Beranda / Urban / Menantu Pahlawan Negara / Bab 500 Membeli Sebuah Jam Tangan

Share

Bab 500 Membeli Sebuah Jam Tangan

Penulis: Sarjana
Kalau dibandingkan saat meninggalkan vila mereka tampak tidak bersemangat dan menundukkan kepala mereka, saat anggota Keluarga Basagita kembali lagi, mereka tampak arogan dan memelototi Ardika sambil tertawa dingin.

Namun, berbeda dari yang mereka bayangkan, mereka sama sekali tidak melihat tanda-tanda kepanikan dari diri Ardika.

"Oh? Memangnya kenapa kalau Draco pergi ke Gedung Glori?" tanya Ardika dengan ekspresi tenang.

"Ardika, di saat seperti ini, kamu masih nggak berani mengakui apa yang telah kamu lakukan?!"

Wulan mendongak dan berkata, "Kulihat kamu hanya meminjam kekuatan Komandan saja. Kamu pasti membual dengan mengatakan Komandan adalah tetanggamu. Karena itulah, Grup Lautan Berlian baru menyetujui permintaanmu."

"Kalau bukan karena kebetulan hari ini Komandan Draco berada di sana, mungkin saja kamu sudah didesak untuk bunuh diri oleh mereka!"

Sekelompok anggota Keluarga Basagita kembali menunjukkan sikap arogan mereka.

Bahkan, Tuan Besar Basagita juga berkata dengan gigi te
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 501 Bosmu Itu Adalah Aku

    Ardika sudah terbiasa dengan sikap Tina yang berlagak pintar ini.Malas berdebat dengan wanita itu, dia membuka kotak jam tangan tersebut, mengeluarkan jam tangan di dalamnya dan mengamatinya sekilas.Wah, Tina cukup bermurah hati juga. Jam tangan yang dia berikan padaku saja sudah bernilai miliaran.' pikir Ardika dalam hati.Namun, ini bukan pertama kalinya bagi Ardika melihat barang bagus. Barang bagus seperti apa pun sudah pernah dia lihat. Jadi, dia langsung memakai jam tangan itu tanpa merasa gugup dan ragu."Jaga baik-baik jam tangan itu, itu jam tangan mahal!"Setelah melontarkan kalimat peringatan itu, Tina seolah baru puas.Desi berkata, "Tina, aku dengar kamu sudah menjadi presdir Grup Lautan Berlian. Selamat, ya! Ke depannya, kamu dan Luna bisa bekerja sama dan menghasilkan uang bersama-sama.""Tentu saja, ke depannya kami saling membantu sama lain. Aku yakin kami pasti bisa memperoleh pencapaian yang baru di dunia bisnis."Tina duduk di sofa dan menggandeng lengan Luna deng

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 502 Tidak Ingin Bertemu

    "Ardika, setelah aku bertemu dengan bos kami besok, aku pasti akan memperkenalkanmu padanya!""Aku akan memberitahunya ada seseorang di Kota Banyuli yang sering meminjam kekuatan dan reputasinya.""Aku juga penasaran setelah bosku mengetahui hal ini apakah dia akan sangat marah atau hanya tersenyum membiarkan hal ini berlalu begitu saja," kata Tina sambil tertawa dingin dan memelototi Ardika."Tina, jangan mengadu pada bosmu!"Ardika tidak menunjukkan reaksi apa pun, tetapi ekspresi Luna sudah berubah drastis.Dia tidak ingin Ardika membuat masalah lagi.Saking terkejutnya, Desi berkata dengan marah, "Ardika, cepat minta maaf pada Tina! Kamu benar-benar cari mati saja! Berani-beraninya kamu berbicara sembarangan seperti itu!"'Dasar Ardika ini benar-benar selalu membuat masalah saja! Apa dia nggak bisa menjaga mulutnya itu?!' keluh Desi dalam hati.Luna juga menarik Ardika dengan kuar dan berkata dengan nada sedikit kecewa, "Ardika, cepat minta maaf pada Tina!"Ardika tidak berdaya, di

