Accueil / Urban / Menantu Pahlawan Negara / Bab 61 Ibu Mertua Salah Paham

Share

Bab 61 Ibu Mertua Salah Paham

Auteur: Sarjana
Mereka tidak menyangka masalah akan menjadi seperti ini.

"Gawat, gawat. Begitu menjabat, wanita ini langsung menangkap kerabat kita. Kalau dia mengambil alih Grup Agung Makmur, keluarga kita nggak akan sanggup bertahan di bawah tekanannya dan harus patuh."

Setelah mendengar ucapan Wisnu, ekspresi seluruh anggota keluarga menjadi pucat.

Di matanya, Luna hanya bekerja untuk keluarga mereka dan merupakan alat terkuat.

Mereka hanya ingin memanfaatkan Luna tanpa memberinya keuntungan. Selain itu, kalau terjadi sesuatu, mereka juga akan melemparkan tanggung jawab kepadanya.

Kalau Luna malah bertindak semena-mena, mereka tidak akan sanggup menghadapinya.

Yanto berpikir secara kritis.

Keluarga mereka melakukan banyak hal kotor di Grup Agung Makmur.

Setelah Luna mengambil alih perusahaan, jangan-jangan mereka juga akan ditangkap!

Dia memandang Wulan dengan ketakutan sambil berkata, "Wulan, cepat hubungi David, sekarang hanya Keluarga Buana yang bisa membantu kita!"

Dia lebih memilih untuk menye
Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application
Chapitre verrouillé

Related chapter

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 62 Diasingkan

    Desi makin menggebu-gebu. Dia mulai memukul dan menendang Ardika untuk mengusir Ardika dari Vila Cakrawala."Ardika, keluarlah dulu. Mari bicara setelah aku menenangkan Ibu."Karena tidak berdaya menghadapi Desi, Luna terpaksa menyuruh Ardika keluar dulu.Ardika keluar sambil menahan amarahnya.Sesampai di luar, Ardika langsung menelepon Jesika dan berkata dengan nada dingin, "Apa yang terjadi di Hotel Puritama? Mereka bilang orang yang memesan Hall Utopia bukan aku, mereka salah mengenali orang!"Jesika yang berada di ujung lain telepon dapat merasakan amarahnya yang membara."Pak, aku kurang teliti dalam bekerja. Aku akan segera mencari tahu kebenaran dan melaporkannya padamu."Ardika menutup telepon, lalu menyalakan rokok sambil menunggu dengan ekspresi datar.Lima menit kemudian, Jesika meneleponnya."Pak, sudah kuselidiki. Setelah Bapak meninggalkan Hotel Puritama sore tadi, Pak Yono langsung membuang Bu Desi ke jalanan. Katanya, Peter yang memerintahkannya untuk melakukan ini."J

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 63 Mewakili Istri Meminta Maaf

    "Desi, apa dia calon menantumu? Di hari bahagia seperti ini, jangan marah-marah."Teman-teman lama dari luar kota tidak tahu bahwa Luna sudah menikah, jadi mereka memandang Ardika dengan penasaran.Mereka mengira Desi memperlakukan Ardika seperti itu karena Ardika adalah pacarnya Luna.Desi mendengus dingin sambil berkata, "Jangan asal bicara, dia nggak ada hubungan apa pun dengan keluarga kami!""Selamat, Bibi. Hari ini Bibi cantik sekali!"Pada saat ini, Peter yang mengenakan jas mewah berjalan mendekat."Peter sungguh pandai berbicara, Bibi sudah tua."Melihat Peter, Desi langsung tersenyum sambil menggandeng lengannya dengan ramah."Desi, ini calon menantumu, ya? Kalian akrab sekali."Beberapa teman lama itu memandang Peter.Sikap mereka seolah-olah menunjukkan bahwa pemuda yang tampak kaya ini lebih cocok menjadi pacar Luna."Namanya Peter, dia anak yang sangat baik. Hotel Puritama ini milik keluarganya."Namun, kali ini Desi tidak membenarkan maupun menyangkal, dia malah memperke

