"Betul. Kenapa kalau kami mengancammu?"Lukman menatap Luna sambil berkata, "Luna, coba pikirkan baik-baik. Kalau kami bertiga pergi, proyek ini akan berhenti. Dalam waktu singkat, kamu nggak akan bisa menemukan orang untuk menggantikan kami. Ckck. Mungkin saja dua hari lagi, direktur utama akan mempersilakan dua direktur lainnya kembali."Dua orang direktur yang dimaksud tentu saja adalah Yanto dan Wisnu. Menurut mereka, ikut Yanto dan Wisnu lebih enak.Bisa korupsi bersama tentu saja lebih enak."Sudahlah, ayo pergi. Sepertinya dia memang nggak membutuhkan kita, ayo tulis surat pengunduran diri."Sambil bersiul, Aripin memainkan mata ke arah dua orang lainnya, lalu bersiap untuk pergi."Kalian ...."Luna sangat marah dan juga tak berdaya. Tiga orang itu memegang kelemahan Luna.Pada saat ini, pintu ruangan pun terbuka dan seseorang berjalan masuk."Sayang, kalau mereka ingin mengundurkan diri, biarkan mereka pergi saja. Tanpa mereka, dunia tetap harus berputar.""Ardika, jangan menga
Kak Gita, aku adalah Lukman. Kita pernah bertemu di acara asosiasi sebelumnya. Kita sempat berfoto setelah kamu mendapatkan penghargaan."Pak Mario, saya sangat mengidolakanmu ...."Lukman dan Roy juga segera mendekat.Kalau tiga orang hebat ini bisa tertarik pada mereka, kemudian mengajak mereka masuk ke Grup Sentosa Jaya, mereka pasti akan kaya."Maaf, kami datang untuk wawancara. Jangan mengganggu kami, ok?"Aripin dan dua orang lainnya tercengang. Dia lalu berkata, "Wawancara? Bukankah kalian baru pindah ke Grup Sentosa Jaya?""Kami sudah mengundurkan diri dari Grup Sentosa Jaya."Mengundurkan diri dari Grup Sentosa Jaya dengan aset puluhan triliun itu?Apa yang terjadi?Namun, mereka bilang datang wawancara. Kenapa datang ke Kompleks Prime Melati?Zico melewati mereka, lalu datang ke hadapan Luna."Bu Luna, saya datang untuk wawancara posisi manajer proyek Kompleks Prime Melati. Ini CV saya, mohon dilihat dulu.""Bu Luna, saya Gita Lutawan. Saya datang untuk wawancara posisi manaj
"Apa? Kamu yang mengusir kami, tapi malah meminta kami tanda tangan surat perjanjian."Aripin dan yang lainnya langsung marah.Awalnya, mereka ingin segera pergi melamar pekerjaan di perusahaan saingan Grup Agung Makmur.Dengan rahasia bisnis Grup Agung Makmur di tangan mereka, selain bisa memberikan pukulan kepada Luna, mereka juga akan digaji tinggi.Kalau mereka tanda tangan perjanjian anti persaingan sehingga terikat oleh hukum, mereka tidak bisa melakukan apa pun lagi."Kalian nggak mau tanda tangan?"Ardika menyipitkan matanya."Kami nggak mau, memangnya kenapa?"Aripin dan yang lainnya segera berjalan pergi.Ekspresi Luna langsung menjadi masam. Dia melihat jelas kebencian di mata mereka bertiga, mereka pasti akan membalas dendam kepada Grup Agung Makmur.Lalu pada saat ini, Ardika tiba-tiba mengangkat ponselnya."Tangkap mereka!"Setelah itu, beberapa petugas kepolisian yang berada di luar langsung berlari masuk."Aripin, Lukman, Roy, kalian bertiga dicurigai melakukan kegiatan