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 503 Pergi Menemui Putri Angkatnya

    "Maaf, Bu Tina. Pak Presdir mengatakan kalian nggak perlu bertemu lagi.""Walau Grup Lautan Berlian sudah bergabung dengan Grup Sentosa Jaya, kami nggak akan ikut campur dalam operasional kalian. Kalian tetap bisa menjalankan operasional perusahaan seperti biasa."Jesika menyampaikan pesan Ardika kepada Tina.Seketika itu pula, hati Tina diselimuti oleh api amarah.Dia sengaja datang pagi-pagi sekali dan sudah menunggu selama lebih dari satu jam. Namun, pada akhirnya, presdir Grup Sentosa Jaya malah membatalkan janji secara sepihak begitu saja.Dengan kepribadian buruknya, amarahnya hampir meledak saat itu juga.Namun, mengingat pesan Alden padanya kemarin, dia hanya bisa bersabar dan mengendalikan amarahnya."Baiklah kalau begitu. Terima kasih, Bu Jesika. Tolong beri tahu Pak Presdir, kelak kalau ada kesempatan, aku akan datang menemuinya lagi."Selesai berbicara, Tina langsung berbalik dan pergi.Sorot mata penuh amarah tampak jelas di matanya!Sementara itu, Jesika yang berdiri di b

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 504 Rumah Duka Kota Banyuli

    Sebelumnya, biofarmasi adalah salah satu bisnis inti Grup Bintang Darma.Elsy berencana untuk memulai mengembangkan perusahaan melalui bisnis yang satu ini, mencari kesempatan untuk merebut pasar tiga keluarga besar."Oke, perencanaan yang sangat bagus, hanya perlu mengawasi pelaksanaannya dengan baik saja. Kalau ada masalah yang nggak bisa kamu selesaikan, cari aku saja."Setelah mendengar laporan dari Elsy, Ardika juga merasa lega.Elsy adalah seorang wanita hebat.Kala itu, dia juga merupakan salah satu anggota lama sekaligus perintis Grup Bintang Darma.Kemampuannya dalam berbisnis tidak perlu diragukan lagi.Dengan melibatkan wanita itu dalam pengelolaan Grup Bintang Darma, Ardika yakin tidak lama lagi Grup Bintang Darma akan berkembang pesat dan sejaya dua tahun yang lalu.Setelah mendapat pengakuan dari Ardika, Elsy sangat senang. Setelah duduk-duduk sebentar, dia bergegas kembali ke Grup Bintang Darma untuk bekerja lagi."Sejak Elsy kembali ke Grup Bintang Darma, dia terlihat j

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 505 Ini Bukan Abu Tuan Delvin

    "Abu putraku hanya dititipkan di sini selama dua tahun. Kenapa biaya perawatannya sampai mencapai empat miliar?""Ya, benar, biaya perawatan ini terlalu mahal!"Mendengar sekali membuka mulut, wanita itu langsung meminta empat miliar, Robin dan Selvi merasa kesal sekaligus panik."Oh? Kalian merasa kemahalan?""Kalau merasa kemahalan, kalian jangan menitipkannya di sini. Lebih hemat uang kalau kalian langsung membuang abunya saja!"Siapa sangka, wanita itu langsung melontarkan kata-kata tajam seperti itu kepada mereka.Kata-kata tajam itu membuat ekspresi Robin dan Selvi berubah menjadi sangat muram saking kesalnya."Sebaiknya kamu jaga mulutmu baik-baik!" kata Ardika yang berdiri di samping orang tua Delvin dengan dingin.Wanita itu memelototi Ardika, lalu tertawa dingin. Sangat jelas bahwa dia sama sekali tidak takut pada Ardika."Bukan aku yang meminta biaya perawatan sebanyak itu."Wanita itu memberi penjelasan dengan nada malas. "Atasan kami mengatakan bahwa Delvin ini pembawa sia

