Home / Urban / Menantu Pahlawan Negara / Bab 70 Kebenaran Terungkap

Share

Bab 70 Kebenaran Terungkap

Author: Sarjana
Baron yang ketakutan pun mati rasa ketika mendengar ucapan mematikan dari Ardika.

Bajingan kecil ini bisa mencelakai keluarganya!

"Plak!"

Baron tiba-tiba berdiri dan menampar Peter dengan kuat!

Peter merintih kesakitan sambil memegang wajahnya dengan kebingungan. "Ayah, kenapa kamu memukulku!"

"Kenapa memukulmu? Aku sungguh ingin menghabisi bajingan sepertimu!"

Baron bergegas menghampiri Peter sambil melayangkan sebuah pukulan. Pukulan itu membuat Peter langsung melindungi kepalanya, sesaat kemudian, hidungnya memar dan wajahnya membengkak.

"Bajingan, cepat berlutut!"

Baron menyeret Peter ke hadapan Desi, lalu menendang lulutnya. Peter yang kesakitan pun langsung berlutut.

"Cepat minta maaf pada Bu Desi dan sampaikan padanya apa yang sudah kamu lakukan!"

"Apa yang perlu kusampaikan? Aku nggak melakukan apa pun!"

Peter masih belum menyerah.

Baron yang emosi langsung menampar wajahnya lagi. "Katakan soal kamu membuang Bu Desi ke jalanan!"

Desi tertegun selama beberapa detik sebelum menge
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 71 Jangan Panggil Aku Si Gigi Emas Lagi

    "Kamu sudah tahu?"Desi menatap Ardika dengan kaget."Bu, kemarin pagi Peter mengungkapkan perasaan kepada Luna. Dia kesal karena Luna menolaknya, jadi setelah mendengar masalah yang menimpa Ibu, aku tahu kalau Peter mendekatimu agar bisa mendapatkan Luna."Setelah tahu bahwa Desi tidak lagi salah paham padanya, Ardika pun merasa lega."Ardika, kamu pintar sekali!" puji Luna.Mendengar ibunya terus memfitnah Ardika, Luna pun sangat marah.Kali ini Ardika sudah banyak berkorban, dia harus mengungkapkan semua pengorbanan Ardika agar ibunya tahu bahwa suaminya bukanlah orang yang suka membual."Kepintaran dalam hal ini bukanlah apa-apa!"Tak disangka, Desi malah memelototi Ardika dengan galak dan mengomel, "Ardika, kenapa kamu begitu pengecut? Kenapa nggak langsung mengungkap wujud asli si bajingan Peter itu? Malah menyulitkan istrimu!"Luna tercengang dan membalas, "Bu, jelas-jelas kamu yang terus membela Peter dan memerintahku. Kenapa kamu malah menyalahkan Ardika!"Mendengar teguran Lu

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 72 Memblokir Lokasi Konstruksi

    Jinto mengungkapkan kebenaran dan tidak menyembunyikan fakta bahwa giginya dicabut.Dia sama sekali tidak merasa malu soal giginya dicabut oleh Ardika, sebaliknya dia malah merasa terhormat."Tuan Ardika? Siapa itu? Aku sungguh ingin bertemu dengan pria kejam ini!"Romi tertarik.Mengingat pengalamannya sendiri, Jinto pun berkata dengan tenang, "Romi, kalau kamu nggak ingin mati, jangan ganggu dia."Ekspresi Romi berubah muram, dia mendengus dengan kesal.Dia hanya mengandalkan kata "kejam" untuk menguasai Kota Banyuli dan naik pangkat dengan cepat.Soal kekejaman, dia tidak takut dengan siapa pun."Tuan Jinto, kamu terlalu menghargai menantu Keluarga Basagita itu. Tuan Ardika apaan? Dia hanyalah pria yang mengandalkan orang lain untuk berlagak hebat!"Saat ini, Budi masuk bersama beberapa orang lainnya."Pak Budi, kamu kenal orang yang dipanggil Tuan Ardika itu?"Setelah mendengar perkataan Jinto, Romi dan yang lainnya menjadi semangat.Jinto mendengus dingin sambil berkata dengan sin

