Amanda menggerutu, mengungkapkan kekesalannya pada putrinya, "Dasar putri nggak berhati nurani! Biasanya, saat aku dan ayahnya pulang dinas, dia nggak pernah pergi ke bandara untuk menyambut kepulangan kami!"'Fiona lagi? Kebetulan sekali!' pikir Ardika.Ardika berkata, "Tapi, baru saja aku lihat siaran berita, Fiona sudah berada di hotel Kota Banyuli.""Oh, kalau begitu, dia pasti pergi bermain ke tempat lain. Kamu telepon dia saja sendiri. Dia sudah besar, nggak mungkin bisa hilang."Amanda melontarkan beberapa patah kata itu dengan kesal, lalu menoleh ke arah Desi, kakaknya dan melanjutkan obrolan mereka.Ardika yang baru saja sampai di rumah, terpaksa keluar lagi.Setelah melajukan mobilnya keluar dari kompleks vila mewah, dia langsung menelepon Futari."Kak ... Kak Ardika?"Tanpa menunggu lama, panggilan telepon sudah terhubung, lalu terdengar suara canggung Futari dari ujung telepon.Saat pertama kali bertemu dengan Ardika, dia memang cukup yakin memanggil Ardika dengan panggilan
"Ya, tentu saja aku bisa."Saat berbicara, indra penciuman Ardika juga bekerja. Saat itu juga, dia langsung mengerutkan keningnya.Ruang pribadi ini dipenuhi oleh bau alkohol dan rokok.Sekelompok pria dan wanita anggota klub penggemar Fiona ini masih muda, tetapi mereka semua sudah terbiasa berbicara kata-kata kasar.Biasanya, Futari diawasi dengan ketat oleh keluarganya. Gadis itu adalah seorang gadis baik dan penurut.Dia masih belum berpengalaman dalam berinteraksi dengan orang-orang seperti Frederick dan yang lainnya.Dia sama sekali tidak menyadari bahwa para pria itu sedang mengamati tubuhnya dengan tatapan mesum dari waktu ke waktu."Futari, ayo kita pulang. Ibumu memintaku untuk menjemputmu pulang," kata Ardika.Futari sudah menenangkan dirinya dari keterkejutannya. Dia hanya beranggapan bahwa Ardika menanyakan keberadaannya dari pelayan ktv ini.Dia menggelengkan kepalanya dan berkata, "Nanti aku masih ada urusan lain. Kak Ardika, kamu pulang saja sendiri. Aku bisa pulang sen
Melihat Ardika diolok-olok oleh semua orang, bahkan tetap diam saja setelah dipermalukan oleh seorang gadis, Frederick makin menganggap remeh Ardika."Ah, pantas saja aku merasa suasana di dalam ruang pribadi kita ini tiba-tiba berubah menjadi nggak menyenangkan. Ternyata ada seorang menantu benalu, ya."Dia menunjuk ke arah pintu, lalu berkata dengan seulas senyum palsu, "Silakan keluar dari ruangan kami, kami nggak menerima keberadaanmu!"Ardika juga tidak ingin berlama-lama di dalam ruangan yang dipenuhi oleh asap rokok dan bau alkohol ini.Dia mengalihkan pandangannya ke arah Futari dan berkata, "Futari, kamu benar-benar nggak mau pulang?"Tiba-tiba, Futari mengalihkan pandangannya ke arah Ardika dan berteriak, "Kenapa kamu begitu menyebalkan? Sudah kubilang aku bisa pulang sendiri, kamu nggak perlu ikut campur dalam urusanku!"Dia menyalahkan Ardika telah datang dan membuatnya malu."Oke."Tanpa mengucapkan sepatah kata pun lagi, Ardika langsung berbalik dan hendak pergi.Karena F