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 506 Bertindak Keterlaluan

    Begitu mendengar ucapan prajurit itu, Robin yang bersiap untuk tanda tangan menghentikan pergerakan tangannya, lalu mendongak dengan terkejut.Suasana di tempat itu juga berubah menjadi hening seketika.Sementara itu, setelah tertegun sejenak, petugas pria dan wanita itu tertegun sejenak. Kilatan terkejut sekaligus panik melintas di mata mereka.Kemudian, mereka berteriak dengan marah, "Dasar sialan! Siapa kamu?! Apa dengan kamu mengatakan abu itu bukan abu Delvin, maka itu bukan abu Delvin?!""Orang bodoh mana yang membiarkanmu menyelinap masuk?! Dasar sampah! Cepat pergi dari sini sejauh mungkin!"Prajurit itu adalah orang yang sopan dan jujur. Mendengar dirinya dimaki seperti itu, wajah dan telinganya langsung memerah. Dia hendak melontarkan kata-kata untuk membela diri.Tepat pada saat ini, Ardika berkata padanya, "Tenang dulu. Coba kamu beri tahu aku apa yang terjadi.""Tuan, Tuan lihat saja sendiri!"Prajurit itu tidak bisa berkata-kata lagi, dia langsung menyodorkan ponsel dalam

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 507 Tidak Ada Istilah Berlutut pada Bajingan

    "Ah! Berani-beraninya kamu memukulku!""Berani-beraninya kamu memukul wanita! Kamu adalah seorang pria atau bukan?!"Biarpun wajahnya sudah tampak mengenaskan, wanita itu tetap tidak menyadari kesalahannya dan berteriak dengan arogan.Ardika mendengus dan berkata, "Aku nggak peduli kamu adalah pria atau wanita! Orang nggak tahu diri sepertimu pantas dipukul!"Dia sudah bersabar menghadapi wanita ini cukup lama."Kamu! Tunggu saja kamu!"Wanita itu duduk di tanah, lalu berteriak kepada petugas pria yang sudah tampak linglung. "Kenapa kamu masih melamun saja di sana? Cepat panggil bantuan!""Hari ini aku harus membunuh bajingan itu!""Oh, oke!"Petugas pria itu tersadar kembali, lalu berlari masuk ke dalam rumah duka.Tak lama kemudian, sekelompok orang berlarian keluar dari rumah duka dengan aura menakutkan, lalu mengepung Ardika dan yang lainnya.Pemimpin sekelompok orang itu adalah Wilson Yendia, Ketua Rumah Duka Kota Banyuli.Wilson melirik wanita di tanah itu dengan ekspresi muram,

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 508 Abu Sudah Dibuang

    Ada orang yang terlahir dengan sifat lemah dan penakut.Namun, saat orang yang sangat penting bagi mereka menghadapi bahaya, mereka akan maju untuk melindungi orang itu tanpa ragu.Melihat pemandangan itu, Ardika sangat terharu.Selain Luna dan saudara-saudarinya di Kediaman Dewa Perang, dia menemukan orang yang rela berkorban untuk dirinya lagi."Bam!"Suara hantaman yang keras menyela pemikiran Ardika.Begitu dia mengalihkan pandangannya ke sumber suara, pembuluh-pembuluh darah di keningnya tampak menonjol.Robin sudah terjatuh ke tanah. Sambil memegang lengannya, lansia itu merintih kesakitan.Namun, sambil merintih kesakitan, dia masih berteriak meminta Ardika untuk cepat lari!"Dasar tua bangka nggak tahu diri! Minggir sana!" teriak seorang petugas rumah duka dengan tajam. Dia mengayunkan tongkat dalam genggamannya dan berniat untuk memukuli Robin untuk kedua kalinya.Sebelumnya, tongkatnya yang telah menghantam lengan Robin dengan keras.Tepat pada saat tongkatnya hampir mengenai