Mereka tidak menyangka masalah akan menjadi seperti ini."Gawat, gawat. Begitu menjabat, wanita ini langsung menangkap kerabat kita. Kalau dia mengambil alih Grup Agung Makmur, keluarga kita nggak akan sanggup bertahan di bawah tekanannya dan harus patuh."Setelah mendengar ucapan Wisnu, ekspresi seluruh anggota keluarga menjadi pucat.Di matanya, Luna hanya bekerja untuk keluarga mereka dan merupakan alat terkuat.Mereka hanya ingin memanfaatkan Luna tanpa memberinya keuntungan. Selain itu, kalau terjadi sesuatu, mereka juga akan melemparkan tanggung jawab kepadanya.Kalau Luna malah bertindak semena-mena, mereka tidak akan sanggup menghadapinya.Yanto berpikir secara kritis.Keluarga mereka melakukan banyak hal kotor di Grup Agung Makmur.Setelah Luna mengambil alih perusahaan, jangan-jangan mereka juga akan ditangkap!Dia memandang Wulan dengan ketakutan sambil berkata, "Wulan, cepat hubungi David, sekarang hanya Keluarga Buana yang bisa membantu kita!"Dia lebih memilih untuk menye
Desi makin menggebu-gebu. Dia mulai memukul dan menendang Ardika untuk mengusir Ardika dari Vila Cakrawala."Ardika, keluarlah dulu. Mari bicara setelah aku menenangkan Ibu."Karena tidak berdaya menghadapi Desi, Luna terpaksa menyuruh Ardika keluar dulu.Ardika keluar sambil menahan amarahnya.Sesampai di luar, Ardika langsung menelepon Jesika dan berkata dengan nada dingin, "Apa yang terjadi di Hotel Puritama? Mereka bilang orang yang memesan Hall Utopia bukan aku, mereka salah mengenali orang!"Jesika yang berada di ujung lain telepon dapat merasakan amarahnya yang membara."Pak, aku kurang teliti dalam bekerja. Aku akan segera mencari tahu kebenaran dan melaporkannya padamu."Ardika menutup telepon, lalu menyalakan rokok sambil menunggu dengan ekspresi datar.Lima menit kemudian, Jesika meneleponnya."Pak, sudah kuselidiki. Setelah Bapak meninggalkan Hotel Puritama sore tadi, Pak Yono langsung membuang Bu Desi ke jalanan. Katanya, Peter yang memerintahkannya untuk melakukan ini."J
"Desi, apa dia calon menantumu? Di hari bahagia seperti ini, jangan marah-marah."Teman-teman lama dari luar kota tidak tahu bahwa Luna sudah menikah, jadi mereka memandang Ardika dengan penasaran.Mereka mengira Desi memperlakukan Ardika seperti itu karena Ardika adalah pacarnya Luna.Desi mendengus dingin sambil berkata, "Jangan asal bicara, dia nggak ada hubungan apa pun dengan keluarga kami!""Selamat, Bibi. Hari ini Bibi cantik sekali!"Pada saat ini, Peter yang mengenakan jas mewah berjalan mendekat."Peter sungguh pandai berbicara, Bibi sudah tua."Melihat Peter, Desi langsung tersenyum sambil menggandeng lengannya dengan ramah."Desi, ini calon menantumu, ya? Kalian akrab sekali."Beberapa teman lama itu memandang Peter.Sikap mereka seolah-olah menunjukkan bahwa pemuda yang tampak kaya ini lebih cocok menjadi pacar Luna."Namanya Peter, dia anak yang sangat baik. Hotel Puritama ini milik keluarganya."Namun, kali ini Desi tidak membenarkan maupun menyangkal, dia malah memperke
"Kenapa kamu diam-diam mengadu domba lagi? Apa lagi yang bisa kamu lakukan selain berbohong?"Desi memelototi Ardika dengan galak.Kalau bukan karena dia tidak ingin membesarkan masalah dan mempermalukan diri sendiri hingga teman-teman lamanya tahu bahwa Ardika adalah menantunya, dia sudah mengusir Ardika."Bibi Desi, jangan marah. Pesta masih berlangsung, Bibi harus senang-senang. Jangan biarkan dia memengaruhi suasana hati Bibi."Peter berlagak baik lagi.Namun, Desi malah mendengarkan Peter. Dia mengabaikan Ardika sambil berkata, "Peter, pesta akan segera dimulai. Pergilah ke atas panggung untuk mewakili bibi mengucapkan beberapa kata. Bibi nggak pandai berbicara, nanti malah ditertawakan orang."Peter tertegun sejenak sebelum bergembira.Bisa-bisanya Desi menyuruhnya mewakili Luna berpidato, dia memahami maksud Desi."Bu, Peter bukan anggota keluarga kita, bagaimana bisa dia yang berpidato? Aku atau Ardika bisa mewakili Ibu."Luna sangat panik.Desi memelototinya sambil berkata, "D