Preman itu bertanya pada Frederick, "Kamu kenal Kak Simon?""Ya, aku kenal."Senyuman di wajah Frederick tampak makin rileks.Sorot mata preman itu padanya tampak sedikit serius.Melihat pemuda itu bersikap begitu tenang di hadapan mereka, juga mengatakan mengenal Simon, sepertinya latar belakang pemuda itu tidak biasa."Kak Simon sudah datang!"Tepat pada saat ini, seorang preman yang berdiri di barisan belakang tiba-tiba berteriak.Sekelompok preman itu segera membukakan jalan untuk bos mereka.Kemudian, Simon yang bertubuh tinggi kekar dan menunjukkan ekspresi ganas itu melenggang masuk ke dalam ruangan."Aku dengar ada orang nggak tahu diri yang berkelahi dengan anak buahku! Di mana dia? Cepat keluar! Aku mau lihat siapa yang berani bersikap arogan seperti itu!" kata Simon dengan nada tajam.Hari ini, dia baru saja mengalami kerugian besar di tangan Ardika.Tidak hanya seluruh aset dan propertinya yang dikembalikan ke negara, tiga hari lagi dia harus mengenakan pakaian duka untuk m
Frederick benar-benar tercengang.Dia tidak mengerti mengapa Simon tiba-tiba melayangkan tamparan ke wajahnya.Pria dan wanita muda lainnya dalam ruangan itu juga kebingungan melihat tindakan Simon."Eh bocah, kamu pikir kamu siapa? Berani-beraninya kamu memintaku untuk mempertimbangkanku?!"Simon berkata dengan nada tajam, "Biarpun Miguel, ayahmu yang datang ke sini, dia juga nggak berani membantah ucapanku! Kamu sama sekali bukan apa-apa bagiku!"Suara teriakan penuh amarah Simon memenuhi seluruh ruangan.Hari ini, suasana hatinya sangat buruk.Siapa sangka seorang bocah seperti Frederick saja malah berani berlagak hebat di hadapannya.Tentu saja dia langsung melayangkan tamparan keras ke wajah bocah itu tanpa sungkan!Dia segera bangkit dari lantai dan berkata, "Kak ... Kak Simon, aku sudah bersalah! Aku nggak akan mengulanginya lagi!"Saat itu pula, aroma tidak sedap memenuhi seluruh ruangan tersebut.Begitu aroma tidak sedap itu masuk ke dalam indra penciuman orang-orang lainnya d
"Dasar kakak ipar pecundang! Kalau nggak pandai berbicara, nggak perlu berbicara! Aku akan meminta Kak Luna untuk bercerai dengannya!"Awalnya Futari sangat berterima kasih pada Ardika karena telah membantunya berbicara.Namun, begitu mendengar Ardika meminta 200 miliar untuk segelas anggur, dia menganggap pria itu sudah menjadikannya sebagai mesin pencetak uang.Kekecewaan dan kebencian langsung menyelimuti hatinya.Hanya Simon seorang yang mengerutkan keningnya.'Eh? Kenapa suara ini kedengarannya sangat familier?'Sebelum dia sempat berbicara, anak buahnya segera mengambil tindakan."Sialan! Ternyata masih ada satu orang idiot di sudut ruangan! Apa kamu sudah tuli?! Kamu nggak dengar bos kami memerintahkan semua pria untuk keluar dari ruangan ini?!"Orang yang berbicara tidak lain adalah preman yang dari tadi sudah memainkan pisau.Sambil melontarkan makian, dia berjalan menuju ke sudut ruangan yang gelap itu."Syuuu ...."Tidak ada seorang pun yang tahu apa yang terjadi di sana.De
"Lupakan saja. Apa gunanya aku menginginkan nyawamu? Kamu masih harus memberi penghormatan kepada sahabatku di hari peringatan kematiannya."Begitu mendengar ucapan Ardika, Simon baru merasa lega sepenuhnya.Saat ini, Ardika berkata, "Aku sudah menetapkan satu peraturan. Kalau seseorang melakukan kesalahan padaku, harus meninggalkan benda tertentu sebelum pergi.""Sebelumnya, si Gigi Emas juga pernah mengalami kejadian yang sama denganmu. Setelah seluruh aset dan propertinya diserahkan kepada negara. Lalu, dia melakukan kesalahan lagi padaku, jadi aku memintanya untuk mencabut dua gigi serinya sendiri.""Kamu juga harus meninggalkan benda tertentu sebelum pergi," kata Ardika dengan acuh tak acuh.Setelah berpikir sejenak, Simon segera merangkak ke arah pisau yang dilempar oleh Ardika. Kemudian, dengan menggertakkan giginya, dia langsung mengarahkan pisau itu ke tangannya sendiri tanpa mengucapkan sepatah kata pun."Ah!"Dengan iringan teriakan histerisnya, dua buah jarinya yang berlumu
