"Apa yang kamu katakan? Tugu makam?""Ada orang yang ingin membangun tugu makam di Vila Pelarum yang ditempati oleh ratusan orang anggota Keluarga Lukito?""Simon, apa maksudmu?!""Kalau kamu berani mengucapkan kata-kata seperti itu lagi, percaya atau nggak aku akan membunuhmu sekarang juga!"Walaupun Oliver sudah banyak memakan asam garam kehidupan, amarahnya tetap meledak mendengar ucapan seperti itu.Kalau benar-benar menuruti keinginan orang lain untuk membangun tugu makam di sini, mungkin semua leluhur Keluarga Lukito akan bangkit dari kubur!"Tuan Oliver benar, maksud orang itu memang seperti ini. Aku nggak akan mengulangi ucapanku lagi."Simon berkata, "Kebetulan kepala keluarga tiga keluarga besar berada di sini, orang itu memintaku untuk menyampaikan beberapa patah kata kepada kalian."Kepala keluarga tiga keluarga besar mengerutkan kening mereka dan menatap Simon dengan lekat.Simon berkata dengan pelan, "Begini pesan dari orang itu untuk kalian. Tiga hari lagi adalah hari pe
Setelah mencapai kesepakatan bersama, Jesper menyampaikan sebuah saran kepada dua kepala keluarga lainnya.Walaupun sekarang mereka tidak berdaya menghadapi Raka, tetapi mereka bisa memberi Grup Bintang Darma sedikit masalah, agar terjadi konflik internal dalam perusahaan tersebut.Biarpun tidak berdaya menghadapi Raka, mereka tetap harus membuat hidup lawan mereka tidak tenang!"Tuan, Simon sudah menyampaikan pesan Tuan kepada tiga keluarga besar.""Selain itu, dia juga sudah menyerahkan semua aset dan properti di bawah namanya kepada negara. Dia juga mengatakan bahwa di hari peringatan kematian Delvin, dia akan membawa seluruh anak buahnya untuk mengangkat dan menjaga peti mati Delvin, serta memberi penghormatan padanya."Di rumah sakit.Claudio sedang memberi laporan kepada Ardika."Hmm, karena dia cukup tahu diri, maka aku akan mengampuni nyawanya untuk sementara waktu."Ardika melambaikan tangannya dan berkata, "Nggak hanya tiga keluarga besar dan Simon, di hari peringatan kematia
"Setahu kami, bertepatan pada hari penyelenggaraan konser Nona Fiona adalah hari peringatan dua tahun kematian Tuan Delvin yang merupakan presdir terdahulu Grup Bintang Darma.""Menurut infotmasi yang kami peroleh, di hari peringatan kematian Delvin, Grup Bintang Darma akan mengadakan acara peringatan kematiannya.""Nona Fiona, kalau kami boleh tahu, apakah penyelenggaraan konser dadakanmu ini ada hubungannya dengan hal itu?"Proses wawancara masih berlangsung.Fiona berkata, "Nggak ada hubungannya, hanya sebuah kebetulan belaka."Makin pihak yang bersangkutan menyatakan bahwa ini hanya sebuah kebetulan belaka, maka orang-orang makin meyakini bahwa penyelenggaraan konser ini ada hubungannya dengan hari peringatan kematian Delvin."Nona Fiona, apakah kami bisa mengajukan beberapa pertanyaan kepadamu mengenai rumor tentang pelecehan yang dilakukan oleh Delvin terhadapmu dan beredar luas di Kota Banyuli dua tahun yang lalu?""Kupikir hal ini nggak perlu dibicarakan lagi. Lagi pula, kejadi
