"Bam!"Handi menendang wajah Aditia lagi."Aku beri waktu sepanjang pagi ini untuk kalian. Aku nggak peduli kalian menggunakan cara apa pun! Kalian harus membuat Lucien menyerahkan teknologi yang dikuasainya!"Grup Bintang Darma sudah membangun laboratorium, maka langkah selanjutnya yang akan mereka lakukan adalah memanfaatkan teknologi yang dikuasai oleh Lucien untuk mengembangkan obat baru.Handi tidak akan membiarkan Grup Bintang Darma berkembang semulus itu.....Grup Bintang Darma.Masalah perintah blokade Asosiasi Dagang Polam sudah diselesaikan oleh Ardika.Selain itu, presdir mereka itu bahkan berhasil membangun laboratorium dalam satu malam.Hal itu membuat seluruh karyawan Grup Bintang Darma menjadi makin semangat bekerja, hati mereka semua dipenuhi harapan.Setelah sibuk semalaman, akhirnya Elsy bisa beristirahat sejenak.Saat ini, anggota Perusahaan Aksatan Denpapan menghubunginya.Begitu panggilan telepon tersambung, orang di ujung telepon berkata dengan ramah, "Bu Elsy, k
Tadi, Ardika pergi ke ruang presdir untuk mandi.Dia juga berada di Grup Bintang Darma semalaman.Luna sempat menghubunginya dan menanyakan mengapa dia tidak pulang ke rumah.Ardika mengatakan dia sedang ada urusan di Grup Bintang Darma, jadi dia tidak pulang lagi.Luna mengira Ardika ingin tetap berada di Grup Bintang Darma untuk membantu karena masalah konferensi pers sebelumnya, dia sangat mendukung tindakan suaminya itu."Perusahaan Aksatan Denpapan mau menuntut kita ...."Elsy menceritakan perbincangannya dengan pihak Perusahaan Aksatan Denpapan tadi kepada Ardika dengan amarah yang meluap-luap.Setelah mendengar cerita Elsy, Ardika hanya tertawa dingin.Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, dia langsung menghubungi Thomas.Dalam kurun waktu kurang dari setengah jam, Perusahaan Aksatan Denpapan kembali menghubungi Elsy."Bu Elsy, aku benar-benar minta maaf. Aku akan mengembalikan uang sebesar 40 miliar itu. Aku berjanji akan mengembalikannya secepatnya, oke? Kita sama-sama berbisnis
"Apa kamu sudah tuli? Aku memanggilnya sayang!"Winda memelototi Ardika dengan tajam, lalu mengalihkan pandangannya ke arah Lucien dan berkata dengan marah, "Lucien, dasar pecundang! Bisa-bisanya kamu nggak mengucapkan sepatah kata pun dan membiarkan presdir sialanmu ini mewakilimu untuk bicara?""Aku beri tahu kamu, aku nggak hanya memanggil Aditia sayang, kami bahkan sudah pernah melakukan hubungan suami istri!""Benar 'kan, Sayang?"Selesai berbicara, dia mengalihkan pandangannya ke arah Aditia dan menatap pria itu dengan tatapan manja."Sayangku, kamu benar."Aditia terkekeh dan berkata, "Kami nggak hanya sudah melakukannya. Lucien, hal yang nggak pernah kamu lakukan itu, sudah kami lakukan di hotel semalam! Nggak perlu dipertanyakan lagi betapa nikmatnya sensasi itu!"Lucien mengepalkan tangannya dengan erat, dia ingin sekali menerjang ke arah Aditia dan menghantam mata pria sialan itu!Namun, dia tetap berusaha menahan amarahnya.Dia tahu Aditia adalah orang yang sangat licik, mu