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 73 Pemerasan

    Luna menginstruksikan dengan tenang.Dia memejamkan mata sambil bersandar di kursi, lalu mengusap pelipisnya karena merasa pusing.Dia belum tahu apa yang diinginkan oleh orang-orang itu, jadi dia agak khawatir.Ardika yang sedang mengemudi di sampingnya pun mengerutkan kening.Tak lama kemudian, mereka tiba di lokasi pembangunan Kompleks Prime Melati. Mereka bahkan tidak bisa masuk karena gerbang utama diblokir.Ardika terpaksa menghentikan mobilnya."Aku pergi melihat situasi dulu."Luna langsung turun dan berjalan ke arah lokasi konstruksi.Ardika melirik ke belakang, lalu dua tentara Korps Taring Harimau berjalan mengikuti Luna. Jadi, dia pun tidak menemani Luna dan langsung menelepon Draco.Melihat begitu banyak orang berkumpul di depan gerbang, dia pun berkata dengan nada dingin, "Utus Korps Taring Harimau ke Kompleks Prime Melati!"Saat ini, Luna sudah tiba di depan gerbang. Dia berkata dengan keras, "Aku adalah Luna, wakil presdir Grup Agung Makmur, penanggung jawab lokasi kons

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 74 Ada Apa Denganmu

    Ghaly tiba-tiba mempunyai suatu ide.Dia berbaur di kerumunan sambil tersenyum sinis. Kemudian, dia mencari kesempatan untuk menendang gadis kecil itu jatuh hingga menangis histeris."Pukul orang, satpam memukul orang!"Kerumunan menjadi heboh. Begitu dia berteriak, semua orang langsung emosi dan menerjang ke depan.Sepasang kaki besar hampir mendarat di tubuh gadis kecil itu!"Minggir!"Teriakan yang menggelegar ini membuat semua orang tertegun.Ketika Ardika selesai menelepon dan turun dari mobil, dia sudah melihat adegan ini.Dia menerjang ke dalam kerumunan untuk menggendong gadis kecil yang menangis histeris itu.Dia menatap wanita tua itu sambil berkata dengan nada dingin, "Kamu neneknya, 'kan? Lain kali jangan bawa anak-anak datang berunjuk rasa. Bagaimana kalau ada yang sengaja mencelakainya?"Namun, gadis kecil itu malah menangis histeris. "Dia bukan nenekku, dia palsu. Aku mau nenek yang asli ....""Dasar anak nakal, kamu mau mencelakaiku!"Ekspresi wanita tua itu sontak beru

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 75 Latihan

    Orang-orang mengira dunia akan segera kiamat, semuanya langsung berbalik untuk melihat.Terlihat belasan tank melaju ke arah mereka. Setiap gesekan menimbulkan suara gemuruh yang kuat.Mereka membentuk formasi serangan yang sangat memukau!Pemandangan yang spektakuler itu mengejutkan semua orang. Okin dan anak buahnya yang tadinya berlagak hebat pun ketakutan.Tiba-tiba, semua tank berhenti secara bersamaan.Waku seolah-olah berhenti pada momen ini.Pintu baja terbuka dan satu per satu tentara yang membawa senjata keluar dari dalamnya.Formasi persegi yang terdiri dari seribu orang terbentuk dan warna hijau kecoklatan pun tersebar ke segala arah."Ini .... Siapa yang mendatangkan mereka?""Apa mereka akan menangkap kita?"Melihat adegan ini, Okin dan anak buahnya tertegun hingga tidak berani bergerak.Saat ini, seorang pria berjalan meninggalkan formasi tersebut. Seragam rapi di tubuhnya memancarkan aura yang mencekam."Dia adalah Abdul, kapten Korps Taring Harimau!"Banyak orang yang