Saat mereka tiba di Hotel Blazar, gedung hotel sudah dipenuhi dengan poster besar Fiona. Petugas keamanan juga melakukan penjagaan ketat di depan pintu hotel."Kak Ardika, ayo kita pergi antre untuk membeli tiket," kata Futari sambil menarik Ardika ke barisan pembelian tiket."Futari, kamu dan kakak iparmu nggak pulang?"Tepat pada saat ini, para pria dan wanita muda yang tergabung dalam klub penggemar Fiona juga sudah datang, termasuk Frederick.Dia sudah berganti pakaian. Saat melihat Futari, dia memalingkan wajahnya dengan canggung.Terutama saat melihat Ardika. Selain sedikit ketakutan, samar-samar terlihat sedikit rasa iri dan benci dalam sorot matanya.Malam ini, Ardika bukan hanya sudah mempermalukannya, tetapi juga sudah merusak rencananya.Dia sama sekali tidak menyangka kakak ipar pecundang Futari itu sangat pandai berkelahi.Begitu pria itu beraksi, dia tidak hanya melumpuhkan salah seorang anak buah Simon, melainkan juga membuat Simon sendiri ketakutan setengah mati sampai-
Dikenal sebagai orang ganas yang tidak takut pada apa pun, menghadapi Timnu saat ini, Lisman bersikap sangat sopan layaknya seekor anjing penjilat. Dia bahkan tidak berani berdiri dengan tegak."Ada apa lagi ini?"Timnu mengerutkan keningnya dengan agak kesal.Sedikit keterkejutan terlihat di mata Lisman. Dia berusaha mengendalikan dirinya agar tetap tenang, lalu berkata dengan suara dalam, "Penjual berlian yang kamu suruh aku cari itu, sudah kutemukan!""Bawa dia masuk!"Lisman berbalik, melambaikan tangannya. Saat itu juga, beberapa orang petarung membawa seorang pria dan seorang wanita memasuki ruangan."Sialan! Kalian berdua ini, dasar penipu!"Begitu melihat seorang pria dan seorang wanita itu, secara naluriah Werdi langsung melompat bangkit.Mulai dari tadi malam hingga sekarang, dia sudah menghabisi kedua orang itu berkali-kali dalam hatinya.Si pria adalah penjual berlian tersebut. Sementara itu, si wanita yang terlihat lebih tua dan memancarkan aura elegan dengan mengenakan ka
"Kak Timnu, semua ini salahku! Aku ini bodoh, aku adalah pecundang!""Tapi orang yang sudah mati nggak bisa hidup kembali. Sekarang Sofian sudah mati, kamu memakiku seperti apa pun, nggak akan ada gunanya!""Tolong selamatkan aku, Kak Timnu!"Werdi bersujud di lantai tanpa henti, bahkan kepalanya sudah berdarah. "Dengan mempertimbangkan hubungan persaudaraan yang terjalin antara kita selama ini, tolong selamatkan aku untuk terakhir kalinya, Kak Timnu!"Dia benar-benar ketakutan setengah mati. Untungnya, begitu menyadari situasi tidak memungkinkan, dia segera melarikan diri ke Hainiken. Kalau tidak, dia pasti sudah dihabisi oleh orang-orang Organisasi Snakei sebelum bisa keluar dari Sekolah Bela Diri Sopran.Bahkan sekarang, juga sudah ada banyak murid Organisasi Snakei yang mengepung luar Hainiken.Kalau dia berani melangkahkan kakinya keluar sekarang, begitu dia menginjakkan kakinya keluar dari pintu utama Hainiken, dia pasti akan langsung ditangkap, lalu ditenggelamkan ke sungai."Me