Mendengar ucapan ini, preman berambut pirang itu langsung menatap Hendy dengan galak."Dasar pria gendut, beraninya kamu membodohiku dengan ruangan kelas rendah. Kurasa kamu sudah bosan hidup, ya? Cepat siapkan Hall Utopia untuk kami!"Dalam sekejap, wajah Luna sekeluarga dan para tamu pun memucat. Semuanya segera berdiri."Ada apa dengan Desi? Bisa-bisanya merayakan pesta di tempat buruk seperti ini, belum makan saja sudah diusir ...."Beberapa orang mulai mengeluh.Ketika Desi mendengar ini, dia merasa sangat malu. Bagaimana mungkin dia tahu akan terjadi hal seperti ini?Dia memberanikan diri untuk menghampiri para preman itu, lalu berkata, "Saudara sekalian, keluarga kami menghabiskan banyak uang untuk mengadakan pesta pindah rumah di sini. Kalian makanlah di tempat lain ....""Plak!"Preman berambut pirang itu langsung menamparnya. "Jangan berbasa-basi denganku, pergi sana!"Desi mundur dengan ketakutan."Bu!"Luna segera berlari ke arah ibunya, begitu pula dengan Ardika. Dia menat
Sekarang, sudah ada banyak orang yang tahu, Pedang Ular Gelap, senjata suci Organisasi Snakei jatuh ke tangan Ardika.Karena hal ini, Organisasi Snakei bahkan sudah melakukan pergerakan besar. Ketua cabang Organisasi Snakei Gotawa, Chamir, sudah mengeluarkan pernyataan secara pribadi, meminta Ardika untuk pergi ke Kota Sewo dan mengantarkan Pedang Ular Gelap dalam tiga hari. Selain itu, Ardika juga harus berlutut memohon pengampunan.Semua orang sedang menunggu tanggapan dari Ardika.Kali ini Ardika sudah bertemu dengan lawan yang sulit dihadapi.Organisasi Snakei.Dua kata ini saja sudah bisa membuat banyak orang ketakutan setengah mati!Bagi banyak orang, tanpa perlu tiga hari, Ardika akan pergi ke Kota Sewo dengan patuh, lalu berlutut di hadapan Chamir dengan patuh, menyerahkan Pedang Ular Gelap kembali.Namun ....Tepat pada saat ini, malah ada orang yang menghubungi beberapa organisasi lelang besar, ingin melelang Pedang Ular Gelap!Dalam hati semua orang, langsung muncul nama ses
"Jadi, Chamir sengaja meminta Organisasi Snakei menyebarluaskan hal itu karena dia sudah memasang jebakan untukmu.""Pelatih, kalau kamu ke sana, dia pasti akan menggunakan segala macam cara untuk menyerangmu.""Kalau kamu nggak pergi, kesannya kamu takut padanya."Draco menganggukkan kepalanya dan menimpali. "Ya, benar. Anjing tua itu membuat perencanaan sempurna ini. Sungguh mengesalkan!"Mereka sudah bisa membaca rencana licik Chamir.Namun, ekspresi mereka tampak sangat tenang, bahkan sedikit acuh tak acuh.Bagi mereka, Chamir bukanlah apa-apa.Karena biarpun Ardika pergi ke Kota Sewo, meluluhlantakkan cabang Organisasi Snakei Gotawa adalah hal yang mudah baginya.Di hadapan kekuatan absolut, perencanaan jahat apa pun tidak ada gunanya."Kalau begitu, apakah Pelatih akan pergi ke Kota Sewo?" tanya Thomas dengan nada bicara penuh harap.Ardika sudah sangat lama tidak melakukan pergerakan besar.Dia sangat ingin melihat Ardika pergi ke Kota Sewo dan meluluhlantakkan cabang Organisasi