Di belakang Handi, ada beberapa orang pria kekar.Aura mereka sangat menakutkan, sorot mata mereka sangat tajam.Mereka semua adalah pengawal Keluarga Santosa."Tuan Muda Handi, perintahkan anak buahmu untuk bertindak sekarang juga! Lucien si pecundang itu masih enggan menyerahkannya! Sepertinya kita hanya bisa bermain kekerasan!"Begitu Handi tiba di lokasi, Aditia menjadi sangat percaya diri.Kemudian, dia menunjuk Ardika dan berkata dengan penuh kebencian, "Orang ini adalah Raka, presdir Grup Bintang Darma. Dia sangat ahli berkelahi. Walau biasanya aku dan Kerry juga berlatih tinju, kami juga bukan tandingannya!"Karena takut pada Ardika, dia baru meminta Handi untuk membawa pengawal Keluarga Santosa.Kalau hanya menghadapi Lucien saja, dia bisa membayar beberapa orang preman saja."Dia adalah Raka?"Handi mengalihkan pandangannya ke arah Ardika. Dia tercengang sejenak.Sesaat kemudian, dia tertawa mengejek.Makin lama, suara tawanya makin keras.Hingga pada akhirnya, dia sudah tert
Winda berkata dengan nada seperti berbahagia di atas penderitaan Lucien, "Lucien, sudah terlambat untuk menyesal sekarang. Berani-beraninya kamu menyinggung Tuan Muda Handi! Nggak ada seorang pun yang bisa menyelamatkanmu!"Lucien berkata dengan marah, "Winda, bagaimanapun juga, kita adalah suami istri. Aku nggak pernah melakukan hal yang buruk padamu! Kenapa kamu begitu membenciku?!"Winda berteriak dengan marah, "Kamu bersalah padaku karena nggak menyerahkan teknologi hak patenmu kepada tiga keluarga besar dan nggak membiarkanku menjalani kehidupan yang mewah!"Lucien hanya menggertakkan giginya tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi.Saat ini, Winda sudah seperti orang asing dalam hatinya, bahkan lebih buruk dibandingkan orang asing."Pak Raka, apa kamu sudah menyesal sekarang?"Aditia mengalihkan pandangannya ke arah Ardika yang telah melayangkan satu tamparan ke wajahnya semalam. Kemudian, dia berkata dengan nada mempermainkan, "Sekarang, berlututlah di hadapanku dan tampar dirim
"Apa? Kasus dengan tuduhan menyabotase pernikahan militer? Siapa yang sudah menyabotase pernikahan militer?!"Aditia dan Winda benar-benar tercengang.Kalau mereka disebut terlibat dalam kasus dengan tuduhan perselingkuhan dan tinggal bersama secara ilegal, mereka bisa terima.Lagi pula, kasus seperti itu tidak akan dijatuhi vonis hukuman.Namun, kasus menyabotase pernikahan militer adalah kasus yang sangat berat!Tiba-tiba, seolah-olah menyadari sesuatu hal, Aditia langsung memelototi Lucien dan berkata, "Lucien! Dasar bajingan! Kamu pasti memalsukan identitasmu untuk menjebak kami, 'kan?!""Pasti Ardika si tukang mengelabui orang lain itu yang mengajarimu, 'kan?!"Hal pertama yang terlintas dalam benaknya adalah, di bawah arahan Ardika, Lucien memalsukan identitasnya sebagai anggota tim tempur.Winda juga berkata dengan nada melengking, "Pak, Lucien sama sekali bukan anggota tim tempur! Dia pasti sudah membohongi kalian, 'kan?!"Anggota tim tempur itu berkata dengan dingin, "Kami sud
Hal-hal yang dilakukan oleh Aditia, Kerry dan lainnya, Ardika tidak bisa mewakili Delvin untuk memaafkan mereka.Baik Aditia dan yang lainnya maupun Handi dan tiga keluarga besar, besok mereka semua harus menerima hukuman yang setimpal dengan perbuatan mereka!Di bawah teriakan dan isak tangis Winda, dia dan Aditia dibawa pergi."Ardika, anggap saja kali ini kamu yang menang. Tapi, jangan senang dulu, kita lihat saja nanti!"Handi memelototi Ardika, lalu berbalik dan pergi.Dia sangat enggan menerima kenyataan ini.Dia tidak hanya gagal mendapatkan teknologi hak paten milik Lucien, dia juga tidak punya kesempatan untuk melumpuhkan Ardika.Hal yang membuat Handi sangat terkejut adalah, bagaimana seorang pecundang seperti Ardika yang suka mengelabui orang itu bisa membuat Lucien menjadi anggota tim tempur hanya dalam kurun waktu satu malam?Tidak peduli seberapa keras upayanya memikirkan hal ini, dia tetap tidak menemukan jawabannya.Saat terpikir beberapa kali sebelumnya tiga keluarga b