Amanda menggerutu, mengungkapkan kekesalannya pada putrinya, "Dasar putri nggak berhati nurani! Biasanya, saat aku dan ayahnya pulang dinas, dia nggak pernah pergi ke bandara untuk menyambut kepulangan kami!"'Fiona lagi? Kebetulan sekali!' pikir Ardika.Ardika berkata, "Tapi, baru saja aku lihat siaran berita, Fiona sudah berada di hotel Kota Banyuli.""Oh, kalau begitu, dia pasti pergi bermain ke tempat lain. Kamu telepon dia saja sendiri. Dia sudah besar, nggak mungkin bisa hilang."Amanda melontarkan beberapa patah kata itu dengan kesal, lalu menoleh ke arah Desi, kakaknya dan melanjutkan obrolan mereka.Ardika yang baru saja sampai di rumah, terpaksa keluar lagi.Setelah melajukan mobilnya keluar dari kompleks vila mewah, dia langsung menelepon Futari."Kak ... Kak Ardika?"Tanpa menunggu lama, panggilan telepon sudah terhubung, lalu terdengar suara canggung Futari dari ujung telepon.Saat pertama kali bertemu dengan Ardika, dia memang cukup yakin memanggil Ardika dengan panggilan
"Ya, tentu saja aku bisa."Saat berbicara, indra penciuman Ardika juga bekerja. Saat itu juga, dia langsung mengerutkan keningnya.Ruang pribadi ini dipenuhi oleh bau alkohol dan rokok.Sekelompok pria dan wanita anggota klub penggemar Fiona ini masih muda, tetapi mereka semua sudah terbiasa berbicara kata-kata kasar.Biasanya, Futari diawasi dengan ketat oleh keluarganya. Gadis itu adalah seorang gadis baik dan penurut.Dia masih belum berpengalaman dalam berinteraksi dengan orang-orang seperti Frederick dan yang lainnya.Dia sama sekali tidak menyadari bahwa para pria itu sedang mengamati tubuhnya dengan tatapan mesum dari waktu ke waktu."Futari, ayo kita pulang. Ibumu memintaku untuk menjemputmu pulang," kata Ardika.Futari sudah menenangkan dirinya dari keterkejutannya. Dia hanya beranggapan bahwa Ardika menanyakan keberadaannya dari pelayan ktv ini.Dia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nanti aku masih ada urusan lain. Kak Ardika, kamu pulang saja sendiri. Aku bisa pulang sen
Melihat Ardika diolok-olok oleh semua orang, bahkan tetap diam saja setelah dipermalukan oleh seorang gadis, Frederick makin menganggap remeh Ardika."Ah, pantas saja aku merasa suasana di dalam ruang pribadi kita ini tiba-tiba berubah menjadi nggak menyenangkan. Ternyata ada seorang menantu benalu, ya."Dia menunjuk ke arah pintu, lalu berkata dengan seulas senyum palsu, "Silakan keluar dari ruangan kami, kami nggak menerima keberadaanmu!"Ardika juga tidak ingin berlama-lama di dalam ruangan yang dipenuhi oleh asap rokok dan bau alkohol ini.Dia mengalihkan pandangannya ke arah Futari dan berkata, "Futari, kamu benar-benar nggak mau pulang?"Tiba-tiba, Futari mengalihkan pandangannya ke arah Ardika dan berteriak, "Kenapa kamu begitu menyebalkan? Sudah kubilang aku bisa pulang sendiri, kamu nggak perlu ikut campur dalam urusanku!"Dia menyalahkan Ardika telah datang dan membuatnya malu."Oke."Tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi, Ardika langsung berbalik dan hendak pergi.Karena F
Preman itu bertanya pada Frederick, "Kamu kenal Kak Simon?""Ya, aku kenal."Senyuman di wajah Frederick tampak makin rileks.Sorot mata preman itu padanya tampak sedikit serius.Melihat pemuda itu bersikap begitu tenang di hadapan mereka, juga mengatakan mengenal Simon, sepertinya latar belakang pemuda itu tidak biasa."Kak Simon sudah datang!"Tepat pada saat ini, seorang preman yang berdiri di barisan belakang tiba-tiba berteriak.Sekelompok preman itu segera membukakan jalan untuk bos mereka.Kemudian, Simon yang bertubuh tinggi kekar dan menunjukkan ekspresi ganas itu melenggang masuk ke dalam ruangan."Aku dengar ada orang nggak tahu diri yang berkelahi dengan anak buahku! Di mana dia? Cepat keluar! Aku mau lihat siapa yang berani bersikap arogan seperti itu!" kata Simon dengan nada tajam.Hari ini, dia baru saja mengalami kerugian besar di tangan Ardika.Tidak hanya seluruh aset dan propertinya yang dikembalikan ke negara, tiga hari lagi dia harus mengenakan pakaian duka untuk m
