"Hal ini bisa menjadi membuktikan ucapan pengawal mengenai Lucien telah menjadi peneliti senior laboratorium departemen tim tempur adalah kenyataan.""Latar belakang tim tempur Raka jauh lebih kuat daripada yang kita bayangkan.""Jelas-jelas itu adalah laboratorium peralatan tim tempur Kota Banyuli, tapi kesannya seperti rumahnya saja! Dia bisa mengunjungi tempat itu dan mengambil barang dari tempat itu sesuka hatinya!"Ekspresi ketakutan terpampang jelas di wajah kepala keluarga tiga keluarga besar.Namun, sesungguhnya saat ini hati mereka diliputi oleh penyesalan.Dari awal, tiga keluarga sudah tahu Raka memiliki latar belakang di tim tempur. Hanya saja, mereka masih berani "bermain api".Kalau mereka tahu akan berakhir seperti ini, mereka tidak akan memerintahkan Perusahaan Logistik Banyuli untuk merebut peralatan Grup Bintang Darma.Sekarang, Kiro sudah ditangkap. Bisnis logistik tiga keluarga besar di Kota Banyuli pasti juga akan mengalami pembersihan.Terlepas dari kerugian besar
Acara peresmian jabatan dimajukan menjadi besok dan lokasi penyelenggaraan acaranya diganti menjadi di Vila Pelarum?Tidak hanya Oliver yang tercengang, Jesper dan Dion juga tercengang.Tadi mereka masih sedang mengeluh mengapa acara peresmian jabatan Thomas tidak dimajukan dua hari.Pada akhirnya, Thomas langsung mengabulkan keinginan mereka.Ibarat seseorang yang sudah mengantuk dan ingin tidur diberikan bantal, baru saja keinginan mereka diwujudkan oleh Thomas!Ini yang dinamakan dengan senang!Luar biasa senang!Bahkan tiga kata ini tidak cukup untuk menggambarkan perasaan kepala keluarga tiga keluarga besar saat ini!"Pak Doni, tolong beri tahu Kapten Thomas."Oliver berkata dengan senang sekaligus bersemangat, "Keluarga Lukito pasti akan mempersiapkan acara peresmian jabatan Kapten Thomas besok dengan baik! Kami berjanji akan memberikan kesan 'rumah' bagi Kapten Thomas ketika dia berkunjung ke Vila Pelarum!"Sebelumnya, Raka sempat memerintahkan Keluarga Lukito untuk pindah dari
Karena mulut sial Ardika, kemarin Doni dihukum untuk menulis aturan menjaga rahasia sebanyak dua ratus kali.Hingga sekarang, tangannya masih terasa pegal.Dia ingin sekali tiga keluarga besar membantunya untuk membalas dendam, tentu saja dia tidak ingin membantu Ardika.Dengan seulas senyum canggung tersungging di wajahnya, Desi berkata, "Ya, kamu benar. Kami memang nggak berhak untuk berdamai dengan tiga keluarga besar. Kami hanya ingin memohon pengampunan mereka."Doni berkata dengan ekspresi datar, "Tiga keluarga besar hanya mengundangku dan keluargaku. Apa kamu pikir kami bisa membawa sembarang orang untuk menghadiri perjamuan penting dan berkelas seperti ini?"Amanda tidak tega melihat kakaknya terjebak dalam situasi canggung."Doni, dengan mempertimbangkan aku, bantulah kakakku. Coba kamu hubungi dan tanyakan kepada tiga keluarga besar terlebih dahulu. Bagaimana kamu bisa tahu mereka nggak setuju sebelum menanyakannya?"Futari juga meraih lengan Doni dan membujuk ayahnya dengan
"Pak Doni, selamat datang, selamat datang ...."Setelah mengetahui bahwa Doni sekeluarga telah tiga, kepala keluarga tiga keluarga besar secara khusus membawa anggota keluarga mereka untuk menyambut kedatangan Doni sekeluarga.Mereka benar-benar memperlakukan Doni dengan penuh hormat.Tentu saja Doni merasa terkejut diperlakukan seperti itu. Dia buru-buru berkata, "Semuanya, ini adalah anggota keluargaku. Aku perkenalkan terlebih dahulu kepada kalian ...."Kemudian, dia memperkenalkan satu per satu dari anggota keluarganya kepada tiga keluarga besar.Kepala keluarga tiga keluarga besar menyambut keluarga Doni dengan ramah.Pada akhirnya, Doni berusaha tetap bersabar dan memperkenalkan Ardika kepada tiga keluarga besar. "Orang yang terakhir adalah Ardika. Dia adalah suami dari keponakanku ....""Ardika?"Sebelum Doni menyelesaikan kalimatnya, ekspresi kepala keluarga tiga keluarga besar langsung berubah drastis!Oliver memelototi Ardika dan berkata dengan gigi terkatup, "Berani-beraniny