"Bam ...."Tubuh Werdi membentur sudut ruangan dengan keras. Dia merasakan tulang di sekujur tubuhnya seperti sudah retak.Namun, sakit yang menjalar di tubuh fisiknya ini juga tidak bisa menandingi perasaan takut yang menyelimuti hatinya saat menghadapi kematian.Sambil menahan rasa sakit luar biasa yang menjalar di tubuhnya, dia mengangkat kedua lengannya untuk menopang tubuhnya, lalu berlutut dan merangkak kembali ke hadapan Timnu.Sepanjang proses ini berlangsung, Werdi muntah darah, organ dalamnya seperti sedang bergejolak.Namun dia tidak peduli.Werdi tahu jelas kali ini dia sudah menimbulkan masalah yang sangat besar. Kalau Timnu tidak menyelamatkannya, maka nyawanya ini akan melayang."Kak Timnu, aku benar-benar nggak sengaja membunuh Sofian!""Awalnya dari awal hingga akhir aku melakukan sesuai instruksi darimu. Tapi, nggak tahu apa yang salah dengan otak si Ardika itu, begitu bertemu Sofian, dia langsung melayangkan satu tamparan ke wajah Sofian!""Hal yang lebih penting lag
Sosok Werdi saat ini bagaikan seorang dewa perang.Dia tampak sangat mengintimidasi.Semua orang dikejutkan oleh aura mengintimidasinya itu, bahkan sampai lupa untuk maju menghentikannya."Pfffttt ...."Kilatan pedang itu melintasi udara. Saat itu juga, bagian tenggorokan Sofian sudah tersayat. Berawal dengan terlihatnya daging berwarna putih, lalu berubah menjadi kemerahan dengan cepat.Darah segar berwarna merah cerah itu langsung muncrat keluar."Uh ... uh ... kamu ...."Sofian mengeluarkan beberapa kata itu dengan tidak jelas. Dia mengangkat lengannya ingin menunjuk Werdi. Akan tetapi, saat itu juga lengannya terkulai lemas, kepalanya miring ke samping. Dia tewas di tempat diliputi dengan perasaan tidak terima.Sebelum ajal menjemputnya, dia masih tidak mengerti mengapa dia bisa mati di tangan seorang pecundang seperti Werdi."Ah ... pembunuhan!"Raina dan beberapa orang wanita berteriak histeris.Sebelum kejadian ini terjadi, Ardika sudah memeluk Futari, membenamkan wajah gadis mu
Sambil menggertakkan giginya dengan emosi, Sofian berusaha keras untuk merangkak bangkit kembali. Ekspresinya sudah tampak sangat muram.Dulu, bagian tulang rusuknya pernah mengalami cedera, masih belum sepenuhnya pulih. Bagian inilah bagian paling rentan di tubuhnya.Biasanya, saat melawan para ahli bela diri, dia akan memperhatikan untuk melindungi bagian tulang rusuknya itu.Namun, hari ini karena menganggap remeh Werdi, dia sama sekali tidak memperhatikan hal itu.Saat pertama kali Werdi menyerang bagian tulang rusuknya, dia juga tidak berpikir banyak. Siapa sangka kali ini di bawah arahan dari Ardika, Werdi kembali menyerang titik kelemahannya itu dengan tepat."Eh, bajingan, tutup mulutmu! Setelah aku melumpuhkan Werdi, akan kuhabisi kamu!"Sofian sudah bertekad untuk melumpuhkan Werdi.Dia tidak akan berhenti sebelum menginjak-injak bocah yang satu ini."Mati kamu!"Sambil mengatupkan giginya dengan rapat, Sofian berteriak dengan keras. Kemudian, dia kembali menerjang ke arah We
"Mati saja sana!"Saat berbicara, Sofian meneriakkan tiga patah kata itu dengan marah. Kemudian, dia langsung menerjang ke arah Werdi. Tinjunya yang besar itu membelah udara, melesat menuju ke dahi Werdi.Sebelum tinju itu mendarat ke sasaran, aura membunuh yang menakutkan sudah menyelimuti target.Saking ketakutannya, jiwa Werdi seperti sudah meninggalkan raganya. Secara naluriah, dia ingin menghindari serangan tersebut.Tepat pada saat ini, suara Ardika tiba-tiba terdengar olehnya. "Mundur selangkah dengan kaki kananmu, lalu pukul bagian tulang rusuknya!"Kata-kata yang singkat, padat dan jelas ini, membuat Werdi bisa langsung memahaminya tanpa harus berpikir lagi.Seolah-olah menemukan penyelamatnya, tubuhnya bergerak mengikuti instruksi Ardika dengan refleks."Plak ...."Tubuh Werdi menghindar ke kanan, kebetulan berhasil menghindari serangan mematikan dari Sofian itu. Pada saat bersamaan, dia melayangkan pukulan yang tepat mengenai bagian tulang rusuk Sofian yang terekspos itu."P
