Setelah mencapai kesepakatan bersama, Jesper menyampaikan sebuah saran kepada dua kepala keluarga lainnya.Walaupun sekarang mereka tidak berdaya menghadapi Raka, tetapi mereka bisa memberi Grup Bintang Darma sedikit masalah, agar terjadi konflik internal dalam perusahaan tersebut.Biarpun tidak berdaya menghadapi Raka, mereka tetap harus membuat hidup lawan mereka tidak tenang!"Tuan, Simon sudah menyampaikan pesan Tuan kepada tiga keluarga besar.""Selain itu, dia juga sudah menyerahkan semua aset dan properti di bawah namanya kepada negara. Dia juga mengatakan bahwa di hari peringatan kematian Delvin, dia akan membawa seluruh anak buahnya untuk mengangkat dan menjaga peti mati Delvin, serta memberi penghormatan padanya."Di rumah sakit.Claudio sedang memberi laporan kepada Ardika."Hmm, karena dia cukup tahu diri, maka aku akan mengampuni nyawanya untuk sementara waktu."Ardika melambaikan tangannya dan berkata, "Nggak hanya tiga keluarga besar dan Simon, di hari peringatan kematia
"Setahu kami, bertepatan pada hari penyelenggaraan konser Nona Fiona adalah hari peringatan dua tahun kematian Tuan Delvin yang merupakan presdir terdahulu Grup Bintang Darma.""Menurut infotmasi yang kami peroleh, di hari peringatan kematian Delvin, Grup Bintang Darma akan mengadakan acara peringatan kematiannya.""Nona Fiona, kalau kami boleh tahu, apakah penyelenggaraan konser dadakanmu ini ada hubungannya dengan hal itu?"Proses wawancara masih berlangsung.Fiona berkata, "Nggak ada hubungannya, hanya sebuah kebetulan belaka."Makin pihak yang bersangkutan menyatakan bahwa ini hanya sebuah kebetulan belaka, maka orang-orang makin meyakini bahwa penyelenggaraan konser ini ada hubungannya dengan hari peringatan kematian Delvin."Nona Fiona, apakah kami bisa mengajukan beberapa pertanyaan kepadamu mengenai rumor tentang pelecehan yang dilakukan oleh Delvin terhadapmu dan beredar luas di Kota Banyuli dua tahun yang lalu?""Kupikir hal ini nggak perlu dibicarakan lagi. Lagi pula, kejadi
Amanda menggerutu, mengungkapkan kekesalannya pada putrinya, "Dasar putri nggak berhati nurani! Biasanya, saat aku dan ayahnya pulang dinas, dia nggak pernah pergi ke bandara untuk menyambut kepulangan kami!"'Fiona lagi? Kebetulan sekali!' pikir Ardika.Ardika berkata, "Tapi, baru saja aku lihat siaran berita, Fiona sudah berada di hotel Kota Banyuli.""Oh, kalau begitu, dia pasti pergi bermain ke tempat lain. Kamu telepon dia saja sendiri. Dia sudah besar, nggak mungkin bisa hilang."Amanda melontarkan beberapa patah kata itu dengan kesal, lalu menoleh ke arah Desi, kakaknya dan melanjutkan obrolan mereka.Ardika yang baru saja sampai di rumah, terpaksa keluar lagi.Setelah melajukan mobilnya keluar dari kompleks vila mewah, dia langsung menelepon Futari."Kak ... Kak Ardika?"Tanpa menunggu lama, panggilan telepon sudah terhubung, lalu terdengar suara canggung Futari dari ujung telepon.Saat pertama kali bertemu dengan Ardika, dia memang cukup yakin memanggil Ardika dengan panggilan
"Ya, tentu saja aku bisa."Saat berbicara, indra penciuman Ardika juga bekerja. Saat itu juga, dia langsung mengerutkan keningnya.Ruang pribadi ini dipenuhi oleh bau alkohol dan rokok.Sekelompok pria dan wanita anggota klub penggemar Fiona ini masih muda, tetapi mereka semua sudah terbiasa berbicara kata-kata kasar.Biasanya, Futari diawasi dengan ketat oleh keluarganya. Gadis itu adalah seorang gadis baik dan penurut.Dia masih belum berpengalaman dalam berinteraksi dengan orang-orang seperti Frederick dan yang lainnya.Dia sama sekali tidak menyadari bahwa para pria itu sedang mengamati tubuhnya dengan tatapan mesum dari waktu ke waktu."Futari, ayo kita pulang. Ibumu memintaku untuk menjemputmu pulang," kata Ardika.Futari sudah menenangkan dirinya dari keterkejutannya. Dia hanya beranggapan bahwa Ardika menanyakan keberadaannya dari pelayan ktv ini.Dia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nanti aku masih ada urusan lain. Kak Ardika, kamu pulang saja sendiri. Aku bisa pulang sen