"Ardika, kamu harus menjadi pelayan di Keluarga Lukito seumur hidupmu untuk menebus kesalahanmu itu!"Karena masalah Melia menjadi pelayan, Keluarga Lukito sudah menjadi bahan tertawaan orang lain.Jesper juga berkata dengan amarah meluap-luap, "Renaldi adalah anak tunggal sekaligus generasi muda unggul Keluarga Hamdani. Tapi, kamu malah memukulnya sampai-sampai dia dalam kondisi nggak sadarkan diri. Dasar nggak tahu malu! Bisa-bisanya kamu mengharapkan pengampunan dariku!""Selain itu, Handi, putraku juga sudah kamu patahkan kakinya. Saat ini, putraku masih berbaring di bangsal dan menanti untuk diamputasi. Dia harus terus disuntik pereda rasa sakit baru rasa sakitnya bisa sedikit berkurang."Amarah Dion juga sudah memuncak. Dia mengentakkan kakinya dan berteriak dengan marah, "Aku benar-benar ingin membunuhmu untuk melampiaskan amarah dalam hatiku!"Dendam yang sudah tersimpan jauh dalam lubuk hati mereka dan menyesakkan dada mereka itu, bagaimana mungkin hanya dengan Ardika berlutut
Dua keluarga itu diusir dari Vila Pelarum, ekspresi kecewa sekaligus sedih terpampang jelas di wajah mereka."Dasar idiot! Harus kuakui saat penyakitmu kumat, kamu benar-benar sangat 'hebat'!""Karena kamu, aku bahkan juga sudah menyinggung tiga keluarga besar! Aku benar-benar ingin membunuhmu sekarang juga!" teriak Doni pada Ardika yang amarahnya sudah meluap-luap."Plak!"Saking emosinya, Desi langsung melayangkan tamparan ke wajah Ardika."Apa kamu benar-benar ingin kami sekeluarga ikut mati bersamamu?!"Berbeda dari biasanya, setelah melontarkan satu kalimat itu, Desi tidak mengucapkan sepatah kata pun lagi.Biasanya, dia pasti sudah memaki Ardika panjang lebar.Namun, sekarang, dia benar-benar sudah kehilangan kata-kata.Tindakan Ardika bahkan sudah tidak bisa dideskripsikan dengan kata keterlaluan lagi.Tidak peduli bagaimanapun caranya memarahi menantu idiotnya itu, sudah tidak ada artinya lagi.Luna berkata dengan dingin, "Ardika, aku nggak menyangka, selain karena Renaldi bern
"Eh ... ini ...."Mendengar ucapan adik sepupunya itu, bulir-bulir keringat dingin langsung bercucuran di sekujur tubuh Thomas.Untung saja, Tina adalah sahabat Luna, jadi atasannya tidak akan mempermasalahkan ucapan adik sepupunya itu.Namun, hanya karena beberapa patah kata lancang yang diucapkan oleh Tina barusan, mungkin dia harus menjaga jarak aman dengan adik sepupunya itu."Kenapa? Ada masalah?" kata Tina dengan tidak senang.Thomas berkata, "Aku nggak bisa memengaruhi apa yang ingin dilakukan oleh Tuan Dewa Perang. Aku juga nggak berani melakukannya. Jadi, aku nggak bisa membantumu."Tak lama kemudian, Luna menerima panggilan telepon dari Tina. Tina menyampaikan maksud Thomas kepada sahabatnya itu.Hati Luna sedikit diliputi keputusasaan.Tidak tega melihat sahabatnya terjebak dalam posisi sulit dan berbahaya seperti itu, Tina membantu Luna memikirkan solusi. "Sekarang, satu-satunya cara adalah memikirkan cara agar Ardika bisa berpartisipasi dalam acara peresmian jabatan Thomas
"Siapa bilang aku mau memohon bantuanmu?" kata Ardika dengan acuh tak acuh.Dia tidak menyangka ternyata Luna membawanya datang menemui Liander untuk memohon bantuan pria itu.Hal ini benar-benar konyol baginya. Seorang Dewa Perang memohon bantuan pada Liander? Sungguh konyol!Ekspresi Luna sedikit berubah.Karena takut Ardika menyinggung Liander lagi, dia menendang kaki Ardika di bawah meja."Mulai lagi, mulai lagi. Jelas-jelas kamu membutuhkan bantuanku."Untung saja, Liander tidak mempermasalahkan hal itu. Dia hanya beranggapan bahwa Ardika enggan menurunkan harga dirinya.Saat ini, seorang pelayan restoran berjalan menghampiri Liander dan bertanya, "Tuan, mau pesan apa?"Liander tersenyum dan berkata, "Seteko teh, terima kasih."Tak lama kemudian, pelayan pun menyuguhkan seteko teh di meja mereka, lalu membagikan tiga gelas di hadapan ketiga orang itu dan bersiap untuk menuangkan teh."Tunggu."Liander mengangkat lengannya untuk menghentikan pelayan itu. Kemudian, dia mengalihkan p