Walaupun mengetahui hal ini tidak ada hubungannya dengan Ardika, Desi tetap melampiaskan emosinya pada Ardika.Ardika tidak mengucapkan sepatah kata pun. Sebenarnya, begitu mendengar berita istrinya ditangkap, dia sudah menelepon dan menanyakan situasi.Saat ini, Tina bergegas datang dengan tergesa-gesa."Melindungi istri sendiri saja nggak bisa! Apa gunanya kamu?!"Begitu melihat Ardika, dia langsung melontarkan kata-kata itu. Kemudian, tanpa banyak bicara lagi, dia langsung menelepon seseorang."Pak Ridwan, aku adalah Tina, putri angkat Alden. Ada satu hal yang ingin kutanyakan. Apa kasus yang menimpa Luna, temanku sangat berat? Apa kalian ada cara untuk mengeluarkannya? Lagi pula, dua miliar juga bukan nominal yang besar."Terlepas dari sahabatnya dijebak oleh orang lain atau tidak, dia hanya ingin menggerakkan relasinya untuk mengeluarkan Luna.Ridwan berkata, "Nona Tina, begitu mengetahui masalah yang menimpa Nona Luna, aku langsung mencari tahu dan menanyakan situasinya pada Sigi
"Hmm, nggak masalah."Marko menunjukkan ekspresi seolah sedang serius menjalankan tugasnya. Dia melambaikan tangannya kepada bawahannya yang berdiri di belakangnya dan berkata, "Bawa dia masuk."Kemudian, dia mengalihkan pandangannya ke arah pria berkacamata hitam di samping Ardika dan berkata, "Bagaimana denganmu? Kamu datang menyerahkan diri karena kasus apa?""Oh, aku kurang kerjaan dan kebosanan, jadi aku datang menyerahkan diri untuk merasakan secara pribadi bagaimana kalian menginterogasi pelaku tindak kriminal," kata Draco sambil terkekeh dan melepaskan kacamata hitamnya."Dasar lancang! Tim khusus bertugas untuk menangani kasus dan menegakkan hukum, bukan bertugas untuk melayani orang kurang kerjaan sepertimu!"Begitu mendengar ucapan Draco, Marko langsung marah besar.Dia melambaikan tangannya kepada anggota kepolisian di belakangnya dan berkata, "Usir pembuat onar ini dari sini!"Namun, dua anggota kepolisian hanya berdiri mematung di tempat, seolah-olah sudah tersihir."Apa
Perlindungan khusus bukanlah hak istimewa.Ini adalah perhargaan khusus yang diberikan kepada orang yang telah memberikan kontribusi besar pada negara seperti Ardika.Orang-orang seperti mereka memiliki banyak musuh.Musuh-musuh mereka pasti memikirkan seribu macam cara untuk membalas dendam pada keluarga mereka, termasuk dengan menjebak atau sengaja menggoda keluarga mereka untuk melakukan tindakan melanggar hukum.Karena itulah, baru ada sistem perlindungan seperti ini.Sebelum keluarga mereka diinterogasi, memerlukan izin dari pemegang kekuasaan tertinggi tim tempur. Bahkan, selama proses interogasi, pengawasan dilakukan secara ketat selama tidak mengganggu proses interogasi.Luna adalah istri sah Ardika, tentu saja dia bisa menikmati perlindungan khusus seperti ini."Bam!"Bagaikan petir di siang bolong, kepala Marko seakan langsung meledak.Dia menatap Ardika dengan tatapan terkejut."Ka ... kamu adalah Dewa Perang?!"Dia ingat, tadi Ardika sendiri yang mengatakan bahwa dia adalah
