"Pak Doni, selamat datang, selamat datang ...."Setelah mengetahui bahwa Doni sekeluarga telah tiga, kepala keluarga tiga keluarga besar secara khusus membawa anggota keluarga mereka untuk menyambut kedatangan Doni sekeluarga.Mereka benar-benar memperlakukan Doni dengan penuh hormat.Tentu saja Doni merasa terkejut diperlakukan seperti itu. Dia buru-buru berkata, "Semuanya, ini adalah anggota keluargaku. Aku perkenalkan terlebih dahulu kepada kalian ...."Kemudian, dia memperkenalkan satu per satu dari anggota keluarganya kepada tiga keluarga besar.Kepala keluarga tiga keluarga besar menyambut keluarga Doni dengan ramah.Pada akhirnya, Doni berusaha tetap bersabar dan memperkenalkan Ardika kepada tiga keluarga besar. "Orang yang terakhir adalah Ardika. Dia adalah suami dari keponakanku ....""Ardika?"Sebelum Doni menyelesaikan kalimatnya, ekspresi kepala keluarga tiga keluarga besar langsung berubah drastis!Oliver memelototi Ardika dan berkata dengan gigi terkatup, "Berani-beraniny
"Ardika, kamu harus menjadi pelayan di Keluarga Lukito seumur hidupmu untuk menebus kesalahanmu itu!"Karena masalah Melia menjadi pelayan, Keluarga Lukito sudah menjadi bahan tertawaan orang lain.Jesper juga berkata dengan amarah meluap-luap, "Renaldi adalah anak tunggal sekaligus generasi muda unggul Keluarga Hamdani. Tapi, kamu malah memukulnya sampai-sampai dia dalam kondisi nggak sadarkan diri. Dasar nggak tahu malu! Bisa-bisanya kamu mengharapkan pengampunan dariku!""Selain itu, Handi, putraku juga sudah kamu patahkan kakinya. Saat ini, putraku masih berbaring di bangsal dan menanti untuk diamputasi. Dia harus terus disuntik pereda rasa sakit baru rasa sakitnya bisa sedikit berkurang."Amarah Dion juga sudah memuncak. Dia mengentakkan kakinya dan berteriak dengan marah, "Aku benar-benar ingin membunuhmu untuk melampiaskan amarah dalam hatiku!"Dendam yang sudah tersimpan jauh dalam lubuk hati mereka dan menyesakkan dada mereka itu, bagaimana mungkin hanya dengan Ardika berlutut
Dua keluarga itu diusir dari Vila Pelarum, ekspresi kecewa sekaligus sedih terpampang jelas di wajah mereka."Dasar idiot! Harus kuakui saat penyakitmu kumat, kamu benar-benar sangat 'hebat'!""Karena kamu, aku bahkan juga sudah menyinggung tiga keluarga besar! Aku benar-benar ingin membunuhmu sekarang juga!" teriak Doni pada Ardika yang amarahnya sudah meluap-luap."Plak!"Saking emosinya, Desi langsung melayangkan tamparan ke wajah Ardika."Apa kamu benar-benar ingin kami sekeluarga ikut mati bersamamu?!"Berbeda dari biasanya, setelah melontarkan satu kalimat itu, Desi tidak mengucapkan sepatah kata pun lagi.Biasanya, dia pasti sudah memaki Ardika panjang lebar.Namun, sekarang, dia benar-benar sudah kehilangan kata-kata.Tindakan Ardika bahkan sudah tidak bisa dideskripsikan dengan kata keterlaluan lagi.Tidak peduli bagaimanapun caranya memarahi menantu idiotnya itu, sudah tidak ada artinya lagi.Luna berkata dengan dingin, "Ardika, aku nggak menyangka, selain karena Renaldi bern
"Eh ... ini ...."Mendengar ucapan adik sepupunya itu, bulir-bulir keringat dingin langsung bercucuran di sekujur tubuh Thomas.Untung saja, Tina adalah sahabat Luna, jadi atasannya tidak akan mempermasalahkan ucapan adik sepupunya itu.Namun, hanya karena beberapa patah kata lancang yang diucapkan oleh Tina barusan, mungkin dia harus menjaga jarak aman dengan adik sepupunya itu."Kenapa? Ada masalah?" kata Tina dengan tidak senang.Thomas berkata, "Aku nggak bisa memengaruhi apa yang ingin dilakukan oleh Tuan Dewa Perang. Aku juga nggak berani melakukannya. Jadi, aku nggak bisa membantumu."Tak lama kemudian, Luna menerima panggilan telepon dari Tina. Tina menyampaikan maksud Thomas kepada sahabatnya itu.Hati Luna sedikit diliputi keputusasaan.Tidak tega melihat sahabatnya terjebak dalam posisi sulit dan berbahaya seperti itu, Tina membantu Luna memikirkan solusi. "Sekarang, satu-satunya cara adalah memikirkan cara agar Ardika bisa berpartisipasi dalam acara peresmian jabatan Thomas