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 64 Berhenti Makan

    "Kenapa kamu diam-diam mengadu domba lagi? Apa lagi yang bisa kamu lakukan selain berbohong?"Desi memelototi Ardika dengan galak.Kalau bukan karena dia tidak ingin membesarkan masalah dan mempermalukan diri sendiri hingga teman-teman lamanya tahu bahwa Ardika adalah menantunya, dia sudah mengusir Ardika."Bibi Desi, jangan marah. Pesta masih berlangsung, Bibi harus senang-senang. Jangan biarkan dia memengaruhi suasana hati Bibi."Peter berlagak baik lagi.Namun, Desi malah mendengarkan Peter. Dia mengabaikan Ardika sambil berkata, "Peter, pesta akan segera dimulai. Pergilah ke atas panggung untuk mewakili bibi mengucapkan beberapa kata. Bibi nggak pandai berbicara, nanti malah ditertawakan orang."Peter tertegun sejenak sebelum bergembira.Bisa-bisanya Desi menyuruhnya mewakili Luna berpidato, dia memahami maksud Desi."Bu, Peter bukan anggota keluarga kita, bagaimana bisa dia yang berpidato? Aku atau Ardika bisa mewakili Ibu."Luna sangat panik.Desi memelototinya sambil berkata, "D

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 65 Kamu Mengusirku?

    Mendengar ucapan ini, preman berambut pirang itu langsung menatap Hendy dengan galak."Dasar pria gendut, beraninya kamu membodohiku dengan ruangan kelas rendah. Kurasa kamu sudah bosan hidup, ya? Cepat siapkan Hall Utopia untuk kami!"Dalam sekejap, wajah Luna sekeluarga dan para tamu pun memucat. Semuanya segera berdiri."Ada apa dengan Desi? Bisa-bisanya merayakan pesta di tempat buruk seperti ini, belum makan saja sudah diusir ...."Beberapa orang mulai mengeluh.Ketika Desi mendengar ini, dia merasa sangat malu. Bagaimana mungkin dia tahu akan terjadi hal seperti ini?Dia memberanikan diri untuk menghampiri para preman itu, lalu berkata, "Saudara sekalian, keluarga kami menghabiskan banyak uang untuk mengadakan pesta pindah rumah di sini. Kalian makanlah di tempat lain ....""Plak!"Preman berambut pirang itu langsung menamparnya. "Jangan berbasa-basi denganku, pergi sana!"Desi mundur dengan ketakutan."Bu!"Luna segera berlari ke arah ibunya, begitu pula dengan Ardika. Dia menat

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 66 Suruh Si Gigi Emas Masuk

    Mendengar ucapan Desi, semuanya langsung mengangkat sendok mereka."Makan apanya. Semuanya cepat pergi dari Hall Utopia!"Tak disangka, Peter tiba-tiba emosi dan mengusir para tamu.Para tamu langsung meletakkan sendok di tangan mereka.Desi berkata dengan kaget, "Peter, ada apa? Bukankah kamu sudah mengusir para preman itu?""Mengusir? Aku nggak sanggup menyinggung mereka, cepat pergi!" kata Peter dengan kesal. Karena dia ingin segera mengusir para tamu, dia pun mengasari Desi.Desi menatap Peter dengan linglung selama beberapa detik. Pada akhirnya, dia mengerti kalau Peter tidak sedang bercanda."Semuanya, pergilah. Aku meminta maaf atas insiden di pesta kali ini, aku akan mentraktir kalian di lain waktu untuk menebus kesalahanku," kata Desi sambil menangis.Semua tamu terpaksa bangun, bisa-bisanya mereka diusir begitu saja."Bu, pesta pindah rumah ini akan tetap dilanjutkan. Kita nggak perlu pergi."Saat ini, Ardika tiba-tiba berdiri."Kenapa belum pergi? Lamban sekali!"Pada saat i