"Sembarangan, penjara dibagi menjadi penjara pria dan penjara wanita! Kamu benar-benar nggak tahu apa-apa!"Luna memukul Ardika dengan kesal. Tiba-tiba, dia menatap suaminya dengan tatapan kosong dan berkata, "Tadi kamu bilang kamu datang untuk menyerahkan diri?"Dalam sekejap, saking terharunya, air mata menetes membasahi wajahnya. Dia memeluk pinggang Ardika dengan erat dan membenamkan wajahnya ke leher suaminya."Ardika, aku bersyukur memilikimu. Aku tahu, biarpun seluruh dunia mencampakkanku, kamu akan selalu ada untukku!"Dia dijebak oleh keluarga pamannya dan dicampakkan oleh kakeknya.Luna benar-benar sangat sedih.Jadi, sekarang dia tidak berharap banyak.Dia tidak berharap Ardika bisa mengeluarkannya dari sini. Selama di saat seperti ini Ardika tetap memperlakukannya dengan baik dan tetap ada untuknya, dia sudah cukup puas.Beberapa saat kemudian, Luna melepaskan dirinya dari pelukan Ardika, lalu menyeka air matanya dan berkata, "Ardika, kamu jangan benar-benar datang untuk me
Setelah tertegun sejenak, Rita baru duduk di atas ranjang. Dia tidak menyangka Luna bisa datang secara pribadi untuk menemuinya."Bu Luna, jangan berbicara sembarangan. Aku nggak menjadi saksi palsu," kata Rita tanpa ekspresi.Saat dia melarikan diri, Luna belum menjadi manajer umum. Dia tidak pernah memandang Luna sebagai pemegang kekuasaan tertinggi Grup Agung Makmur.Luna berkata dengan dingin, "Kamu masih saja nggak ngaku. Coba kamu tanyakan pada hati nuranimu sendiri, apa aku ada mentransfer uang sebesar dua miliar untukmu dan memintamu meninggalkan Grup Agung Makmur?! Kamu jelas-jelas membuat bukti palsu! Sebenarnya seberapa banyak suap yang mereka berikan padamu untuk melakukan hal seperti ini?!"Rita adalah seorang wanita yang sangat cantik. Sebelumnya, dia bertanggung jawab atas hal-hal penting Grup Agung Makmur. Selain cantik, dia juga seorang wanita yang andal.Dia tidak akan ketakutan hanya mendengar beberapa patah kata dari Luna.Melihat Marko yang berdiri di belakang mere
"Luna, sekarang kamu sudah tahu rasanya dituntut oleh banyak orang pada saat bersamaan, 'kan? Sebelumnya kepala Bank Banyuli, sekarang direktur Departemen PUPR, ada banyak orang yang menuntutmu. Kulihat kali ini kamu pasti akan membusuk di penjara!"Rita tertawa dengan bangga.Dulu, Luna adalah wakil manajer Grup Agung Makmur, sedangkan dia hanyalah seorang sekretaris biasa. Kesenjangan posisi mereka sangat besar.Namun, kali ini dia sendiri yang menjatuhkan Luna. Tentu saja dia merasa sangat bangga pada dirinya sendiri.Begitu mendengar ucapan itu, Luna langsung putus asa.Saat ini, Ferry sudah dibawa masuk.Pria itu berjalan dengan tertatih-tatih, tangannya masih dalam kondisi diperban.Dapat dilihat bahwa kondisinya masih sangat parah dan butuh banyak beristirahat.Masih belum sampai setengah bulan sejak terakhir kali Ardika membuat keributan di Departemen PUPR. Dia yang masih berbaring di rumah sakit dipanggil oleh pamannya untuk ke sini.Marko berkata, "Kamu punya bukti penting? K
"Di sini ada sebuah video, Pak Marko bisa lihat sendiri."Marko mengambil ponsel dalam genggaman Ferry.Video di dalam layar ponsel masih belum diputar. Walaupun agak buram, tetapi tetap bisa terlihat dengan jelas seorang pria dan seorang wanita yang sedang berpelukan.Marko melirik Luna, dia tidak berani memutar video itu secara langsung karena khawatir adegan dalam video itu adalah adegan tak senonoh dan tidak pantas diputar di sini.Saat ini, Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Pak Marko, putar saja videonya. Lagi pula, istriku bukan anak kecil lagi."Setelah mendengar ucapan Ardika, Marko baru memutar video itu.Benar saja, Ferry sedang berpelukan dengan Rita di atas tempat tidur.Namun, tidak ada adegan tak senonoh yang dibayangkannya.Masing-masing dari Ferry dan Rita sedang mengisap rokok, mereka tampak seperti baru selesai melakukan hubungan intim.Kemudian, terdengar percakapan antara keduanya.Ferry memberi Rita selembar kartu bank, mengatakan bahwa ada uang sebesar dua mil