"Ah ... ah ...."Handi mengerang kesakitan, rasa sakit yang luar biasa menjalar di sekujur tubuhnya!Beberapa saat kemudian, Handi kehilangan kesadarannya saking kesakitannya."Aku mematahkan dua kakimu karena kamu telah mematahkan kaki Lucien sebelumnya. Adapun mengenai dendam Delvin, sahabatku, besok baru kita bicarakan lagi."Selesai berbicara, Ardika melirik beberapa pengawal Keluarga Santosa yang sudah tercengang dan mematung di tempat itu."Bawa dia kembali ke tiga keluarga besar. Selain itu, beri tahu mereka, waktu yang kuberikan kepada mereka hanya tersisa satu hari lagi."Tanpa berani mengucapkan sepatah kata pun, beberapa pengawal itu segera menandu Handi dan pergi.Setelah memberi hormat kepada Ardika, Sigit juga membawa anggotanya pergi.Dalam sekejap, suasana di dalam kafe menjadi tenang dan nyaman. Hanya tersisa Ardika dan Lucien yang masih berada di sana.Tepat pada saat ini, Lucien berbalik, lalu membungkukkan badannya dan berkata pada Ardika dengan tulus, "Pak Ardika,
"Baik!"Pria berpakaian longgar itu langsung mengeluarkan ponselnya sambil setengah berlutut di lantai, menghubungi sebuah nomor, lalu berkata dengan suara dalam, "Tuan Muda memerintahkan untuk kembali!"Selesai berbicara, dia meletakkan ponselnya, lalu mengalihkan pandangannya kembali ke arah tuan muda tersebut."Tuan Muda, apa perlu mengirim orang ke sana? Selagi situasi malam ini sedang kacau ...."Sebelum dia menyelesaikan kalimatnya, tuan muda itu meliriknya sekilas. Sorot mata dingin nan tajam itu langsung membuatnya menelan kembali kata-kata yang sudah sampai ke ujung lidahnya."Ninja Negara Jepara saja sudah gagal, target sudah mulai waspada.""Kalau sesuatu nggak bisa dipaksakan, jangan dipaksakan! Itu adalah tindakan orang bodoh!""Apa aku nggak pernah mengajarimu?"Pria berpakaian longgar itu mengalihkan pandangannya ke bawah, menangkupkan tangannya dan berkata, "Tuan Muda benar!"Tuan muda itu tidak menghiraukannya lagi, melainkan tampak seperti sedang merenung.Sesaat kemu
"Ahh! Terjadi pembunuhan!""Terjadi pembunuhan!"Ruang mayat itu dipenuhi dengan suara teriakan dan tangisan Keluarga Basagita.Pembunuh Negara Jepara itu benar-benar kejam dan ganas. Jelas-jelas dikepung oleh begitu banyak orang, tetapi dia tetap bisa menerjang keluar dengan "membantai" semua lawannya.Belasan ahli bela diri yang dikirimkan oleh Keluarga Basuki kemari, yang mati, mati. Yang terluka, terluka. Suasana di tempat itu kacau balau."Sayang, apa kamu terluka?!"Melihat pembunuh Negara Jepara itu sudah keluar dari ruang mayat, Luna bergegas menghampiri suaminya.Setelah mengamati Ardika dari ujung kepala hingga ke ujung kaki, memeriksa beberapa kali dan memastikan suaminya tidak terluka, Luna baru menghela napas lega."Tuan Ardika, kalian baik-baik saja, 'kan?!"Sigit juga segera menerjang masuk dengan membawa anggotanya, ekspresinya tampak pucat.Sebelumnya, karena takut terjadi keributan, pihak kepolisian sudah melakukan pengaturan dan mengendalikan area sekitar rumah duka.
