bisa mengerti kalau Ardika mengucapkan beberapa patah kata yang menganggap remeh Cahdani dan membual di sana.Namun sekar
Cahdani selalu memperlakukan orang-orangnya sesuka hatinya.Tepat di hadapan para anak buahnya, dia melayangkan beberapa tamparan ke wajah Jepi. "Satu hal lagi, memukul orang jangan memukul wajahnya! Apa kamu nggak tahu hal ini? Kamu memukuli wajah wanita itu hingga babak belur, bagaimana aku bisa menikmatinya lagi?""Dasar bodoh! Aku benar-benar ingin menampar mati kamu!"Selesai berbicara, Cahdani kembali melayangkan satu tamparan ke wajah Jepi.Akibat tamparan bertubi-tubi itu, Jepi sampai melangkah mundur lagi dan lagi. Dia merasa malu sekaligus marah.Akan tetapi, identitas Cahdani terpampang nyata di sana, membuatnya tidak berani melawan sama sekali.Dia mengeluarkan tisu, menyerahkannya pada Cahdani, lalu berkata dengan penuh hormat, "Tuan Muda Cahdani, aku salah, aku nggak melakukan tugasku dengan baik, memang pantas dihukum!""Tapi terjadi kejadian yang nggak terduga. Dua orang dari luar kota itu ingin memainkan peran sebagai pahlawan yang menyelamatkan wanita cantik. Nggak ha
"Bocah, aku sedang bicara denganmu!"Jepi melontarkan satu kalimat itu dengan diliputi amarah yang membara.Karena dia mendapati setelah dia selesai berbicara, bocah di seberangnya itu tetap saja makan di sana dengan santai seakan-akan tidak terjadi apa-apa.Hal ini membuat Jepi merasa malu dan terhina, serta membuatnya merasakan Ardika benar-benar meremehkan dirinya.Kalau bukan karena meremehkan dirinya, bagaimana mungkin dalam situasi seperti ini bocah itu masih bisa duduk dengan santai dan makan?Jepi benar-benar kebingungan, dia tidak tahu dari mana asal kepercayaan diri dan keberanian bocah itu.Dia hanya kelihatan seperti penguasa di sebuah tempat kecil, apa dia benar-benar mengira dia sudah tak terkalahkan di tempat yang dipenuhi dengan tokoh-tokoh hebat seperti ibu kota provinsi ini?Tanpa mengangkat kepalanya, sambil menyendokkan ikan untuk dirinya sendiri, Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Karena kamu begitu nggak tahu diri, maka aku hanya bisa menambah persyaratanku.""
"Bocah, aku sudah menyuruh kalian untuk pergi dari sini, tapi kalian malah berani tetap tinggal di sini! Apa hidangan di sini sebegitu enaknya! Aku akan membiarkan kalian makan sepuasnya!"Tepat pada saat tangan besar Jepi meraih bahu Ardika, Ardika tiba-tiba saja mengulurkan tangannya dan mengeluarkan sumpit dari tempat sumpit kuno itu."Syuuu!"Sumpit itu melesat dengan cepat, langsung menusuk telapak tangan Jepi yang seperti kipas tipis itu. Saat Jepi mengeluarkan suara teriakan menyedihkan, dengan kecepatan dan kekuatan sama seperti sebelumnya, sumpit itu tertancap ke bahunya.Dalam sekejap, kemeja putih yang dikenakannya diwarnai dengan merah darah."Ahhh ...."Jepi mengeluarkan suara teriakan seperti binatang yang disembelih. Lengannya yang sudah dalam posisi bengkok itu tetap menempel dengan kokoh di bahunya oleh sumpit yang sudah berlumuran darah itu."Berisik sekali."Ardika mengucapkan dua kata itu dengan santai, lalu meninju Jepi hingga tubuh pria itu terpental, membentur la
"Melarikan diri, huh?""Ayo, coba lari kalau kamu bisa!"Selesai berbicara, pria kekar itu kembali melayangkan dua tamparan.Akibat tamparan bertubi-tubi itu, Vita mengeluarkan suara teriakan menyedihkan. Rambutnya berantakan, penampilannya benar-benar menyedihkan."Dulu dia adalah orang berbakat di Organisasi Snakei cabang Gotawa, siapa sangka ada suatu hari di mana dia mengalami kejatuhan signifikan seperti ini ...."Levin bergumam dengan nada bicara menyayangkan.Namun, karena sebelumnya Vita sempat berpikir untuk membunuh Ardika untuk membalaskan dendam ayahnya, jadi dia juga tidak berencana untuk melakukan intervensi.Para pengunjung beberapa meja lainnya juga hanya menyaksikan pemandangan itu layaknya penonton. Walaupun ada orang yang tidak tega melihat seorang wanita diperlakukan dengan begitu kejam, tetapi mempertimbangkan sikap arogan dan semena-mena pria kekar itu, mereka juga tidak berani bersuara.Saat ini, pria kekar yang memimpin sekelompok pria ini berjalan menghampiri V
Tentu saja Ardika tahu Asosiasi Dagang Polam.Saat di Kota Banyuli, dia sudah sempat berinteraksi beberapa kali dengan asosiasi tersebut.Sebelumnya Asosiasi Dagang Polam masih sempat berpikir untuk menguasai Asosiasi Dagang Kota Banyuli, tetapi digagalkan olehnya dan Luna.Selain itu, sebelumnya saat berada di Restoran Siam, Ardika juga mendengar Leane mengatakan bahwa sebelumnya Sutandi terlibat dalam konflik dengan Asosiasi Dagang Polam saat berbisnis, bahkan nyaris ditenggelamkan.Sangat jelas bahwa sosok Tuan Baik Hati yang sangat bersemangat dan berdedikasi dalam melakukan kegiatan amal ini, sesungguhnya tidak sebaik hati yang dideskripsikan oleh orang-orang luar.Kepala Asosiasi Dagang Polam, sangat jelas Titran juga sudah termasuk sebagai tokoh besar yang bisa mengguncang Provinsi Denpapan.Sekarang pemilik restoran sengaja menyebutkan Tuan Baik Hati ini, sangat jelas dia ingin meminjam reputasi pria tu untuk menggertak orang-orang yang menerobos masuk ke restorannya dengan nia