Wanita itu menatap Wirhan dengan tatapan kagum.Hanya dengan tindakan santai Wirhan, situasi sudah berkembang sesuai keinginannya.Membuat pengaturan, membunuh orang dari jarak jauh.Kata-kata ini bukan hanya sanjungan.Pria yang cerdas dan bijaksana ini, tidak salah lagi adalah ahlinya empat tuan muda Kota Gamiga.Dalam hatinya, seperti inilah pria yang sempurna.Wirhan tersenyum penuh arti. "Aku harap Ardika nggak akan mati semudah itu. Nggak mudah untuk menemukan seseorang yang bisa membuatku sedikit berminat. Kalau dia mati begitu saja, sedikit disayangkan."...Area tim tempur Kota Banyuli, Kediaman Komandan.Ardika sedang minum alkohol bersama Draco dan Thomas.Saat masih berada di medan perang, setiap kali peperangan berakhir, Ardika akan mengadakan perjamuan untuk minum-minum bersama rekan-rekannya, merilekskan diri.Dia bukanlah tipe orang yang arogan. Sebaliknya, dia sering berinteraksi dengan anak buahnya.Di luar tugas resmi, rekan-rekannya juga tidak akan menjauh darinya k
Hanko menceritakan dengan detail kejadian kala itu.Saat dia mengatakan dia dikalahkan oleh Ardika hanya dengan satu tamparan, ekspresi Chamir juga berubah.Walaupun dia sudah memprediksi kekuatan Ardika, tetapi dia tetap merasa sedikit terkejut."Pak Chamir, kal ini cabang Gotawa mengalami kerugian besar, nggak ada yang bisa menundukkan Ardika. Hanya dengan Pak Chamir turun tangan sendiri, baru bisa menghabisi Ardika dan merebut Pedang Ular Gelap kembali!""Selain itu, Ardika juga sudah bilang, kecuali Pak Chamir pergi secara pribadi, kalau hanya mengirim orang lain ke sana lagi, lain kali dia akan langsung membunuh orang itu!"Hanko berusaha keras membangkitkan semangatnya dan melontarkan kata-kata itu dengan suara dalam.Dia sudah tidak sabar ingin melihat Chamir menghabisi Ardika. Tidak hanya menyingkirkan musuh besar ini, tetapi juga membuka simpul dalam hatinya.Selama Ardika belum mati, mungkin dia tidak akan berani menginjakkan kaki ke Kota Banyuli lagi.Chamir mendengus, lalu
Thomas hanya tersenyum getir tanpa berbicara lagi.Dia tahu Ardika pasti bukan hanya sekadar omong saja.Selama hal itu tidak bisa diterima olehnya, tidak peduli siapa yang menghalanginya, atau apa latar belakang orang itu, tetap tidak akan ada yang bisa menghentikannya.Orang-orang seperti mereka justru tunduk padanya karena hal-hal ini.Memangnya kenapa kalau menghabisi seluruh Organisasi Snakei?Saat orang-orang lainnya mendengar ucapan mengintimidasi Ardika ini, hati mereka terguncang.Sebenarnya dari mana kepercayaan diri bocah ini?Apakah dia tahu apa yang sedang dikatakannya?Ardika tidak memedulikan orang-orang lainnya, dia menggunakan ujung pedang yang masih meneteskan darah untuk menepuk-nepuk wajah Hanko. "Aku mengampuni nyawamu. Cepat kembalilah, beri tahu Chamir, kalau mau mencari masalah, datang sendiri ke Kota Banyuli, temui aku. Jangan kirim 'anak-anak ular' untuk menggangguku lagi.""Sekarang aku hanya memotong lenganmu. Kalau sampai terulang lagi, aku akan menggorok l
Hanko benar-benar merasa hal ini adalah hal yang mustahil.Ada banyak ahli bela diri di Organisasi Snakei, tetapi dia tidak pernah mengalami hal di luar nalar seperti ini, dia juga tidak pernah bertemu dengan orang ajaib seperti ini.Satu tamparan.Hanya satu tamparan saja.Sudah membuatnya kehilangan daya tempurnya sepenuhnya.Terlebih lagi, kekuatan tamparan ini juga seakan-akan di luar nalar.Hanya sedikit kekuatan saja, tetapi kekuatan itu seolah-olah bisa dikendalikan oleh orang lain, membuat sendi pergelangan tangan, siku dan bagian bahunya langsung patah.Namun, bagian-bagian tubuhnya yang lain tidak terluka parah.Saat ini, Hanko sudah merasakan perbedaan dirinya dengan Ardika.Hanya dengan satu tamparan santai dari Ardika, lawannya itu sudah bisa mematahkan kesombongan dan kepercayaan dirinya, juga membuatnya merasakan segala sesuatu seperti di luar nalar.Mungkin, di cabang Organisasi Snakei Gotawa, hanya sang ketua, yaitu Chamir turun tangan sendiri, baru bisa mengalahkan Ar