Bab terbaru

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1906 Tuan Muda Valtino

    "Baik!"Pria berpakaian longgar itu langsung mengeluarkan ponselnya sambil setengah berlutut di lantai, menghubungi sebuah nomor, lalu berkata dengan suara dalam, "Tuan Muda memerintahkan untuk kembali!"Selesai berbicara, dia meletakkan ponselnya, lalu mengalihkan pandangannya kembali ke arah tuan muda tersebut."Tuan Muda, apa perlu mengirim orang ke sana? Selagi situasi malam ini sedang kacau ...."Sebelum dia menyelesaikan kalimatnya, tuan muda itu meliriknya sekilas. Sorot mata dingin nan tajam itu langsung membuatnya menelan kembali kata-kata yang sudah sampai ke ujung lidahnya."Ninja Negara Jepara saja sudah gagal, target sudah mulai waspada.""Kalau sesuatu nggak bisa dipaksakan, jangan dipaksakan! Itu adalah tindakan orang bodoh!""Apa aku nggak pernah mengajarimu?"Pria berpakaian longgar itu mengalihkan pandangannya ke bawah, menangkupkan tangannya dan berkata, "Tuan Muda benar!"Tuan muda itu tidak menghiraukannya lagi, melainkan tampak seperti sedang merenung.Sesaat kemu

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1905 Tujuannya Adalah Pedang Ular Gelap

    "Ahh! Terjadi pembunuhan!""Terjadi pembunuhan!"Ruang mayat itu dipenuhi dengan suara teriakan dan tangisan Keluarga Basagita.Pembunuh Negara Jepara itu benar-benar kejam dan ganas. Jelas-jelas dikepung oleh begitu banyak orang, tetapi dia tetap bisa menerjang keluar dengan "membantai" semua lawannya.Belasan ahli bela diri yang dikirimkan oleh Keluarga Basuki kemari, yang mati, mati. Yang terluka, terluka. Suasana di tempat itu kacau balau."Sayang, apa kamu terluka?!"Melihat pembunuh Negara Jepara itu sudah keluar dari ruang mayat, Luna bergegas menghampiri suaminya.Setelah mengamati Ardika dari ujung kepala hingga ke ujung kaki, memeriksa beberapa kali dan memastikan suaminya tidak terluka, Luna baru menghela napas lega."Tuan Ardika, kalian baik-baik saja, 'kan?!"Sigit juga segera menerjang masuk dengan membawa anggotanya, ekspresinya tampak pucat.Sebelumnya, karena takut terjadi keributan, pihak kepolisian sudah melakukan pengaturan dan mengendalikan area sekitar rumah duka.

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1904 Kematian Tuan Besar Basagita

    "Syuu ...."Adegan pisau melintas disertai dengan warna merah darah yang menakutkan menyambut indra penglihatan semua orang.Warna merah darah itu berasal dari leher Tuan Besar Basagita."Uh ... kamu ...."Sekujur tubuh Tuan Besar Basagita berkedut, dia menatap pembunuh Negara Jepara itu dengan tatapan terkejut, seakan-akan tidak menyangka pria itu akan menghabisinya begitu saja.Dia adalah Kepala Keluarga Basagita.Dia juga merupakan pemimpin cabang Keluarga Bangsawan Basagita Suraba.Tempat ini adalah Kota Banyuli.Dia telah ditakdirkan akan menjadi penguasa kota ini ....Bagaimana bisa orang Negara Jepara ini berani membunuhnya?Berbagai pemikiran berkelebat dalam benak Tuan Besar Basagita.Bahkan sebelum mati pun, dia masih bermimpi bisa membangkitkan Keluarga Basagita kembali, menjadi seseorang yang dihormati oleh banyak orang. Ya, sebuah mimpi yang mustahil terjadi."Sudah mati!""Tuan Besar sudah mati!""Ahhh ... ini nggak mungkin!"Melihat tubuh Tuan Besar Basagita dalam genang