Walaupun situasi sudah berbalik dan Rita sudah terbukti bersalah atas kasus penggelapan uang, masalah yang dihadapi oleh Luna masih belum berakhir.Kresna dan dua orang bawahannya sudah menuntut Ardika, jadi tidak akan bisa berakhir begitu saja.Namun, Ardika sudah punya solusi untuk menyelesaikan masalahnya.Saat ini, Ferry sudah dibawa keluar.Saat melihat Ardika, dia sedikit membungkukkan badannya dan berkata, "Tuan Ardika, apa Tuan puas dengan penyerahan diriku kali ini?"Saat Ardika melakukan keributan besar di Departemen PUPR, Ridwan sudah mengetahui rencana Keluarga Buana dari Ferry.Tidak perlu dipertanyakan lagi, kebencian Ridwan terhadap Keluarga Buana yang memperalat keponakannya dan hampir saja menghancurkan seluruh Keluarga Basuki sudah mendarah daging.Dia sedang mencari kesempatan untuk memberi pelajaran kepada Keluarga Buana.Sebenarnya, dia juga sudah membuat rencana pembalasan sendiri. Dia sengaja tidak mengekspos bukti yang ada di tangan Ferry, meminta kantor polisi
Ardika menepuk dahi adik sepupunya itu, lalu berkata, "Eh, sudah, sudah. Kencan pagi-pagi buta? Apa yang kamu pikirkan?""Siapa tahu? Mungkin saja kamu takut kalau malam hari tiba, Kak Luna tiba-tiba memeriksa keberadaanmu."Dengan memasang ekspresi arogan, Futari berkata, "Intinya, aku harus menggantikan Kak Luna untuk mengawasimu!""Satu hal lagi, sebenarnya ada apa di antara kamu dengan Nona Rosa?""Pagi hari ini Raina mengirimkan pesan untuk menakut-nakutiku! Dia bilang sekarang rumor mengenai tadi malam kamu menghabiskan malam bersama Nona Rosa sudah tersebar di kalangan kelas atas ibu kota provinsi. Setelah Jerfis, salah satu dari tujuh tuan muda ibu kota provinsi itu kembali, pasti akan mencari perhitungan denganmu!"Ardika berkata dengan tidak berdaya, "Bukankah kamu tahu tadi malam aku berada di mana?""Tentu saja aku tahu Kak Ardika berada di rumah bersamaku, tapi orang lain nggak tahu."Futari mendecakkan lidahnya dan berkata, "Apalagi tadi malam kamu meminta Nona Rosa untuk
Walaupun menggunakan kata-kata rahasia yang sama, tetapi masing-masing pihak menggunakan cara yang berbeda untuk mengartikannya. Jadi, biarpun kamu berhasil merebut rahasia dari pihak lain, tanpa cara mengartikan dari pihak tersebut, juga tidak ada artinya.Kalau bersikeras menggunakan cara pihak sendiri untuk mengartikannya, lalu digunakan untuk berlatih. Hasil akhirnya hanya akan kerasukan!Windono membuka mulutnya dengan sangat lebar, dia menatap Ardika dengan tercengang.Karena cara mengartikan Ardika sama persis dengan yang dilakukan oleh para ahli fengsui dari kalangan Windono.Enam belas kata yang dibacakan oleh Ardika adalah enam belas kata rahasia yang paling penting bagi para ahli fengsui dari kalangan Windono."Gu ... Guru, bagaimana kamu bisa tahu cara mengartikan kata-kata rahasia kalangan kami?"Dengan tenggorokan yang terasa kering, Windono mengajukan pertanyaan itu. Dia bahkan mulai mencurigai Ardika dikirim oleh kalangan lain, merupakan mata-mata yang dikirim untuk men