Melihat Ardika yang tetap berdiri mematung di tempat seolah-olah sudah ketakutan setengah mati dan lupa melakukan perlawanan, Tisya, Charles dan yang lainnya menyunggingkan seulas senyum dingin.Saat membual, sangat hebat.Namun, ketika sudah saatnya untuk menunjukkan kemampuan, saat itulah baru terlihat siapa yang kuat dan siapa yang lemah."Pecundang, mati saja kamu!"Hanko juga menyunggingkan seulas senyum ganas.Ardika yang tetap bergeming itu, tidak membuatnya berpikiran untuk berbelas kasihan.Dalam lubuk hatinya, sejak Ardika memprovokasinya, Ardika sudah mati."Mati?"Tepat pada saat ini, akhirnya Ardika bergerak.Sesuai dengan janjinya, dia hanya menggunakan satu lengan.Dalam sekejap, dia mengangkat satu lengannya, lalu melayangkan pukulan beruntun ke arah lengan Hanko yang telah ditariknya."Plak ... plok ... plak ... plok ..."Dengan iringan bunyi itu, lengan Hanko yang tadinya mengarah ke depan, tiba-tiba menjadi lemas dan terkulai ke bawah. Ekspresi kesakitan diwarnai sed
"Dengan mempertimbangkan kamu sudah dihajar oleh Thomas, aku bisa mengalah darimu dengan menggunakan satu tangan saja. Kalau aku menggunakan dua tangan, aku akan kalah. Aku nggak akan mempermasalahkan hal ini lagi.""Bagaimana?"Mendengar nada bicara santai Ardika, api amarah tampak membara di mata Hanko."Ardika, kamu begitu arogan, apa kamu nggak takut mati?" katanya sambil menggertakkan giginya.Dia tahu sebelumnya Ardika mengalahkan Vita dengan satu tamparan.Hal ini sudah tersebar luas di cabang Organisasi Snakei Gotawa.Namun, menurut Hanko, kali ini Vita bisa kalah karena terlalu meremehkan musuh dan gegabah.Dia tahu jelas kepribadian Vita.Wanita itu sangat arogan dan meninggikan diri sendiri.Bagaimana mungkin dia menganggap serius seorang menantu benalu yang hanya bisa menuangkan air cuci kaki seperti Ardika?Karena itulah, Vita baru bisa kalah dengan begitu mengenaskan seperti pengecut, menjadi bahan tertawaan di Organisasi Snakei.Sementara itu, Hanko sendiri beranggapan d
"Dasar nggak tahu diri! Memangnya kamu pikir kamu bisa memprovokasi Organisasi Snakei?"Tisya terlihat seperti sedang mengejek Ardika, tetapi sesungguhnya dia sedang memanas-manasi situasi.Dia ingin sekali Ardika benar-benar bermusuhan dengan Organisasi Snakei, mengharapkan perseteruan ini kian memanas.Tisya sangat membenci Ardika.Menantu benalu yang satu ini tidak hanya mencelakai putranya, Elsen, ditangkap, tetapi juga sudah merusak rencananya berkali-kali.Hari ini, karena Ardika, dia ditampar dan dikatai selir oleh Thomas di depan banyak orang.Bagi Tisya yang selama ini menganggap dirinya sendiri terhormat, penghinaan seperti ini jauh lebih sulit diterimanya dibandingkan kematian.Namun, dia tidak bisa membalas dendam pada Thomas, dia hanya bisa melampiaskan semua amarah dan kebenciannya pada Ardika.Seperti yang Hanko katakan.Biarpun Thomas melindungi Ardika, Thomas juga tidak mungkin bisa melindunginya selamanya."Apa? Aku? Nggak tahu diri?"Ardika melirik Tisya dan berkata,