"Syuu ...."Adegan pisau melintas disertai dengan warna merah darah yang menakutkan menyambut indra penglihatan semua orang.Warna merah darah itu berasal dari leher Tuan Besar Basagita."Uh ... kamu ...."Sekujur tubuh Tuan Besar Basagita berkedut, dia menatap pembunuh Negara Jepara itu dengan tatapan terkejut, seakan-akan tidak menyangka pria itu akan menghabisinya begitu saja.Dia adalah Kepala Keluarga Basagita.Dia juga merupakan pemimpin cabang Keluarga Bangsawan Basagita Suraba.Tempat ini adalah Kota Banyuli.Dia telah ditakdirkan akan menjadi penguasa kota ini ....Bagaimana bisa orang Negara Jepara ini berani membunuhnya?Berbagai pemikiran berkelebat dalam benak Tuan Besar Basagita.Bahkan sebelum mati pun, dia masih bermimpi bisa membangkitkan Keluarga Basagita kembali, menjadi seseorang yang dihormati oleh banyak orang. Ya, sebuah mimpi yang mustahil terjadi."Sudah mati!""Tuan Besar sudah mati!""Ahhh ... ini nggak mungkin!"Melihat tubuh Tuan Besar Basagita dalam genang
Apa yang dinamakan dengan kena batu sendiri?Situasi Wulan sekarang menggambarkan kalimat itu dengan jelas!Kesabaran pembunuh Negara Jepara itu sudah hampir terkuras habis. Dia menatap Ardika dengan sorot mata dingin dan berkata, "Kamu benar-benar nggak mau kemari?"Akhirnya Tuan Besar Basagita sudah bisa mengumpulkan sedikit kekuatannya. Dia berteriak dengan marah, "Ardika, dasar sialan! Siapa suruh kamu begitu banyak beromong kosong?""Cepat kemari dan berlutut di hadapan Tuan Negara Jepara! Kalau nggak, nanti aku akan melumpuhkanmu!""Ardika, setelah aku lolos dari situasi bahaya ini, aku pasti akan menghabisimu, membuatmu hancur berkeping-keping! Aku juga akan menyuruh orang-orang untuk menggilir istrimu!"Rasa sakit yang luar biasa sudah membuat Wulan melupakan situasinya saat ini. Dia berteriak dengan suara melengking dan penuh amarah.Sekarang akhirnya dia sudah mengerti, Ardika si sialan ini pasti sengaja!Begitu mendengar ucapan Wulan, ekspresi Ardika langsung berubah menjadi
Kali ini, pembunuh Negara Jepara itu langsung menendang satu kaki Tuan Besar Basagita hingga patah."Ya, benar. Aku memang nggak menghormati orang tua dan nggak tahu malu, memangnya kenapa?"Pembunuh Negara Jepara itu sangat menikmati ekspresi amarah Ardika. Dia berkata dengan bangga, "Kalau kamu masih saja beromong kosong di sana dan nggak segera kemari berlutut di hadapanku, aku akan langsung menghabisi tua bangka ini!"Dasar Ardika bajingan!'Dasar Ardika sialan!'Bisakah kamu berhenti berbicara?!'Saking kesakitannya, Tuan Besar Basagita merasakan dirinya sudah nyaris mati.Dia ingin sekali mencaci maki Ardika, juga ingin menerjang ke sana dan mencabik-cabik mulut sial Ardika itu.Namun, rasa sakit yang menjalar ke sekujur tubuhnya, seakan-akan telah menyerap seluruh energinya. Dia bahkan sudah tidak berdaya untuk memaki.Semua orang sudah mendapati, makin Ardika berbicara, makin merangsang kekejaman pembunuh Negara Jepara itu. Makin lama, pembunuh itu bertindak makin kejam.Namun,
Wulan yang tergeletak di lantai dengan rambut berantakan itu, langsung meneriaki Ardika dengan suara melengking dan ekspresi penuh kebencian. "Eh, Ardika, apa kamu sudah tuli? Cepat kemari dan berlutut di hadapan Tuan Negara Jepara!""Apa kamu ingin membuatku dan Tuan Besar meregang nyawa?!""Kalau terjadi sesuatu pada kami, kamu dan istrimu keluarga juga harus mati!"Mendengar ucapannya, Ardika mengangkat alisnya, melirik Wulan dan Tuan Besar Basagita dengan sorot mata seakan-akan sedang memikirkan sesuatu.Kemudian, dia melangkah maju satu langkah, lalu menunjuk pembunuh Negara Jepara itu dengan marah dan berkata dengan dingin, "Bajingan kecil, aku nggak peduli siapa kamu, apa latar belakangmu.""Kalau kamu nggak ingin mati, cepat lepaskan lansia yang kamu sandera itu!""Apa kamu tahu apa identitasnya? Kalau kukatakan, kamu akan terkejut setengah mati!""Dia adalah pemimpin cabang Keluarga Bangsawan Basagita Suraba, identitasnya sangat terhormat, bukanlah seseorang yang bisa ditandin