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 67 Dia Tidak Pantas Meminum Anggur dari Istriku

    Oh?Ardika terhibur oleh omongannya. "Jadi, selain seratus kilogram daging di tubuhmu, kamu nggak punya benda lain lagi?""Tuan Ardika, kalau Tuan suka, mulai sekarang, lebih dari seratus kilogram daging di tubuh ini menjadi milikmu. Aku akan menuruti semua perintahmu!"Jinto sangat gembira. Bekerja untuk Ardika adalah hal baik."Kamu nggak pantas."Tentu saja, Ardika memahami niat Jinto. Dia segera menggelengkan kepalanya sambil berkata, "Kalau mau aku melepaskanmu, kamu harus meninggalkan sesuatu."Ardika memandang Jinto dari ujung kepala sampai ujung kaki.Jinto sontak ketakutan, tetapi dia tidak berani menolak. "Tuan Ardika, katakan saja. Sekalipun Tuan menyuruhmu memotong anggota tubuhku, aku nggak akan ragu!""Aku nggak ingin melihat darah di hari bahagia ini."Ardika berkata dengan tenang, "Begini, gigi depanmu itu sungguh mengganggu, cabutlah.""Hah?"Jinto tidak menyangka Ardika akan menyuruhnya mencabut gigi depannya yang terbuat dari emas. Bagaimanapun, itu adalah simbolnya

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 68 Ayah Datang Meminta Maaf

    Baron Remax adalah ayahnya Peter, pemimpin generasi kedua Keluarga Remax."Berengsek, beraninya kamu menghina ayahku!"Mendengar Ardika menyebut nama ayahnya, Peter langsung menoleh ke arah Ardika.Desi pun emosi. "Ardika, apa maksudmu? Nggak berani minum? Luna itu junior, bagaimana mungkin Pak Baron nggak berani menerima anggur darinya!"Melihat Desi mengasarinya lagi, Ardika menggelengkan kepalanya dengan tidak berdaya."Bu, aku salah."Kalau bukan demi membiarkan Desi menyelesaikan pesta dengan gembira, dia akan meminta Baron datang meminta maaf sekarang juga."Pecundang!"Melihat Ardika menyerah begitu saja, Peter pun mendengus dingin.Dia tidak berbasa-basi dengan Ardika dan lanjut menyanjung Desi.Dia bisa melihat bahwa Desi-lah yang membuat keputusan dalam keluarga ini, Jacky sama sekali tidak bersuara.Selama Desi mengakuinya sebagai menantu, Luna dan Ardika pasti akan bercerai!Dia akan segera memiliki istri cantik.Meskipun Luna tidak bersedia, dia tetap harus menuruti keingi

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 69 Tidak Pantas

    Melihat Luna mengangkat gelas dengan patuh, Peter sangat gembira.Dia tahu Luna tidak bersedia bersulang dengan ayahnya.Namun, selama Desi memerintah, Luna harus menuruti.Menyanjung Desi adalah strategi yang sempurna.Selama dia dapat mengelabui Desi, wanita bodoh ini akan mengirim Luna ke ranjangnya.Dia segera menuangkan segelas anggur dan meletakkan anggur itu ke tangan Baron, tetapi dia menyadari bahwa Baron tertegun di tempat."Ayah, Luna sedang mengajakmu bersulang, apa yang kamu pikirkan.""Oh ...."Baron kembali tersadar. Melihat gelas yang diletakkan putranya di tangannya, dia seolah-olah kepanasan dan langsung melepaskan gelas itu."Bruk!"Gelas anggur itu pecah.Desi tertegun sejenak. Dia mengira Baron marah karena tidak puas dengan sikap putrinya."Luna, kenapa kamu ragu-ragu? Apa kamu nggak senang karena aku menyuruhmu menyulang Paman Baron?" Desi berkata dengan marah, "Cepat ambil gelas dan tuangkan anggur untuk Paman Baron!"Baron kaget dan menyadari bahwa Desi sudah s