Frederick benar-benar tercengang.Dia tidak mengerti mengapa Simon tiba-tiba melayangkan tamparan ke wajahnya.Pria dan wanita muda lainnya dalam ruangan itu juga kebingungan melihat tindakan Simon."Eh bocah, kamu pikir kamu siapa? Berani-beraninya kamu memintaku untuk mempertimbangkanku?!"Simon berkata dengan nada tajam, "Biarpun Miguel, ayahmu yang datang ke sini, dia juga nggak berani membantah ucapanku! Kamu sama sekali bukan apa-apa bagiku!"Suara teriakan penuh amarah Simon memenuhi seluruh ruangan.Hari ini, suasana hatinya sangat buruk.Siapa sangka seorang bocah seperti Frederick saja malah berani berlagak hebat di hadapannya.Tentu saja dia langsung melayangkan tamparan keras ke wajah bocah itu tanpa sungkan!Dia segera bangkit dari lantai dan berkata, "Kak ... Kak Simon, aku sudah bersalah! Aku nggak akan mengulanginya lagi!"Saat itu pula, aroma tidak sedap memenuhi seluruh ruangan tersebut.Begitu aroma tidak sedap itu masuk ke dalam indra penciuman orang-orang lainnya d
Dikenal sebagai orang ganas yang tidak takut pada apa pun, menghadapi Timnu saat ini, Lisman bersikap sangat sopan layaknya seekor anjing penjilat. Dia bahkan tidak berani berdiri dengan tegak."Ada apa lagi ini?"Timnu mengerutkan keningnya dengan agak kesal.Sedikit keterkejutan terlihat di mata Lisman. Dia berusaha mengendalikan dirinya agar tetap tenang, lalu berkata dengan suara dalam, "Penjual berlian yang kamu suruh aku cari itu, sudah kutemukan!""Bawa dia masuk!"Lisman berbalik, melambaikan tangannya. Saat itu juga, beberapa orang petarung membawa seorang pria dan seorang wanita memasuki ruangan."Sialan! Kalian berdua ini, dasar penipu!"Begitu melihat seorang pria dan seorang wanita itu, secara naluriah Werdi langsung melompat bangkit.Mulai dari tadi malam hingga sekarang, dia sudah menghabisi kedua orang itu berkali-kali dalam hatinya.Si pria adalah penjual berlian tersebut. Sementara itu, si wanita yang terlihat lebih tua dan memancarkan aura elegan dengan mengenakan ka
"Kak Timnu, semua ini salahku! Aku ini bodoh, aku adalah pecundang!""Tapi orang yang sudah mati nggak bisa hidup kembali. Sekarang Sofian sudah mati, kamu memakiku seperti apa pun, nggak akan ada gunanya!""Tolong selamatkan aku, Kak Timnu!"Werdi bersujud di lantai tanpa henti, bahkan kepalanya sudah berdarah. "Dengan mempertimbangkan hubungan persaudaraan yang terjalin antara kita selama ini, tolong selamatkan aku untuk terakhir kalinya, Kak Timnu!"Dia benar-benar ketakutan setengah mati. Untungnya, begitu menyadari situasi tidak memungkinkan, dia segera melarikan diri ke Hainiken. Kalau tidak, dia pasti sudah dihabisi oleh orang-orang Organisasi Snakei sebelum bisa keluar dari Sekolah Bela Diri Sopran.Bahkan sekarang, juga sudah ada banyak murid Organisasi Snakei yang mengepung luar Hainiken.Kalau dia berani melangkahkan kakinya keluar sekarang, begitu dia menginjakkan kakinya keluar dari pintu utama Hainiken, dia pasti akan langsung ditangkap, lalu ditenggelamkan ke sungai."Me