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1903 Kematian Wulan

    Apa yang dinamakan dengan kena batu sendiri?Situasi Wulan sekarang menggambarkan kalimat itu dengan jelas!Kesabaran pembunuh Negara Jepara itu sudah hampir terkuras habis. Dia menatap Ardika dengan sorot mata dingin dan berkata, "Kamu benar-benar nggak mau kemari?"Akhirnya Tuan Besar Basagita sudah bisa mengumpulkan sedikit kekuatannya. Dia berteriak dengan marah, "Ardika, dasar sialan! Siapa suruh kamu begitu banyak beromong kosong?""Cepat kemari dan berlutut di hadapan Tuan Negara Jepara! Kalau nggak, nanti aku akan melumpuhkanmu!""Ardika, setelah aku lolos dari situasi bahaya ini, aku pasti akan menghabisimu, membuatmu hancur berkeping-keping! Aku juga akan menyuruh orang-orang untuk menggilir istrimu!"Rasa sakit yang luar biasa sudah membuat Wulan melupakan situasinya saat ini. Dia berteriak dengan suara melengking dan penuh amarah.Sekarang akhirnya dia sudah mengerti, Ardika si sialan ini pasti sengaja!Begitu mendengar ucapan Wulan, ekspresi Ardika langsung berubah menjadi

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1902 Meminjam Tangan Orang Lain untuk Membunuh

    Kali ini, pembunuh Negara Jepara itu langsung menendang satu kaki Tuan Besar Basagita hingga patah."Ya, benar. Aku memang nggak menghormati orang tua dan nggak tahu malu, memangnya kenapa?"Pembunuh Negara Jepara itu sangat menikmati ekspresi amarah Ardika. Dia berkata dengan bangga, "Kalau kamu masih saja beromong kosong di sana dan nggak segera kemari berlutut di hadapanku, aku akan langsung menghabisi tua bangka ini!"Dasar Ardika bajingan!'Dasar Ardika sialan!'Bisakah kamu berhenti berbicara?!'Saking kesakitannya, Tuan Besar Basagita merasakan dirinya sudah nyaris mati.Dia ingin sekali mencaci maki Ardika, juga ingin menerjang ke sana dan mencabik-cabik mulut sial Ardika itu.Namun, rasa sakit yang menjalar ke sekujur tubuhnya, seakan-akan telah menyerap seluruh energinya. Dia bahkan sudah tidak berdaya untuk memaki.Semua orang sudah mendapati, makin Ardika berbicara, makin merangsang kekejaman pembunuh Negara Jepara itu. Makin lama, pembunuh itu bertindak makin kejam.Namun,

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1901 Mulut Sial Ardika

    Wulan yang tergeletak di lantai dengan rambut berantakan itu, langsung meneriaki Ardika dengan suara melengking dan ekspresi penuh kebencian. "Eh, Ardika, apa kamu sudah tuli? Cepat kemari dan berlutut di hadapan Tuan Negara Jepara!""Apa kamu ingin membuatku dan Tuan Besar meregang nyawa?!""Kalau terjadi sesuatu pada kami, kamu dan istrimu keluarga juga harus mati!"Mendengar ucapannya, Ardika mengangkat alisnya, melirik Wulan dan Tuan Besar Basagita dengan sorot mata seakan-akan sedang memikirkan sesuatu.Kemudian, dia melangkah maju satu langkah, lalu menunjuk pembunuh Negara Jepara itu dengan marah dan berkata dengan dingin, "Bajingan kecil, aku nggak peduli siapa kamu, apa latar belakangmu.""Kalau kamu nggak ingin mati, cepat lepaskan lansia yang kamu sandera itu!""Apa kamu tahu apa identitasnya? Kalau kukatakan, kamu akan terkejut setengah mati!""Dia adalah pemimpin cabang Keluarga Bangsawan Basagita Suraba, identitasnya sangat terhormat, bukanlah seseorang yang bisa ditandin

