"Apa? Kamu yang mengusir kami, tapi malah meminta kami tanda tangan surat perjanjian."Aripin dan yang lainnya langsung marah.Awalnya, mereka ingin segera pergi melamar pekerjaan di perusahaan saingan Grup Agung Makmur.Dengan rahasia bisnis Grup Agung Makmur di tangan mereka, selain bisa memberikan pukulan kepada Luna, mereka juga akan digaji tinggi.Kalau mereka tanda tangan perjanjian anti persaingan sehingga terikat oleh hukum, mereka tidak bisa melakukan apa pun lagi."Kalian nggak mau tanda tangan?"Ardika menyipitkan matanya."Kami nggak mau, memangnya kenapa?"Aripin dan yang lainnya segera berjalan pergi.Ekspresi Luna langsung menjadi masam. Dia melihat jelas kebencian di mata mereka bertiga, mereka pasti akan membalas dendam kepada Grup Agung Makmur.Lalu pada saat ini, Ardika tiba-tiba mengangkat ponselnya."Tangkap mereka!"Setelah itu, beberapa petugas kepolisian yang berada di luar langsung berlari masuk."Aripin, Lukman, Roy, kalian bertiga dicurigai melakukan kegiatan
Mereka tidak menyangka masalah akan menjadi seperti ini."Gawat, gawat. Begitu menjabat, wanita ini langsung menangkap kerabat kita. Kalau dia mengambil alih Grup Agung Makmur, keluarga kita nggak akan sanggup bertahan di bawah tekanannya dan harus patuh."Setelah mendengar ucapan Wisnu, ekspresi seluruh anggota keluarga menjadi pucat.Di matanya, Luna hanya bekerja untuk keluarga mereka dan merupakan alat terkuat.Mereka hanya ingin memanfaatkan Luna tanpa memberinya keuntungan. Selain itu, kalau terjadi sesuatu, mereka juga akan melemparkan tanggung jawab kepadanya.Kalau Luna malah bertindak semena-mena, mereka tidak akan sanggup menghadapinya.Yanto berpikir secara kritis.Keluarga mereka melakukan banyak hal kotor di Grup Agung Makmur.Setelah Luna mengambil alih perusahaan, jangan-jangan mereka juga akan ditangkap!Dia memandang Wulan dengan ketakutan sambil berkata, "Wulan, cepat hubungi David, sekarang hanya Keluarga Buana yang bisa membantu kita!"Dia lebih memilih untuk menye
Desi makin menggebu-gebu. Dia mulai memukul dan menendang Ardika untuk mengusir Ardika dari Vila Cakrawala."Ardika, keluarlah dulu. Mari bicara setelah aku menenangkan Ibu."Karena tidak berdaya menghadapi Desi, Luna terpaksa menyuruh Ardika keluar dulu.Ardika keluar sambil menahan amarahnya.Sesampai di luar, Ardika langsung menelepon Jesika dan berkata dengan nada dingin, "Apa yang terjadi di Hotel Puritama? Mereka bilang orang yang memesan Hall Utopia bukan aku, mereka salah mengenali orang!"Jesika yang berada di ujung lain telepon dapat merasakan amarahnya yang membara."Pak, aku kurang teliti dalam bekerja. Aku akan segera mencari tahu kebenaran dan melaporkannya padamu."Ardika menutup telepon, lalu menyalakan rokok sambil menunggu dengan ekspresi datar.Lima menit kemudian, Jesika meneleponnya."Pak, sudah kuselidiki. Setelah Bapak meninggalkan Hotel Puritama sore tadi, Pak Yono langsung membuang Bu Desi ke jalanan. Katanya, Peter yang memerintahkannya untuk melakukan ini."J
"Desi, apa dia calon menantumu? Di hari bahagia seperti ini, jangan marah-marah."Teman-teman lama dari luar kota tidak tahu bahwa Luna sudah menikah, jadi mereka memandang Ardika dengan penasaran.Mereka mengira Desi memperlakukan Ardika seperti itu karena Ardika adalah pacarnya Luna.Desi mendengus dingin sambil berkata, "Jangan asal bicara, dia nggak ada hubungan apa pun dengan keluarga kami!""Selamat, Bibi. Hari ini Bibi cantik sekali!"Pada saat ini, Peter yang mengenakan jas mewah berjalan mendekat."Peter sungguh pandai berbicara, Bibi sudah tua."Melihat Peter, Desi langsung tersenyum sambil menggandeng lengannya dengan ramah."Desi, ini calon menantumu, ya? Kalian akrab sekali."Beberapa teman lama itu memandang Peter.Sikap mereka seolah-olah menunjukkan bahwa pemuda yang tampak kaya ini lebih cocok menjadi pacar Luna."Namanya Peter, dia anak yang sangat baik. Hotel Puritama ini milik keluarganya."Namun, kali ini Desi tidak membenarkan maupun menyangkal, dia malah memperke