"Bam ...."Tubuh Werdi membentur sudut ruangan dengan keras. Dia merasakan tulang di sekujur tubuhnya seperti sudah retak.Namun, sakit yang menjalar di tubuh fisiknya ini juga tidak bisa menandingi perasaan takut yang menyelimuti hatinya saat menghadapi kematian.Sambil menahan rasa sakit luar biasa yang menjalar di tubuhnya, dia mengangkat kedua lengannya untuk menopang tubuhnya, lalu berlutut dan merangkak kembali ke hadapan Timnu.Sepanjang proses ini berlangsung, Werdi muntah darah, organ dalamnya seperti sedang bergejolak.Namun dia tidak peduli.Werdi tahu jelas kali ini dia sudah menimbulkan masalah yang sangat besar. Kalau Timnu tidak menyelamatkannya, maka nyawanya ini akan melayang."Kak Timnu, aku benar-benar nggak sengaja membunuh Sofian!""Awalnya dari awal hingga akhir aku melakukan sesuai instruksi darimu. Tapi, nggak tahu apa yang salah dengan otak si Ardika itu, begitu bertemu Sofian, dia langsung melayangkan satu tamparan ke wajah Sofian!""Hal yang lebih penting lag
Sosok Werdi saat ini bagaikan seorang dewa perang.Dia tampak sangat mengintimidasi.Semua orang dikejutkan oleh aura mengintimidasinya itu, bahkan sampai lupa untuk maju menghentikannya."Pfffttt ...."Kilatan pedang itu melintasi udara. Saat itu juga, bagian tenggorokan Sofian sudah tersayat. Berawal dengan terlihatnya daging berwarna putih, lalu berubah menjadi kemerahan dengan cepat.Darah segar berwarna merah cerah itu langsung muncrat keluar."Uh ... uh ... kamu ...."Sofian mengeluarkan beberapa kata itu dengan tidak jelas. Dia mengangkat lengannya ingin menunjuk Werdi. Akan tetapi, saat itu juga lengannya terkulai lemas, kepalanya miring ke samping. Dia tewas di tempat diliputi dengan perasaan tidak terima.Sebelum ajal menjemputnya, dia masih tidak mengerti mengapa dia bisa mati di tangan seorang pecundang seperti Werdi."Ah ... pembunuhan!"Raina dan beberapa orang wanita berteriak histeris.Sebelum kejadian ini terjadi, Ardika sudah memeluk Futari, membenamkan wajah gadis mu
Sambil menggertakkan giginya dengan emosi, Sofian berusaha keras untuk merangkak bangkit kembali. Ekspresinya sudah tampak sangat muram.Dulu, bagian tulang rusuknya pernah mengalami cedera, masih belum sepenuhnya pulih. Bagian inilah bagian paling rentan di tubuhnya.Biasanya, saat melawan para ahli bela diri, dia akan memperhatikan untuk melindungi bagian tulang rusuknya itu.Namun, hari ini karena menganggap remeh Werdi, dia sama sekali tidak memperhatikan hal itu.Saat pertama kali Werdi menyerang bagian tulang rusuknya, dia juga tidak berpikir banyak. Siapa sangka kali ini di bawah arahan dari Ardika, Werdi kembali menyerang titik kelemahannya itu dengan tepat."Eh, bajingan, tutup mulutmu! Setelah aku melumpuhkan Werdi, akan kuhabisi kamu!"Sofian sudah bertekad untuk melumpuhkan Werdi.Dia tidak akan berhenti sebelum menginjak-injak bocah yang satu ini."Mati kamu!"Sambil mengatupkan giginya dengan rapat, Sofian berteriak dengan keras. Kemudian, dia kembali menerjang ke arah We
"Mati saja sana!"Saat berbicara, Sofian meneriakkan tiga patah kata itu dengan marah. Kemudian, dia langsung menerjang ke arah Werdi. Tinjunya yang besar itu membelah udara, melesat menuju ke dahi Werdi.Sebelum tinju itu mendarat ke sasaran, aura membunuh yang menakutkan sudah menyelimuti target.Saking ketakutannya, jiwa Werdi seperti sudah meninggalkan raganya. Secara naluriah, dia ingin menghindari serangan tersebut.Tepat pada saat ini, suara Ardika tiba-tiba terdengar olehnya. "Mundur selangkah dengan kaki kananmu, lalu pukul bagian tulang rusuknya!"Kata-kata yang singkat, padat dan jelas ini, membuat Werdi bisa langsung memahaminya tanpa harus berpikir lagi.Seolah-olah menemukan penyelamatnya, tubuhnya bergerak mengikuti instruksi Ardika dengan refleks."Plak ...."Tubuh Werdi menghindar ke kanan, kebetulan berhasil menghindari serangan mematikan dari Sofian itu. Pada saat bersamaan, dia melayangkan pukulan yang tepat mengenai bagian tulang rusuk Sofian yang terekspos itu."P