Latest chapter

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2293 Lubang di Dasar Kolam

    Zaman dulu berbeda dengan zaman sekarang yang tenang dan damai.Persaingan antara ahli fengsui juga sangat sengit, disertai dengan pertumpahan darah.Jadi, kebanyakan formasi yang diatur oleh ahli fengsui sangat berbahaya, sama sekali tidak akan memberikan kesempatan bagi lawan untuk bertahan hidup.Karena orang-orang yang bisa mematahkan formasi dengan kekerasan, juga merupakan ahli bela diri, tetapi bukan berasal dari keluarga atau kalangan sendiri.Bagaimanapun juga, kalau berasal dari kalangan sendiri, akar warisan yang diperoleh sama. Mereka memiliki cara untuk mematahkan formasi tanpa perlu menggunakan pemaksaan.Karena tidak berasal dari kalangan sendiri, maka itu artinya adalah musuh.Tentu saja, makin banyak yang mati, makin baik.Mendengar ucapan Windono, beberapa orang murid Windono langsung memelototi Ardika dengan marah dan berkata, "Eh, bocah, kamu sudah mencelakai adik seperguruan kami! Aku akan menghabisimu!""Kamu pasti sengaja, 'kan?!"Ardika terkekeh pelan dan berkat

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2292 Lapisan Pasir Hisap

    "Orang yang nggak jelas asal usulnya sepertimu malah berani nggak menghormati ahli fengsui seratus tahun yang lalu! Memangnya kamu pikir kamu siapa?!""Biksu Karuna memujimu karena berniat untuk memotivasi generasi muda, jangan terlalu memandang tinggi dirimu sendiri!""Ardika, 'kan? Cepat berlutut di pinggir kolam, minta maaf pada leluhur kami!"Semua murid Windono langsung menunjuk Ardika dan menegurnya dengan marah.Mereka bahkan memintanya untuk berlutut di pinggir kolam dan meminta maaf.Karena fengsui di tempat ini memang diatur oleh leluhur Keluarga Sudrajat, maka dengan seperti ini juga sudah termasuk meminta maaf terhadap leluhur mereka.Ardika menanggapi dengan santai. "Jangankan leluhur kalian itu sudah mati, biarpun dia hidup kembali sekarang dan berdiri tepat di hadapanku, dia juga nggak pantas menerima penghormatan seperti itu dariku.""Guru, bocah ini benar-benar nggak menyesali perbuatannya, berani-beraninya dia bersikap nggak hormat pada leluhur kita! Kita harus member

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2291 Kolam Tidak Boleh Disentuh

    Jace tidak menanggapi ucapan Windono, tetapi ekspresinya sudah memberi tahu Windono jawabannya.Windono berkata, "Pak Jace, aku jujur saja, kakek buyutku pernah meninggalkan pesan bahwa pusat dari fengsui yang diaturnya itu adalah kolam ini.""Dia secara khusus berpesan bahwa apa pun yang terjadi, kolam ini nggak boleh disentuh. Kalau nggak, situasi fengsui akan berbalik, akan menimbulkan konsekuensi yang besar!"Windono berbicara dengan memasang ekspresi serius.Jace melirik Ardika sekilas, lalu berkata sambil mengerutkan keningnya, "Pak Windono, bukankah kakek buyutmu sudah terlalu berlebihan?""Sudah sekitar seratus tahun berlalu, apa konsekuensi yang bisa ditimbulkan oleh sebuah fengsui?"Walaupun dia juga memercayai hal-hal seperti ini, tetapi dia meragukan fengsui yang diatur sekitar seratus tahun yang lalu ini masih bisa menimbulkan konsekuensi setelah seratus tahun berlalu.Dibandingkan dengan Windono, dia lebih memercayai ucapan Ardika bahwa ada yang aneh dengan kolam ini.Kal