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 76 Penyelamat Menjadi Pedagang Manusia

    "Namaku Livy Darma!"Gadis kecil itu sama sekali tidak takut pada Ardika.Dia menatap Ardika dengan mata sembap.Semua truk bahan bangunan sudah memasuki lokasi konstruksi dan Korps Taring Harimau juga sudah pergi.Akhirnya, Luna merasa lega."Bu Luna, ini video yang direkam tadi. Suami Anda memang menyelamatkan seorang gadis kecil."Saat ini, penanggung jawab Zico menghampirinya dengan membawa sebuah tablet.Luna mengambil tablet itu. Seketika, dia pun terdiam.Ardika masuk sambil menggendong Livy."Ardika, maaf. Tadi aku salah paham. Untung saja ada kamu, kalau sampai terjadi sesuatu pada anak ini, aku akan terkena masalah besar."Luna berinisiatif untuk meminta maaf dan hatinya pun diselimuti dengan ketakutan.Para preman itu sungguh kejam, bisa-bisanya mereka ingin memanfaatkan seorang gadis kecil.Livy tiba-tiba berkata dengan nyaring, "Bibi, kamu cantik sekali. Apa kamu pacarnya Paman?""Dia istriku," jawab Ardika sambil tersenyum.Luna agak tenang setelah mengetahui bahwa Ardika

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 77 Tangkap Dia

    "Aku nggak peduli siapa kamu."Ardika berkata dengan nada dingin, "Aku hanya tahu aku menyelamatkan putrimu dari pedagang manusia!"Livy diculik oleh pedagang manusia dan hampir dibunuh oleh preman, dialah yang menyelamatkan putri mereka.Setelah keluar dari mobil, Jiko tidak menanyakan situasi dan langsung menghakimi bahwa dialah pedagang manusia yang menculik Livy. Tanpa basa-basi, Jiko bahkan ingin memukulnya tanpa mencari tahu kebenaran.Sepasang ibu dan anak yang berada di samping pun kaget hingga berhenti menangis.Livy memandang Jiko dengan ketakutan, lalu berkata sambil memanyunkan bibirnya, "Paman Jiko, kenapa kamu memukul Paman Ardika? Paman Ardika itu orang baik, dia bahkan membelikanku permen!""Hei, diam kamu!"Jiko tiba-tiba berteriak dengan marah hingga membuat Livy menangis histeris."Jiko, kenapa kamu meneriaki Livy!"Elsy segera memeluk Livy untuk menghiburnya. Selain kesal karena mendengar tangisan Livy, Jiko juga sangat emosi karena Ardika menamparnya.Selama ini, d

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 78 Telepon dari Sigit

    Dua petugas polisi segera menghampiri Ardika dan ingin menangkapnya.Ketika mendengar bahwa Ardika adalah pedagang manusia, mereka pun sangat tidak menyukainya.Mereka ingin memanfaatkan penangkapan ini untuk memberi pelajaran pada Ardika agar dia tobat.Jadi, mereka saling memandang untuk mengisyaratkan satu sama lain. Salah satu orang akan menendang betis Ardika dan yang lainnya akan meninju perutnya.Ardika dapat memahami maksud mereka dan cahaya dingin pun melintas di matanya.Saat kedua petugas itu ingin menendang dan meninjunya, dia sedikit memutar tubuhnya.Petugas yang ingin menendangnya malah mengenai kaki rekannya dan yang ingin memukulnya juga menghantam wajah rekannya."Bruk! Dup!"Terdengar suara hantaman pada saat yang bersamaan. Kedua petugas itu langsung tergeletak di tanah."Kenapa kamu menendangku!""Kenapa kamu memukulku!"Mereka mendongak dengan linglung dan saling menyalahkan."Dasar nggak berguna!"Erwin mendengus dingin. Dia sudah berpengalaman dalam bidang ini,