"Kenapa kamu diam-diam mengadu domba lagi? Apa lagi yang bisa kamu lakukan selain berbohong?"Desi memelototi Ardika dengan galak.Kalau bukan karena dia tidak ingin membesarkan masalah dan mempermalukan diri sendiri hingga teman-teman lamanya tahu bahwa Ardika adalah menantunya, dia sudah mengusir Ardika."Bibi Desi, jangan marah. Pesta masih berlangsung, Bibi harus senang-senang. Jangan biarkan dia memengaruhi suasana hati Bibi."Peter berlagak baik lagi.Namun, Desi malah mendengarkan Peter. Dia mengabaikan Ardika sambil berkata, "Peter, pesta akan segera dimulai. Pergilah ke atas panggung untuk mewakili bibi mengucapkan beberapa kata. Bibi nggak pandai berbicara, nanti malah ditertawakan orang."Peter tertegun sejenak sebelum bergembira.Bisa-bisanya Desi menyuruhnya mewakili Luna berpidato, dia memahami maksud Desi."Bu, Peter bukan anggota keluarga kita, bagaimana bisa dia yang berpidato? Aku atau Ardika bisa mewakili Ibu."Luna sangat panik.Desi memelototinya sambil berkata, "D
Mendengar ucapan ini, preman berambut pirang itu langsung menatap Hendy dengan galak."Dasar pria gendut, beraninya kamu membodohiku dengan ruangan kelas rendah. Kurasa kamu sudah bosan hidup, ya? Cepat siapkan Hall Utopia untuk kami!"Dalam sekejap, wajah Luna sekeluarga dan para tamu pun memucat. Semuanya segera berdiri."Ada apa dengan Desi? Bisa-bisanya merayakan pesta di tempat buruk seperti ini, belum makan saja sudah diusir ...."Beberapa orang mulai mengeluh.Ketika Desi mendengar ini, dia merasa sangat malu. Bagaimana mungkin dia tahu akan terjadi hal seperti ini?Dia memberanikan diri untuk menghampiri para preman itu, lalu berkata, "Saudara sekalian, keluarga kami menghabiskan banyak uang untuk mengadakan pesta pindah rumah di sini. Kalian makanlah di tempat lain ....""Plak!"Preman berambut pirang itu langsung menamparnya. "Jangan berbasa-basi denganku, pergi sana!"Desi mundur dengan ketakutan."Bu!"Luna segera berlari ke arah ibunya, begitu pula dengan Ardika. Dia menat
Mendengar ucapan Desi, semuanya langsung mengangkat sendok mereka."Makan apanya. Semuanya cepat pergi dari Hall Utopia!"Tak disangka, Peter tiba-tiba emosi dan mengusir para tamu.Para tamu langsung meletakkan sendok di tangan mereka.Desi berkata dengan kaget, "Peter, ada apa? Bukankah kamu sudah mengusir para preman itu?""Mengusir? Aku nggak sanggup menyinggung mereka, cepat pergi!" kata Peter dengan kesal. Karena dia ingin segera mengusir para tamu, dia pun mengasari Desi.Desi menatap Peter dengan linglung selama beberapa detik. Pada akhirnya, dia mengerti kalau Peter tidak sedang bercanda."Semuanya, pergilah. Aku meminta maaf atas insiden di pesta kali ini, aku akan mentraktir kalian di lain waktu untuk menebus kesalahanku," kata Desi sambil menangis.Semua tamu terpaksa bangun, bisa-bisanya mereka diusir begitu saja."Bu, pesta pindah rumah ini akan tetap dilanjutkan. Kita nggak perlu pergi."Saat ini, Ardika tiba-tiba berdiri."Kenapa belum pergi? Lamban sekali!"Pada saat i
Oh?Ardika terhibur oleh omongannya. "Jadi, selain seratus kilogram daging di tubuhmu, kamu nggak punya benda lain lagi?""Tuan Ardika, kalau Tuan suka, mulai sekarang, lebih dari seratus kilogram daging di tubuh ini menjadi milikmu. Aku akan menuruti semua perintahmu!"Jinto sangat gembira. Bekerja untuk Ardika adalah hal baik."Kamu nggak pantas."Tentu saja, Ardika memahami niat Jinto. Dia segera menggelengkan kepalanya sambil berkata, "Kalau mau aku melepaskanmu, kamu harus meninggalkan sesuatu."Ardika memandang Jinto dari ujung kepala sampai ujung kaki.Jinto sontak ketakutan, tetapi dia tidak berani menolak. "Tuan Ardika, katakan saja. Sekalipun Tuan menyuruhmu memotong anggota tubuhku, aku nggak akan ragu!""Aku nggak ingin melihat darah di hari bahagia ini."Ardika berkata dengan tenang, "Begini, gigi depanmu itu sungguh mengganggu, cabutlah.""Hah?"Jinto tidak menyangka Ardika akan menyuruhnya mencabut gigi depannya yang terbuat dari emas. Bagaimanapun, itu adalah simbolnya