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2290 Berasal dari Keluarga Ahli Fengsui

    "Pak Windono berasal dari keluarga ahli fengsui. Pak Windono nggak hanya merupakan pimpinan Harven, tapi juga menjabat sebagai Ketua Asosiasi Fengsui Ibu Kota Provinsi!""Beliau sedang bicara dengan Pak Jace, apa hakmu menyelanya?""Apalagi mempertanyakan Pak Windono seperti ini!""Cepat tampar wajahmu sendiri dan minta maaf pada Pak Windono!"Murid wanita itu menegur Ardika dengan ekspresi tegas. Sementara itu, Windono sendiri bahkan tidak melirik Ardika sama sekali."Kamu yang lancang!"Begitu murid wanita itu selesai berbicara, Jace sudah berteriak dengan marah, "Ardika adalah tamu kehormatan yang kuundang kemari, kamu menegurnya seperti ini, aku malah ingin menanyakan padamu memangnya kamu siapa?! Siapa yang memberimu keberanian ini?!""Pak Jace, aku ...."Murid wanita itu malu setengah mati, raut wajahnya tampak memerah.Sangat jelas dia tidak menyangka seorang wali kota seperti Jace akan melindungi orang yang tidak penting itu dengan sedemikian rupanya.Dia menatap Ardika dengan

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2289 Pak Windono

    Ardika mendongak, melihat matahari yang sudah bersinar cerah di luar sana. Dia pun berkata, "Cuaca hari ini cukup bagus. Begini saja, Pak Jace, sekarang kamu kerahkan pompa untuk menguras air di kolam hingga kering terlebih dahulu.""Lalu, kerahkan eskavator untuk membersihkan lumpur. Sekitar pukul dua sore, saat energi positif mencapai titik puncaknya, aku akan turun tangan langsung.""Hantu atau roh apa pun yang ada di dalam air itu, kali ini harus dihancurkan sepenuhnya!"Melihat Ardika begitu percaya diri, Jace juga sudah mulai tenang."Baik, aku akan meminta Limdo untuk mengaturnya sekarang!"Tak lama kemudian, Limdo sudah mengerahkan beberapa buah pompa berkekuatan besar kemari dan mulai menguras air.Walaupun sangat bising, tetapi Jace sekeluarga malah merasa suara itu sangat enak didengar.Dalam kurun waktu kurang dari dua jam, air sudah terkuras hingga kering. Dasar kolam dipenuhi dengan lumpur, tidak kelihatan ada keanehan apa pun.Ardika tidak mengucapkan sepatah kata pun, d

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2288 Angin Menyatukan Air, Air Menimbulkan Angin

    "Dia sudah mati, nggak mungkin bisa berulah lagi.""Kalau ada rohnya, juga pasti sudah kuhabisi sejak awal."Ardika menanggapi ucapan Lolita sambil menggelengkan kepalanya.Setelah merenung sejenak, dia berkata dengan nada bicara agak dingin, "Menurutku, ada orang yang masih nggak terima, jadi sengaja berulah.""Ada yang berulah?"Jace dan Lolita menunjukkan ekspresi serius, sorot mata mereka tampak sedikit panik.Selama beberapa waktu ini, mereka sekeluarga sudah lelah baik secara fisik maupun mental. Siapa sangka, Kasandra baru saja diselamatkan, tetapi sudah terjadi hal seperti ini lagi."Nggak perlu khawatir."Ardika melambaikan tangannya, lalu berkata dengan acuh tak acuh, "Karena hari ini aku sudah datang, aku akan membantu kalian mengatasi kekhawatiran kalian ini sepenuhnya.""Di mana gambarnya? Coba kulihat."Jace segera memanggil Limdo untuk membawakan setumpuk kertas itu kemari."Tuan Ardika, aku sudah meminta Limdo untuk mencarikan keseluruhan gambar kompleks asrama Kediaman