Latest chapter

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2293 Lubang di Dasar Kolam

    Zaman dulu berbeda dengan zaman sekarang yang tenang dan damai.Persaingan antara ahli fengsui juga sangat sengit, disertai dengan pertumpahan darah.Jadi, kebanyakan formasi yang diatur oleh ahli fengsui sangat berbahaya, sama sekali tidak akan memberikan kesempatan bagi lawan untuk bertahan hidup.Karena orang-orang yang bisa mematahkan formasi dengan kekerasan, juga merupakan ahli bela diri, tetapi bukan berasal dari keluarga atau kalangan sendiri.Bagaimanapun juga, kalau berasal dari kalangan sendiri, akar warisan yang diperoleh sama. Mereka memiliki cara untuk mematahkan formasi tanpa perlu menggunakan pemaksaan.Karena tidak berasal dari kalangan sendiri, maka itu artinya adalah musuh.Tentu saja, makin banyak yang mati, makin baik.Mendengar ucapan Windono, beberapa orang murid Windono langsung memelototi Ardika dengan marah dan berkata, "Eh, bocah, kamu sudah mencelakai adik seperguruan kami! Aku akan menghabisimu!""Kamu pasti sengaja, 'kan?!"Ardika terkekeh pelan dan berkat

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2292 Lapisan Pasir Hisap

    "Orang yang nggak jelas asal usulnya sepertimu malah berani nggak menghormati ahli fengsui seratus tahun yang lalu! Memangnya kamu pikir kamu siapa?!""Biksu Karuna memujimu karena berniat untuk memotivasi generasi muda, jangan terlalu memandang tinggi dirimu sendiri!""Ardika, 'kan? Cepat berlutut di pinggir kolam, minta maaf pada leluhur kami!"Semua murid Windono langsung menunjuk Ardika dan menegurnya dengan marah.Mereka bahkan memintanya untuk berlutut di pinggir kolam dan meminta maaf.Karena fengsui di tempat ini memang diatur oleh leluhur Keluarga Sudrajat, maka dengan seperti ini juga sudah termasuk meminta maaf terhadap leluhur mereka.Ardika menanggapi dengan santai. "Jangankan leluhur kalian itu sudah mati, biarpun dia hidup kembali sekarang dan berdiri tepat di hadapanku, dia juga nggak pantas menerima penghormatan seperti itu dariku.""Guru, bocah ini benar-benar nggak menyesali perbuatannya, berani-beraninya dia bersikap nggak hormat pada leluhur kita! Kita harus member

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2291 Kolam Tidak Boleh Disentuh

    Jace tidak menanggapi ucapan Windono, tetapi ekspresinya sudah memberi tahu Windono jawabannya.Windono berkata, "Pak Jace, aku jujur saja, kakek buyutku pernah meninggalkan pesan bahwa pusat dari fengsui yang diaturnya itu adalah kolam ini.""Dia secara khusus berpesan bahwa apa pun yang terjadi, kolam ini nggak boleh disentuh. Kalau nggak, situasi fengsui akan berbalik, akan menimbulkan konsekuensi yang besar!"Windono berbicara dengan memasang ekspresi serius.Jace melirik Ardika sekilas, lalu berkata sambil mengerutkan keningnya, "Pak Windono, bukankah kakek buyutmu sudah terlalu berlebihan?""Sudah sekitar seratus tahun berlalu, apa konsekuensi yang bisa ditimbulkan oleh sebuah fengsui?"Walaupun dia juga memercayai hal-hal seperti ini, tetapi dia meragukan fengsui yang diatur sekitar seratus tahun yang lalu ini masih bisa menimbulkan konsekuensi setelah seratus tahun berlalu.Dibandingkan dengan Windono, dia lebih memercayai ucapan Ardika bahwa ada yang aneh dengan kolam ini.Kal