Seolah-olah baru tercerahkan, Futari berkata, "Jadi, kamu hanya sedang memanas-manasi situasi, bukan benar-benar ingin membantu mereka, 'kan?"Dia hampir lupa hari ini Werdi dan yang lainnya memanggil Ardika ke Sekolah Bela Diri Sopran, pasti punya niat jahat.Jangankan membantu mereka, Ardika tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk menjatuhkan mereka saja, juga sudah cukup "setia kawan"."Kak Ardika, kalau begitu kita mundur saja lebih jauh lagi. Kalau sampai terjadi sesuatu, kita juga bisa lebih cepat kabur!"Futari langsung menarik Ardika mundur menuju ke arah pintu keluar. Dia menyaksikan pertunjukan yang sedang berlangsung itu dengan ekspresi menikmati."Sialan!"Menyaksikan pemandangan ini melalui sudut matanya, Werdi yang sudah babak belur akibat perkelahian itu hampir muntah darah.Hanya menyulut api tanpa bertanggung jawab memadamkan api.Dia pernah melihat orang yang tidak tahu malu, tetapi tidak pernah melihat orang yang begitu tidak tahu malu!Tentu saja Ardika sama sekali
Orang-orang yang bisa mengikuti Sofian, tentu saja adalah anggota-anggota inti Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan yang memihak pada Wilgo. Masing-masing di antara mereka memiliki kemampuan bela diri yang luar biasa.Di sisi lain, sekelompok tuan muda seperti Werdi juga bukanlah tipe orang yang mudah ditindas.Mereka juga sedikit berkemampuan. Kalau tidak, biarpun ada dukungan dari keluarga mereka, mereka juga tidak berani menantang kelompok Sofian.Dalam sekejap mata, perkelahian sengit antara dua kelompok itu pun dimulai.Namun, sepanjang proses itu berlangsung, kedua belah pihak masih mengendalikan diri mereka. Mereka hanya berkelahi dengan tangan kosong, tidak ada yang mengeluarkan senjata.Bagaimanapun juga, di antara kedua belah pihak ini, keduanya memiliki latar belakang yang cukup kuat.Yang satunya memiliki Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan sebagai pendukung, sedangkan yang satunya lagi memiliki Timnu, orang kepercayaan Jerfis sebagai pendukung.Berkelahi bukan
Sofian Remax, ahli bela diri yang menempati perangkat pertama di antara generasi muda Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan.Kekuatan orang ini luar biasa besar, dia sudah memberikan kontribusi besar untuk Wilgo.Dengar-dengar, guru orang ini adalah salah seorang tetua dari Organisasi Snakei cabang Gotawa. Alasan mengapa dia bergabung dengan cabang Provinsi Denpapan adalah untuk mencari pengalaman, agar suatu hari nanti dia bisa menduduki posisi ketua cabang.Juga ada yang mengatakan bahwa kekuatan Sofian sudah bisa mengejar Vita, salah satu dari sepuluh orang berbakat Organisasi Snakei cabang Gotawa.Terlebih lagi, itu adalah situasi satu tahun yang lalu.Kekuatan Sofian sekarang mungkin sudah jauh lebih kuat lagi!Jadi, ada rumor yang beredar bahwa kali ini Wilgo ingin berduel dengan pihak Vita dan Cahdani, perwakilan utamanya adalah Sofian ini.Hal ini juga membuat Sofian menjadi orang yang populer di kalangan kelas atas ibu kota provinsi.Sementara itu, konflik antara Sofian d