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1900 Ninja

    "Ninja Negara Jepara?"Ardika menyipitkan matanya.Baik cakram yang tadi langsung merenggut nyawa tiga orang pengawal Keluarga Basuki maupun pisau pendek dalam genggaman pria itu, sudah cukup bagi Ardika untuk mengenali identitas orang itu.Sangat jelas, orang ini adalah seorang pembunuh yang berlatih ninjutsu Negara Jepara.Apalagi, pria itu mengucapkan bahasa Negara Nusantara dengan kaku. Jadi, sudah dapat dipastikan dia adalah orang Negara Jepara.Apa mungkin Keluarga Hirota yang mengirimnya kemari?'Timbul spekulasi ini dalam hati Ardika.Sejak kembali ke Kota Banyuli, dia tidak pernah berinteraksi dengan orang-orang Negara Jepara.Selain kematian Shimizu belakangan ini ada sedikit hubungan dengannya, untuk sesaat dia tidak bisa menemukan alasan lain mengapa orang Negara Jepara menyerangnya.Setelah berpikir demikian, Ardika hanya bisa berteriak dalam hati, 'Ini nggak adil!'Amir yang mengirim orang untuk menghabisi Shimizu, sama sekali tidak ada hubungannya dengan dirinya.Tidak h

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1899 Pembunuh

    Ardika tiba-tiba merasakan ada aura menakutkan yang telah menguncinya, ancaman yang terasa lebih kuat dibandingkan beberapa penembak di hadapannya ini!"Sayang, hati-hati!"Ardika langsung memeluk Luna yang sudah terlihat pucat pasi tanpa ragu dan menerjang ke arah ruang di antara dua penembak di sebelah kiri."Syuu ... syuu ...."Hampir bertepatan pada saat Ardika menerjang keluar, beberapa buah peluru tiba-tiba melesat dari sekitar tempat itu seperti bintang jatuh, langsung mengarah ke lokasi di mana Ardika dan Luna berdiri tadi.Hanya saja, saat ini Ardika sudah membawa Luna menerjang keluar dari posisi tersebut.Beberapa buah peluru yang melesat seperti bintang jatuh itu, melesat melewati lokasi di mana mereka berdua berdiri tadi dengan cepat. Kecepatan dan kekuatan melesatnya tidak berkurang."Pffttt!"Seiring dengan terdengarnya suara teredam beberapa orang, tiga orang pengawal Keluarga Basuki yang sebelumnya maju untuk mengepung Ardika, langsung terjatuh ke lantai dengan sorot m

  • Menantu Pahlawan Negara   Bab 1898 Tanda-Tanda Bahaya

    "Tuan Besar, setiap kali ada masalah, kamu selalu melempar tanggung jawab, juga bukan baru sekali dua kali. Kami sudah terbiasa.""Kamu ingin keluarga kami menjadi kambing hitam, agar kamu bisa memberi pertanggungjawaban untuk Keluarga Basuki Kota Gamiga, aku bisa mengerti.""Tapi, bagaimanapun juga, kamu juga butuh sedikit bukti, bukan?""Kamu ingin aku mengakui akulah yang membunuh Tuan Anjing tanpa adanya bukti, apa kamu pikir Keluarga Basuki Kota Gamiga sebodoh kamu?"Ardika melontarkan kata-kata ejekan itu tanpa ragu.Menghadapi Tuan Besar Basagita, lansia yang tidak layak dihormati ini, dia sudah sangat lama tidak bersikap hormat dengan pria tua ini."Ardika, dasar bajingan! Berani-beraninya kamu mengataiku bodoh?!"Diejek oleh Ardika di depan banyak orang seperti ini, Tuan Besar Basagita hampir muntah darah saking kesalnya.Dia hanya bisa melampiaskan api amarahnya pada Jacky dan Desi. "Semua ini salah kalian berdua! Dasar pecundang! Bisa-bisanya kalian membiarkan menantu benalu

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status