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2290 Berasal dari Keluarga Ahli Fengsui

    "Pak Windono berasal dari keluarga ahli fengsui. Pak Windono nggak hanya merupakan pimpinan Harven, tapi juga menjabat sebagai Ketua Asosiasi Fengsui Ibu Kota Provinsi!""Beliau sedang bicara dengan Pak Jace, apa hakmu menyelanya?""Apalagi mempertanyakan Pak Windono seperti ini!""Cepat tampar wajahmu sendiri dan minta maaf pada Pak Windono!"Murid wanita itu menegur Ardika dengan ekspresi tegas. Sementara itu, Windono sendiri bahkan tidak melirik Ardika sama sekali."Kamu yang lancang!"Begitu murid wanita itu selesai berbicara, Jace sudah berteriak dengan marah, "Ardika adalah tamu kehormatan yang kuundang kemari, kamu menegurnya seperti ini, aku malah ingin menanyakan padamu memangnya kamu siapa?! Siapa yang memberimu keberanian ini?!""Pak Jace, aku ...."Murid wanita itu malu setengah mati, raut wajahnya tampak memerah.Sangat jelas dia tidak menyangka seorang wali kota seperti Jace akan melindungi orang yang tidak penting itu dengan sedemikian rupanya.Dia menatap Ardika dengan

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2289 Pak Windono

    Ardika mendongak, melihat matahari yang sudah bersinar cerah di luar sana. Dia pun berkata, "Cuaca hari ini cukup bagus. Begini saja, Pak Jace, sekarang kamu kerahkan pompa untuk menguras air di kolam hingga kering terlebih dahulu.""Lalu, kerahkan eskavator untuk membersihkan lumpur. Sekitar pukul dua sore, saat energi positif mencapai titik puncaknya, aku akan turun tangan langsung.""Hantu atau roh apa pun yang ada di dalam air itu, kali ini harus dihancurkan sepenuhnya!"Melihat Ardika begitu percaya diri, Jace juga sudah mulai tenang."Baik, aku akan meminta Limdo untuk mengaturnya sekarang!"Tak lama kemudian, Limdo sudah mengerahkan beberapa buah pompa berkekuatan besar kemari dan mulai menguras air.Walaupun sangat bising, tetapi Jace sekeluarga malah merasa suara itu sangat enak didengar.Dalam kurun waktu kurang dari dua jam, air sudah terkuras hingga kering. Dasar kolam dipenuhi dengan lumpur, tidak kelihatan ada keanehan apa pun.Ardika tidak mengucapkan sepatah kata pun, d

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2288 Angin Menyatukan Air, Air Menimbulkan Angin

    "Dia sudah mati, nggak mungkin bisa berulah lagi.""Kalau ada rohnya, juga pasti sudah kuhabisi sejak awal."Ardika menanggapi ucapan Lolita sambil menggelengkan kepalanya.Setelah merenung sejenak, dia berkata dengan nada bicara agak dingin, "Menurutku, ada orang yang masih nggak terima, jadi sengaja berulah.""Ada yang berulah?"Jace dan Lolita menunjukkan ekspresi serius, sorot mata mereka tampak sedikit panik.Selama beberapa waktu ini, mereka sekeluarga sudah lelah baik secara fisik maupun mental. Siapa sangka, Kasandra baru saja diselamatkan, tetapi sudah terjadi hal seperti ini lagi."Nggak perlu khawatir."Ardika melambaikan tangannya, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Karena hari ini aku sudah datang, aku akan membantu kalian mengatasi kekhawatiran kalian ini sepenuhnya.""Di mana gambarnya? Coba kulihat."Jace segera memanggil Limdo untuk membawakan setumpuk kertas itu kemari."Tuan Ardika, aku sudah meminta Limdo untuk mencarikan keseluruhan gambar kompleks asrama Kediaman

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2287 Kejadian Aneh di Kediaman Keluarga Sinantri