"Ninja Negara Jepara?"Ardika menyipitkan matanya.Baik cakram yang tadi langsung merenggut nyawa tiga orang pengawal Keluarga Basuki maupun pisau pendek dalam genggaman pria itu, sudah cukup bagi Ardika untuk mengenali identitas orang itu.Sangat jelas, orang ini adalah seorang pembunuh yang berlatih ninjutsu Negara Jepara.Apalagi, pria itu mengucapkan bahasa Negara Nusantara dengan kaku. Jadi, sudah dapat dipastikan dia adalah orang Negara Jepara.Apa mungkin Keluarga Hirota yang mengirimnya kemari?'Timbul spekulasi ini dalam hati Ardika.Sejak kembali ke Kota Banyuli, dia tidak pernah berinteraksi dengan orang-orang Negara Jepara.Selain kematian Shimizu belakangan ini ada sedikit hubungan dengannya, untuk sesaat dia tidak bisa menemukan alasan lain mengapa orang Negara Jepara menyerangnya.Setelah berpikir demikian, Ardika hanya bisa berteriak dalam hati, 'Ini nggak adil!'Amir yang mengirim orang untuk menghabisi Shimizu, sama sekali tidak ada hubungannya dengan dirinya.Tidak h
Ardika tiba-tiba merasakan ada aura menakutkan yang telah menguncinya, ancaman yang terasa lebih kuat dibandingkan beberapa penembak di hadapannya ini!"Sayang, hati-hati!"Ardika langsung memeluk Luna yang sudah terlihat pucat pasi tanpa ragu dan menerjang ke arah ruang di antara dua penembak di sebelah kiri."Syuu ... syuu ...."Hampir bertepatan pada saat Ardika menerjang keluar, beberapa buah peluru tiba-tiba melesat dari sekitar tempat itu seperti bintang jatuh, langsung mengarah ke lokasi di mana Ardika dan Luna berdiri tadi.Hanya saja, saat ini Ardika sudah membawa Luna menerjang keluar dari posisi tersebut.Beberapa buah peluru yang melesat seperti bintang jatuh itu, melesat melewati lokasi di mana mereka berdua berdiri tadi dengan cepat. Kecepatan dan kekuatan melesatnya tidak berkurang."Pffttt!"Seiring dengan terdengarnya suara teredam beberapa orang, tiga orang pengawal Keluarga Basuki yang sebelumnya maju untuk mengepung Ardika, langsung terjatuh ke lantai dengan sorot m
"Tuan Besar, setiap kali ada masalah, kamu selalu melempar tanggung jawab, juga bukan baru sekali dua kali. Kami sudah terbiasa.""Kamu ingin keluarga kami menjadi kambing hitam, agar kamu bisa memberi pertanggungjawaban untuk Keluarga Basuki Kota Gamiga, aku bisa mengerti.""Tapi, bagaimanapun juga, kamu juga butuh sedikit bukti, bukan?""Kamu ingin aku mengakui akulah yang membunuh Tuan Anjing tanpa adanya bukti, apa kamu pikir Keluarga Basuki Kota Gamiga sebodoh kamu?"Ardika melontarkan kata-kata ejekan itu tanpa ragu.Menghadapi Tuan Besar Basagita, lansia yang tidak layak dihormati ini, dia sudah sangat lama tidak bersikap hormat dengan pria tua ini."Ardika, dasar bajingan! Berani-beraninya kamu mengataiku bodoh?!"Diejek oleh Ardika di depan banyak orang seperti ini, Tuan Besar Basagita hampir muntah darah saking kesalnya.Dia hanya bisa melampiaskan api amarahnya pada Jacky dan Desi. "Semua ini salah kalian berdua! Dasar pecundang! Bisa-bisanya kalian membiarkan menantu benalu