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2287 Kejadian Aneh di Kediaman Keluarga Sinantri

    Namun, begitu bertemu Ardika, Kasandra malah langsung seakrab itu dengan Ardika. Hal ini benar-benar di luar bayangan Jace dan Lolita.Terlebih lagi, boleh dibilang ini adalah pertama kalinya Kasandra bertemu dengan Ardika.Walaupun sebelumnya dia sudah sempat bertemu dengan Ardika sebanyak dua kali di rumah, tetapi saat itu Kasandra dikendalikan oleh orang lain. Dia dalam kondisi tidak sadar.Pasangan suami istri ini benar-benar tidak bisa memahami hal ini. Pada akhirnya, mereka hanya beranggapan bahwa karena Ardika telah menyelamatkan Kasandra, itulah sebabnya Kasandra bisa merasa akrab terhadap Ardika secara naluriah."Baiklah, kalau begitu aku panggil kamu Kasandra saja."Ardika menyunggingkan seulas senyum tak berdaya, dia juga cukup menyukai gadis manis yang satu ini.Setelah mendengar ucapan Ardika, Kasandra baru puas. Dia menarik Ardika masuk ke dalam rumah dengan antusias, lalu menyeduhkan teh untuk Ardika dengan antusias pula."Hei, sekarang putriku sudah dewasa. Biasanya gad

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2286 Pertama Kali Bertemu Judian

    Setengah jam kemudian.Ardika langsung melajukan mobilnya memasuki kompleks asrama Kediaman Wali Kota.Baru saja memarkir mobilnya di depan rumah Jace, Ardika sudah melihat sosok bayangan Jace sekeluarga muncul di depan halaman rumah.Sosok Kasandra yang cantik dan elegan juga berdiri di belakang Jace dan Lolita, kelihatannya kondisi mental juga jauh membaik.Selain Jace sekeluarga, juga ada seorang pemuda dengan postur tubuh tegap dan paras tampan berada di sana.Saat ini, pemuda itu berbalik dan berkata, "Paman Jace nggak perlu mengantarku lagi, aku pamit dulu.""Ke depannya aku akan tetap berada di ibu kota provinsi. Aku sudah punya lebih banyak waktu untuk datang mengunjungi Paman dan Bibi Lolita, tentu saja juga Kasandra."Kemudian, Jace sekeluarga berbasa-basi beberapa patah kata lagi sebelum pemuda itu berjalan keluar.Tak lama kemudian, sebuah mobil dengan pelat tim tempur Provinsi Denpapan melaju perlahan-lahan ke sisi pemuda tersebut.Saat ini, kebetulan Ardika berjalan masuk

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 2285 Manajer Departemen Bisnis

    "Memintaku untuk menjadi presdir? Apa kamu takut identitasku terungkap terlalu lambat?"Ardika melirik Cahdani sekilas dengan sorot mata acuh tak acuh.Dilirik oleh Ardika seperti itu, jantung Cahdani langsung berdegap dengan kencang. Dia buru-buru berkata, "Nggak, nggak, nggak, bukan begitu. Aku nggak bermaksud seperti itu. Kak Ardika, kamu seperti ini juga cukup baik. Tapi, menjadi seorang karyawan biasa sama sekali nggak cocok untuk identitasmu. Bagaimana kalau kamu menjabat sebagai seorang petinggi level menengah?""Kak Ardika, dengan begini kamu nggak perlu khawatir identitasmu terekspos, juga bisa mencampuri urusan perusahaan secara terang-terangan."Ardika mengangguk perlahan dan berkata, "Benar juga. Kalau begitu, begini saja. Jabatan Kalris sebelumnya untukku saja.""Manajer departemen?"Cahdani mengangguk dan berkata, "Hmm, boleh dibilang juga sudah termasuk petinggi level menengah. Kalau begitu, ditetapkan seperti ini saja.""Kalian sudah dengar apa yang kukatakan, 'kan? Ngg

Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status