"Siapa bilang aku mau memohon bantuanmu?" kata Ardika dengan acuh tak acuh.Dia tidak menyangka ternyata Luna membawanya datang menemui Liander untuk memohon bantuan pria itu.Hal ini benar-benar konyol baginya. Seorang Dewa Perang memohon bantuan pada Liander? Sungguh konyol!Ekspresi Luna sedikit berubah.Karena takut Ardika menyinggung Liander lagi, dia menendang kaki Ardika di bawah meja."Mulai lagi, mulai lagi. Jelas-jelas kamu membutuhkan bantuanku."Untung saja, Liander tidak mempermasalahkan hal itu. Dia hanya beranggapan bahwa Ardika enggan menurunkan harga dirinya.Saat ini, seorang pelayan restoran berjalan menghampiri Liander dan bertanya, "Tuan, mau pesan apa?"Liander tersenyum dan berkata, "Seteko teh, terima kasih."Tak lama kemudian, pelayan pun menyuguhkan seteko teh di meja mereka, lalu membagikan tiga gelas di hadapan ketiga orang itu dan bersiap untuk menuangkan teh."Tunggu."Liander mengangkat lengannya untuk menghentikan pelayan itu. Kemudian, dia mengalihkan p
Melihat Luna yang bersedih masih harus memohon padanya dengan nada bicara yang lembut, Liander merasa simpati pada Luna sekaligus memandang rendah Ardika.Pecundang yang tidak bisa apa-apa, tetapi bertemperamen buruk seperti Ardika sama sekali tidak layak untuk wanita sebaik Luna!Liander melambaikan tangannya dan berkata, "Sudahlah, aku nggak perlu meminum teh lagi. Mari kita bicarakan saja intinya.""Oke."Luna tertegun sejenak, lalu berkata, "Aku dengar Tuan Muda Liander sudah berhasil mendapatkan tiket masuk untuk menghadiri acara peresmian jabatan Kapten Thomas besok. Aku ingin meminta bantuan Tuan Muda Liander untuk memperkenalkan relasi untuk mendapatkan tiket masuk."Liander langsung melambaikan tangannya dan berkata, "Itu sama sekali nggak ada harapan lagi.""Ah? Kenapa?" tanya Luna dengan bingung, ekspresinya tampak cemas."Karena ini adalah acara anggota tim tempur. Kali ini, orang-orang luar yang bisa menghadiri acara ini sangat terbatas."Liander berkata, "Dua hari yang la
Sebelumnya, Luna memperoleh dana investasi sebesar lebih dari empat triliun dari berbagai perusahaan, belakangan ini sebagian besar dari dana tersebut sudah diinvestasikan.Saat ini, dana yang dimiliki Grup Perfe sangat terbatas.Liander berkata, "Kalau begitu, begini saja, Bu Luna bisa menggunakan sebagian saham Grup Perfe untuk menggantikannya."Setelah ragu sejenak, Luna tetap menyetujui saran Liander demi menyelamatkan Ardika.Pada akhirnya, dia mengeluarkan dua puluh persen dari saham Grup Perfe yang dimilikinya, lalu mengalihkannya kepada Liander.Akhir-akhir ini, Liander sangat kebosanan di Kota Banyuli, jadi dia pun mendaftarkan sebuah perusahaan.Selain berhasil menjadikan Ardika sebagai pelayannya, dia juga berhasil memperoleh saham Grup Perfe.Liander benar-benar meraih keuntungan yang besar.Setelah janjian sore nanti akan ke Grup Perfe untuk menandatangani surat pengalihan saham, pria itu pun meninggalkan restoran dengan senang.Melihat Luna sudah meninggalkan restoran, Ar
"Kerry, Gisel, James, Herman, Jimmy, Yudis ...."Ardika berkata, "Beri tahu orang-orang yang kusebut ini untuk hadir di Vila Pelarum besok."Kerry, Gisel dan Aditia, tiga orang ini telah bersengkongkol dengan Handi untuk memaksa Delvin melompat turun dari atas gedung Grup Bintang Darma.Aditia sudah ditangkap, sedangkan dua orang lainnya masih menikmati kebebasan mereka.Sementara itu, James, Herman dan yang lainnya adalah teman lama Ardika, Luna dan Delvin.Beberapa tahun yang lalu.Setelah menerima instruksi dari Tony, orang-orang itu beserta Arini, Jenny dan yang lainnya menuduh Delvin melakukan kecurangan.Tindakan mereka itu menyebabkan Delvin dikeluarkan dari sekolah.Saat Asosiasi Bahan Bangunan hancur, beberapa orang itu sudah ditangkap oleh pihak kepolisian.Karena terlibat dalam kasus Tony, di bawah paksaan Bintang Muda Kota Banyuli, Jenny melompat turun dari gedung Grup Susanto Raya dan langsung tewas di tempat.Sementara itu, beberapa orang lainnya sudah dibebaskan.Di hari