Seolah-olah baru tercerahkan, Futari berkata, "Jadi, kamu hanya sedang memanas-manasi situasi, bukan benar-benar ingin membantu mereka, 'kan?"Dia hampir lupa hari ini Werdi dan yang lainnya memanggil Ardika ke Sekolah Bela Diri Sopran, pasti punya niat jahat.Jangankan membantu mereka, Ardika tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk menjatuhkan mereka saja, juga sudah cukup "setia kawan"."Kak Ardika, kalau begitu kita mundur saja lebih jauh lagi. Kalau sampai terjadi sesuatu, kita juga bisa lebih cepat kabur!"Futari langsung menarik Ardika mundur menuju ke arah pintu keluar. Dia menyaksikan pertunjukan yang sedang berlangsung itu dengan ekspresi menikmati."Sialan!"Menyaksikan pemandangan ini melalui sudut matanya, Werdi yang sudah babak belur akibat perkelahian itu hampir muntah darah.Hanya menyulut api tanpa bertanggung jawab memadamkan api.Dia pernah melihat orang yang tidak tahu malu, tetapi tidak pernah melihat orang yang begitu tidak tahu malu!Tentu saja Ardika sama sekali
Orang-orang yang bisa mengikuti Sofian, tentu saja adalah anggota-anggota inti Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan yang memihak pada Wilgo. Masing-masing di antara mereka memiliki kemampuan bela diri yang luar biasa.Di sisi lain, sekelompok tuan muda seperti Werdi juga bukanlah tipe orang yang mudah ditindas.Mereka juga sedikit berkemampuan. Kalau tidak, biarpun ada dukungan dari keluarga mereka, mereka juga tidak berani menantang kelompok Sofian.Dalam sekejap mata, perkelahian sengit antara dua kelompok itu pun dimulai.Namun, sepanjang proses itu berlangsung, kedua belah pihak masih mengendalikan diri mereka. Mereka hanya berkelahi dengan tangan kosong, tidak ada yang mengeluarkan senjata.Bagaimanapun juga, di antara kedua belah pihak ini, keduanya memiliki latar belakang yang cukup kuat.Yang satunya memiliki Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan sebagai pendukung, sedangkan yang satunya lagi memiliki Timnu, orang kepercayaan Jerfis sebagai pendukung.Berkelahi bukan
Sofian Remax, ahli bela diri yang menempati perangkat pertama di antara generasi muda Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan.Kekuatan orang ini luar biasa besar, dia sudah memberikan kontribusi besar untuk Wilgo.Dengar-dengar, guru orang ini adalah salah seorang tetua dari Organisasi Snakei cabang Gotawa. Alasan mengapa dia bergabung dengan cabang Provinsi Denpapan adalah untuk mencari pengalaman, agar suatu hari nanti dia bisa menduduki posisi ketua cabang.Juga ada yang mengatakan bahwa kekuatan Sofian sudah bisa mengejar Vita, salah satu dari sepuluh orang berbakat Organisasi Snakei cabang Gotawa.Terlebih lagi, itu adalah situasi satu tahun yang lalu.Kekuatan Sofian sekarang mungkin sudah jauh lebih kuat lagi!Jadi, ada rumor yang beredar bahwa kali ini Wilgo ingin berduel dengan pihak Vita dan Cahdani, perwakilan utamanya adalah Sofian ini.Hal ini juga membuat Sofian menjadi orang yang populer di kalangan kelas atas ibu kota provinsi.Sementara itu, konflik antara Sofian d