Mendengar ucapan Ardika, Windono tertegun sejenak. Kemudian, sorot mata senang dan bersemangat tampak jelas di matanya."Brak!"Tanpa banyak bicara lagi, Windono langsung berlutut, lalu berkata dengan senang, "Guru yang terhormat, terimalah penghormatan dari muridmu ini!"Menyaksikan pemandangan itu, Futari langsung tercengang.Ada apa ini? Apa yang sedang terjadi?Boleh dibilang Windono ini hampir seumuran dengan ayahnya, tetapi pria paruh baya ini malah mengakui kakak iparnya sebagai guru?Ardika juga tidak bisa berkata-kata lagi.Windono benar-benar terlalu cepat dalam mengambil tindakan. Dia bahkan belum sempat selesai berbicara.Sambil melambaikan tangannya, dia berkata dengan acuh tak acuh, "Berdirilah dulu, aku belum setuju untuk menerimamu sebagai muridku.""Guru, kalau hari ini kamu nggak mengakui ikatan kita ini, aku nggak akan berdiri lagi!"Windono kembali menunjukkan sikap tidak tahu malunya, dia bertingkah seolah-olah dia akan tetap berlutut hingga mati di sana kalau Ardi
Ardika baru saja memarkir mobilnya di depan vila nomor satu, dia sudah melihat ada sebuah mobil yang melaju ke arahnya.Windono keluar dari mobil, lalu bergegas menghampiri Ardika dan berkata, "Guru, vila nomor satu ini adalah pemberian dari Pak Jace untukmu, 'kan?"Raut wajah Ardika tampak agak dingin. "Kamu membuntutiku?"Bisa-bisanya bocah yang satu ini memasuki Gunung Halfi dengan mulus. Hal ini membuat Ardika agak terkejut."Nggak, nggak, aku nggak berani!"Windono buru-buru melambaikan tangannya dan berkata, "Guru, jujur saja, aku juga membeli sebuah vila di sini. Hanya saja, aku hanya menginap di sini sesekali!"Ardika tidak bisa berkata-kata lagi.Melihat ekspresi menjilat yang menghiasi wajah jelek Windono, dia hampir saja melupakan identitas pria itu.Bocah yang satu ini adalah Kepala Asosiasi Fengsui sekaligus pemimpin Harven. Boleh dibilang dia sudah termasuk seorang tokoh hebat di ibu kota provinsi."Oh, kalau begitu pulanglah ke vilamu, untuk apa kamu mengikutiku?"Ardika
"Sejauh ini nggak ada ahli bela diri yang bisa diandalkan dari pihak Wilgo. Saat Keluarga Gozali dalam situasi genting, kita baru membiarkan orang-orang Tuan Muda Jerfis untuk maju mendapatkan posisi ketua cabang untuk Keluarga Gozali.""Sebagai ucapan terima kasih, Wilgo pasti akan memaksa Rosa untuk menikah dengan Tuan Muda Jerfis. Bukankah ini sama saja dengan sekali mendayung dua pulau terlampaui?""Intinya, kalau hal ini dilakukan dengan baik, Tuan Muda Jerfis bukan hanya nggak akan memarahi kalian, mungkin saja dia juga akan memandang tinggi kalian, membiarkan kalian menjalin relasi dengannya!"Saat perbincangan santai ini tengah berlangsung, sebuah rencana keji yang sempurna sudah keluar dari mulut Timnu."Kak Timnu, aku sudah mengerti maksudmu!"Sorot mata Werdi langsung berbinar.Namun, tak lama kemudian, dia berkata dengan khawatir, "Kak Timnu, walau rencana ini sangat bagus, bagaimana kalau bocah itu berhasil mengalahkan Vita?""Perlu diketahui bahwa kekuatan yang ditunjukka
"Sekarang bocah kampungan itu malah sudah mendapatkan keuntungan dari Nona Rosa. Biarpun nggak terjadi apa pun di antara mereka berdua tadi malam, tapi tetap saja akan beredar rumor di luar sana.""Kalau kita nggak melakukan apa pun, setelah Tuan Muda Jerfis kembali dari Kota Sewo, mungkin kita nggak akan bisa mempertanggungjawabkan ini padanya.""Saat itu tiba, nggak hanya orang kampungan itu yang menjadi target pelampiasan amarah Tuan Muda Jerfis, kita juga!"Raina juga sengaja untuk memecah belah dengan berkata, "Ya, benar. Selain itu, tadi malam begitu si Ardika itu meninggalkan Hainiken, Nona Rosa langsung keluar mengejarnya. Saat itu, semua orang melihatnya.""Siapa tahu apa yang telah dilakukan oleh mereka berdua ....""Plak ...."Sebelum Raina bisa menyelesaikan kalimatnya, dia sudah ditampar oleh Timnu hingga tubuhnya terpental."Kak Timnu ... kamu!"Werdi tidak menyangka Timnu akan tiba-tiba marah besar. Saking ketakutannya, ekspresinya sudah berubah menjadi pucat pasi."Mera
