Baron Remax adalah ayahnya Peter, pemimpin generasi kedua Keluarga Remax."Berengsek, beraninya kamu menghina ayahku!"Mendengar Ardika menyebut nama ayahnya, Peter langsung menoleh ke arah Ardika.Desi pun emosi. "Ardika, apa maksudmu? Nggak berani minum? Luna itu junior, bagaimana mungkin Pak Baron nggak berani menerima anggur darinya!"Melihat Desi mengasarinya lagi, Ardika menggelengkan kepalanya dengan tidak berdaya."Bu, aku salah."Kalau bukan demi membiarkan Desi menyelesaikan pesta dengan gembira, dia akan meminta Baron datang meminta maaf sekarang juga."Pecundang!"Melihat Ardika menyerah begitu saja, Peter pun mendengus dingin.Dia tidak berbasa-basi dengan Ardika dan lanjut menyanjung Desi.Dia bisa melihat bahwa Desi-lah yang membuat keputusan dalam keluarga ini, Jacky sama sekali tidak bersuara.Selama Desi mengakuinya sebagai menantu, Luna dan Ardika pasti akan bercerai!Dia akan segera memiliki istri cantik.Meskipun Luna tidak bersedia, dia tetap harus menuruti keingi
Melihat Luna mengangkat gelas dengan patuh, Peter sangat gembira.Dia tahu Luna tidak bersedia bersulang dengan ayahnya.Namun, selama Desi memerintah, Luna harus menuruti.Menyanjung Desi adalah strategi yang sempurna.Selama dia dapat mengelabui Desi, wanita bodoh ini akan mengirim Luna ke ranjangnya.Dia segera menuangkan segelas anggur dan meletakkan anggur itu ke tangan Baron, tetapi dia menyadari bahwa Baron tertegun di tempat."Ayah, Luna sedang mengajakmu bersulang, apa yang kamu pikirkan.""Oh ...."Baron kembali tersadar. Melihat gelas yang diletakkan putranya di tangannya, dia seolah-olah kepanasan dan langsung melepaskan gelas itu."Bruk!"Gelas anggur itu pecah.Desi tertegun sejenak. Dia mengira Baron marah karena tidak puas dengan sikap putrinya."Luna, kenapa kamu ragu-ragu? Apa kamu nggak senang karena aku menyuruhmu menyulang Paman Baron?" Desi berkata dengan marah, "Cepat ambil gelas dan tuangkan anggur untuk Paman Baron!"Baron kaget dan menyadari bahwa Desi sudah s
Baron yang ketakutan pun mati rasa ketika mendengar ucapan mematikan dari Ardika.Bajingan kecil ini bisa mencelakai keluarganya!"Plak!"Baron tiba-tiba berdiri dan menampar Peter dengan kuat!Peter merintih kesakitan sambil memegang wajahnya dengan kebingungan. "Ayah, kenapa kamu memukulku!""Kenapa memukulmu? Aku sungguh ingin menghabisi bajingan sepertimu!"Baron bergegas menghampiri Peter sambil melayangkan sebuah pukulan. Pukulan itu membuat Peter langsung melindungi kepalanya, sesaat kemudian, hidungnya memar dan wajahnya membengkak."Bajingan, cepat berlutut!"Baron menyeret Peter ke hadapan Desi, lalu menendang lulutnya. Peter yang kesakitan pun langsung berlutut."Cepat minta maaf pada Bu Desi dan sampaikan padanya apa yang sudah kamu lakukan!""Apa yang perlu kusampaikan? Aku nggak melakukan apa pun!"Peter masih belum menyerah.Baron yang emosi langsung menampar wajahnya lagi. "Katakan soal kamu membuang Bu Desi ke jalanan!"Desi tertegun selama beberapa detik sebelum menge
"Kamu sudah tahu?"Desi menatap Ardika dengan kaget."Bu, kemarin pagi Peter mengungkapkan perasaan kepada Luna. Dia kesal karena Luna menolaknya, jadi setelah mendengar masalah yang menimpa Ibu, aku tahu kalau Peter mendekatimu agar bisa mendapatkan Luna."Setelah tahu bahwa Desi tidak lagi salah paham padanya, Ardika pun merasa lega."Ardika, kamu pintar sekali!" puji Luna.Mendengar ibunya terus memfitnah Ardika, Luna pun sangat marah.Kali ini Ardika sudah banyak berkorban, dia harus mengungkapkan semua pengorbanan Ardika agar ibunya tahu bahwa suaminya bukanlah orang yang suka membual."Kepintaran dalam hal ini bukanlah apa-apa!"Tak disangka, Desi malah memelototi Ardika dengan galak dan mengomel, "Ardika, kenapa kamu begitu pengecut? Kenapa nggak langsung mengungkap wujud asli si bajingan Peter itu? Malah menyulitkan istrimu!"Luna tercengang dan membalas, "Bu, jelas-jelas kamu yang terus membela Peter dan memerintahku. Kenapa kamu malah menyalahkan Ardika!"Mendengar teguran Lu