Melihat Ardika diolok-olok oleh semua orang, bahkan tetap diam saja setelah dipermalukan oleh seorang gadis, Frederick makin menganggap remeh Ardika."Ah, pantas saja aku merasa suasana di dalam ruang pribadi kita ini tiba-tiba berubah menjadi nggak menyenangkan. Ternyata ada seorang menantu benalu, ya."Dia menunjuk ke arah pintu, lalu berkata dengan seulas senyum palsu, "Silakan keluar dari ruangan kami, kami nggak menerima keberadaanmu!"Ardika juga tidak ingin berlama-lama di dalam ruangan yang dipenuhi oleh asap rokok dan bau alkohol ini.Dia mengalihkan pandangannya ke arah Futari dan berkata, "Futari, kamu benar-benar nggak mau pulang?"Tiba-tiba, Futari mengalihkan pandangannya ke arah Ardika dan berteriak, "Kenapa kamu begitu menyebalkan? Sudah kubilang aku bisa pulang sendiri, kamu nggak perlu ikut campur dalam urusanku!"Dia menyalahkan Ardika telah datang dan membuatnya malu."Oke."Tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi, Ardika langsung berbalik dan hendak pergi.Karena F
Preman itu bertanya pada Frederick, "Kamu kenal Kak Simon?""Ya, aku kenal."Senyuman di wajah Frederick tampak makin rileks.Sorot mata preman itu padanya tampak sedikit serius.Melihat pemuda itu bersikap begitu tenang di hadapan mereka, juga mengatakan mengenal Simon, sepertinya latar belakang pemuda itu tidak biasa."Kak Simon sudah datang!"Tepat pada saat ini, seorang preman yang berdiri di barisan belakang tiba-tiba berteriak.Sekelompok preman itu segera membukakan jalan untuk bos mereka.Kemudian, Simon yang bertubuh tinggi kekar dan menunjukkan ekspresi ganas itu melenggang masuk ke dalam ruangan."Aku dengar ada orang nggak tahu diri yang berkelahi dengan anak buahku! Di mana dia? Cepat keluar! Aku mau lihat siapa yang berani bersikap arogan seperti itu!" kata Simon dengan nada tajam.Hari ini, dia baru saja mengalami kerugian besar di tangan Ardika.Tidak hanya seluruh aset dan propertinya yang dikembalikan ke negara, tiga hari lagi dia harus mengenakan pakaian duka untuk m
Frederick benar-benar tercengang.Dia tidak mengerti mengapa Simon tiba-tiba melayangkan tamparan ke wajahnya.Pria dan wanita muda lainnya dalam ruangan itu juga kebingungan melihat tindakan Simon."Eh bocah, kamu pikir kamu siapa? Berani-beraninya kamu memintaku untuk mempertimbangkanku?!"Simon berkata dengan nada tajam, "Biarpun Miguel, ayahmu yang datang ke sini, dia juga nggak berani membantah ucapanku! Kamu sama sekali bukan apa-apa bagiku!"Suara teriakan penuh amarah Simon memenuhi seluruh ruangan.Hari ini, suasana hatinya sangat buruk.Siapa sangka seorang bocah seperti Frederick saja malah berani berlagak hebat di hadapannya.Tentu saja dia langsung melayangkan tamparan keras ke wajah bocah itu tanpa sungkan!Dia segera bangkit dari lantai dan berkata, "Kak ... Kak Simon, aku sudah bersalah! Aku nggak akan mengulanginya lagi!"Saat itu pula, aroma tidak sedap memenuhi seluruh ruangan tersebut.Begitu aroma tidak sedap itu masuk ke dalam indra penciuman orang-orang lainnya d
"Dasar kakak ipar pecundang! Kalau nggak pandai berbicara, nggak perlu berbicara! Aku akan meminta Kak Luna untuk bercerai dengannya!"Awalnya Futari sangat berterima kasih pada Ardika karena telah membantunya berbicara.Namun, begitu mendengar Ardika meminta 200 miliar untuk segelas anggur, dia menganggap pria itu sudah menjadikannya sebagai mesin pencetak uang.Kekecewaan dan kebencian langsung menyelimuti hatinya.Hanya Simon seorang yang mengerutkan keningnya.'Eh? Kenapa suara ini kedengarannya sangat familier?'Sebelum dia sempat berbicara, anak buahnya segera mengambil tindakan."Sialan! Ternyata masih ada satu orang idiot di sudut ruangan! Apa kamu sudah tuli?! Kamu nggak dengar bos kami memerintahkan semua pria untuk keluar dari ruangan ini?!"Orang yang berbicara tidak lain adalah preman yang dari tadi sudah memainkan pisau.Sambil melontarkan makian, dia berjalan menuju ke sudut ruangan yang gelap itu."Syuuu ...."Tidak ada seorang pun yang tahu apa yang terjadi di sana.De