Timnu tidak melirik Werdi sama sekali, juga sama sekali tidak ada gejolak emosi di matanya.Werdi merasa malu sekaligus marah, tetapi dia tetap memaksakan seulas senyum dan berkata, "Kak Timnu, aku sudah tahu aku salah. Kelak aku nggak akan merepotkanmu dengan urusan-urusan seperti itu lagi.""Tapi, kali ini orang kampungan itu benar-benar .... Kak Timnu, tahukah kamu dia bahkan berani menghancurkan Hainiken!"Timnu mengangguk dan berkata, "Aku tahu bocah itu, namanya Ardika, baru datang ke ibu kota provinsi dari Kota Banyuli. Selain itu, dia juga memiliki satu identitas lagi.""Identitas apa?" tanya Werdi dengan refleks.Timnu berkata dengan acuh tak acuh, "Jadi, ucapanku tadi nggak kamu cerna dengan otakmu itu. Anak yang dicampakkan oleh Keluarga Mahasura, membuat Keluarga Mahasura kalah telak di ibu kota provinsi, adalah dia."Sangat jelas, Timnu bukan sama sekali tidak mengetahui kejadian tadi malam.Sekembalinya dia, dia segera menggerakkan sumber dayanya untuk menyelidiki identit
Timnu berkata dengan acuh tak acuh, "Masih ada langit di atas langit. Tanpa membicarakan beberapa orang raja preman itu, hanya beberapa keluarga kaya di ibu kota provinsi saja, juga mempekerjakan banyak ahli bela diri secara diam-diam.""Pihak-pihak ini sudah menguasai Provinsi Denpapan selama bertahun-tahun, fondasi mereka sangat kuat, relasi mereka juga sangat luas. Keluarga mana yang nggak memiliki beberapa orang tokoh hebat sebagai penjaga mereka?"Werdi menyunggingkan seulas senyum menjilat dan berkata, "Meski begitu, orang-orang itu sudah tua. Berbeda dengan Kak Timnu. Kamu masih muda, masih berada di puncak performamu.""Selain itu, dengan pengakuan dari Tuan Muda Jerfis terhadap dirimu, biarpun pria-pria tua dari keluarga-keluarga kaya itu menyerang, kamu juga bisa menginjak-injak mereka!"Timnu hanya tersenyum, tidak menyetujui, juga tidak menyangkal ucapan tersebut. "Siapa yang tahu? Sebelum nyawa terancam, nggak akan ada yang mengekspos kartu as sendiri.""Contohnya saja sep
Hainiken terdiri dari sembilan lantai, disebut Surga Sembilan.Sementara itu, di atas Surga Sembilan adalah tempat tinggal sekaligus tempat kerja Timnu, manajer umum Hainiken.Hari ini, Werdi dan Raina datang secara khusus untuk mencari Timnu.Tadi malam, saat Hainiken dihancurkan oleh Ardika, Timnu tidak berada di tempat. Pagi ini pria itu baru kembali. Jadi, Werdi dan Raina berencana untuk membujuk Timnu turun tangan menangani masalah ini, mencari Ardika dan membalaskan dendam pada bocah itu.Tadi malam, setelah jari mereka dipotong, mereka segera pergi ke rumah sakit untuk menyambungkan nyari mereka kembali.Hanya saja, pihak rumah sakit mengatakan bahwa biarpun jari mereka sudah disambung kembali, kelak juga tetap tidak bisa bergerak dengan leluasa seperti sedia kala lagi.Dengan kata lain, boleh dibilang jari mereka itu sudah dilumpuhkan, hanya terlihat masih ada tetapi sesungguhnya sudah tidak berguna lagi.Hal ini membuat Werdi dan Raina memendam kebencian yang mendalam terhadap