Jinto mengungkapkan kebenaran dan tidak menyembunyikan fakta bahwa giginya dicabut.Dia sama sekali tidak merasa malu soal giginya dicabut oleh Ardika, sebaliknya dia malah merasa terhormat."Tuan Ardika? Siapa itu? Aku sungguh ingin bertemu dengan pria kejam ini!"Romi tertarik.Mengingat pengalamannya sendiri, Jinto pun berkata dengan tenang, "Romi, kalau kamu nggak ingin mati, jangan ganggu dia."Ekspresi Romi berubah muram, dia mendengus dengan kesal.Dia hanya mengandalkan kata "kejam" untuk menguasai Kota Banyuli dan naik pangkat dengan cepat.Soal kekejaman, dia tidak takut dengan siapa pun."Tuan Jinto, kamu terlalu menghargai menantu Keluarga Basagita itu. Tuan Ardika apaan? Dia hanyalah pria yang mengandalkan orang lain untuk berlagak hebat!"Saat ini, Budi masuk bersama beberapa orang lainnya."Pak Budi, kamu kenal orang yang dipanggil Tuan Ardika itu?"Setelah mendengar perkataan Jinto, Romi dan yang lainnya menjadi semangat.Jinto mendengus dingin sambil berkata dengan sin
Luna menginstruksikan dengan tenang.Dia memejamkan mata sambil bersandar di kursi, lalu mengusap pelipisnya karena merasa pusing.Dia belum tahu apa yang diinginkan oleh orang-orang itu, jadi dia agak khawatir.Ardika yang sedang mengemudi di sampingnya pun mengerutkan kening.Tak lama kemudian, mereka tiba di lokasi pembangunan Kompleks Prime Melati. Mereka bahkan tidak bisa masuk karena gerbang utama diblokir.Ardika terpaksa menghentikan mobilnya."Aku pergi melihat situasi dulu."Luna langsung turun dan berjalan ke arah lokasi konstruksi.Ardika melirik ke belakang, lalu dua tentara Korps Taring Harimau berjalan mengikuti Luna. Jadi, dia pun tidak menemani Luna dan langsung menelepon Draco.Melihat begitu banyak orang berkumpul di depan gerbang, dia pun berkata dengan nada dingin, "Utus Korps Taring Harimau ke Kompleks Prime Melati!"Saat ini, Luna sudah tiba di depan gerbang. Dia berkata dengan keras, "Aku adalah Luna, wakil presdir Grup Agung Makmur, penanggung jawab lokasi kons
Ghaly tiba-tiba mempunyai suatu ide.Dia berbaur di kerumunan sambil tersenyum sinis. Kemudian, dia mencari kesempatan untuk menendang gadis kecil itu jatuh hingga menangis histeris."Pukul orang, satpam memukul orang!"Kerumunan menjadi heboh. Begitu dia berteriak, semua orang langsung emosi dan menerjang ke depan.Sepasang kaki besar hampir mendarat di tubuh gadis kecil itu!"Minggir!"Teriakan yang menggelegar ini membuat semua orang tertegun.Ketika Ardika selesai menelepon dan turun dari mobil, dia sudah melihat adegan ini.Dia menerjang ke dalam kerumunan untuk menggendong gadis kecil yang menangis histeris itu.Dia menatap wanita tua itu sambil berkata dengan nada dingin, "Kamu neneknya, 'kan? Lain kali jangan bawa anak-anak datang berunjuk rasa. Bagaimana kalau ada yang sengaja mencelakainya?"Namun, gadis kecil itu malah menangis histeris. "Dia bukan nenekku, dia palsu. Aku mau nenek yang asli ....""Dasar anak nakal, kamu mau mencelakaiku!"Ekspresi wanita tua itu sontak beru
Orang-orang mengira dunia akan segera kiamat, semuanya langsung berbalik untuk melihat.Terlihat belasan tank melaju ke arah mereka. Setiap gesekan menimbulkan suara gemuruh yang kuat.Mereka membentuk formasi serangan yang sangat memukau!Pemandangan yang spektakuler itu mengejutkan semua orang. Okin dan anak buahnya yang tadinya berlagak hebat pun ketakutan.Tiba-tiba, semua tank berhenti secara bersamaan.Waku seolah-olah berhenti pada momen ini.Pintu baja terbuka dan satu per satu tentara yang membawa senjata keluar dari dalamnya.Formasi persegi yang terdiri dari seribu orang terbentuk dan warna hijau kecoklatan pun tersebar ke segala arah."Ini .... Siapa yang mendatangkan mereka?""Apa mereka akan menangkap kita?"Melihat adegan ini, Okin dan anak buahnya tertegun hingga tidak berani bergerak.Saat ini, seorang pria berjalan meninggalkan formasi tersebut. Seragam rapi di tubuhnya memancarkan aura yang mencekam."Dia adalah Abdul, kapten Korps Taring Harimau!"Banyak orang yang