    Namun, begitu bertemu Ardika, Kasandra malah langsung seakrab itu dengan Ardika. Hal ini benar-benar di luar bayangan Jace dan Lolita.Terlebih lagi, boleh dibilang ini adalah pertama kalinya Kasandra bertemu dengan Ardika.Walaupun sebelumnya dia sudah sempat bertemu dengan Ardika sebanyak dua kali di rumah, tetapi saat itu Kasandra dikendalikan oleh orang lain. Dia dalam kondisi tidak sadar.Pasangan suami istri ini benar-benar tidak bisa memahami hal ini. Pada akhirnya, mereka hanya beranggapan bahwa karena Ardika telah menyelamatkan Kasandra, itulah sebabnya Kasandra bisa merasa akrab terhadap Ardika secara naluriah."Baiklah, kalau begitu aku panggil kamu Kasandra saja."Ardika menyunggingkan seulas senyum tak berdaya, dia juga cukup menyukai gadis manis yang satu ini.Setelah mendengar ucapan Ardika, Kasandra baru puas. Dia menarik Ardika masuk ke dalam rumah dengan antusias, lalu menyeduhkan teh untuk Ardika dengan antusias pula."Hei, sekarang putriku sudah dewasa. Biasanya gad

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2286 Pertama Kali Bertemu Judian

    Setengah jam kemudian.Ardika langsung melajukan mobilnya memasuki kompleks asrama Kediaman Wali Kota.Baru saja memarkir mobilnya di depan rumah Jace, Ardika sudah melihat sosok bayangan Jace sekeluarga muncul di depan halaman rumah.Sosok Kasandra yang cantik dan elegan juga berdiri di belakang Jace dan Lolita, kelihatannya kondisi mental juga jauh membaik.Selain Jace sekeluarga, juga ada seorang pemuda dengan postur tubuh tegap dan paras tampan berada di sana.Saat ini, pemuda itu berbalik dan berkata, "Paman Jace nggak perlu mengantarku lagi, aku pamit dulu.""Ke depannya aku akan tetap berada di ibu kota provinsi. Aku sudah punya lebih banyak waktu untuk datang mengunjungi Paman dan Bibi Lolita, tentu saja juga Kasandra."Kemudian, Jace sekeluarga berbasa-basi beberapa patah kata lagi sebelum pemuda itu berjalan keluar.Tak lama kemudian, sebuah mobil dengan pelat tim tempur Provinsi Denpapan melaju perlahan-lahan ke sisi pemuda tersebut.Saat ini, kebetulan Ardika berjalan masuk

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2285 Manajer Departemen Bisnis

    "Memintaku untuk menjadi presdir? Apa kamu takut identitasku terungkap terlalu lambat?"Ardika melirik Cahdani sekilas dengan sorot mata acuh tak acuh.Dilirik oleh Ardika seperti itu, jantung Cahdani langsung berdegap dengan kencang. Dia buru-buru berkata, "Nggak, nggak, nggak, bukan begitu. Aku nggak bermaksud seperti itu. Kak Ardika, kamu seperti ini juga cukup baik. Tapi, menjadi seorang karyawan biasa sama sekali nggak cocok untuk identitasmu. Bagaimana kalau kamu menjabat sebagai seorang petinggi level menengah?""Kak Ardika, dengan begini kamu nggak perlu khawatir identitasmu terekspos, juga bisa mencampuri urusan perusahaan secara terang-terangan."Ardika mengangguk perlahan dan berkata, "Benar juga. Kalau begitu, begini saja. Jabatan Kalris sebelumnya untukku saja.""Manajer departemen?"Cahdani mengangguk dan berkata, "Hmm, boleh dibilang juga sudah termasuk petinggi level menengah. Kalau begitu, ditetapkan seperti ini saja.""Kalian sudah dengar apa yang kukatakan, 'kan? Ngg

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status