Ardika tidak terburu-buru pergi.Walaupun Aldi masih sangat muda, tetapi hatinya sudah sangat busuk.Kalau hari ini Ardika tidak memberi pelajaran pada bocah itu, dia pasti akan menindas Handoko.Suasana di dalam ruang pribadi sangat hening sampai-sampai terkesan menakutkan.Hanya terdengar suara aliran napas penuh amarah Aldi.Dia mengulurkan tangannya dan menunjuk Ardika, lalu berkata dengan nada mengancam, "Karena kamu sudah menamparku, kamu nggak akan bisa keluar dari tempat ini dengan mudah!"Pertemuan teman sekelas yang seharusnya menyenangkan, malah berubah menjadi seperti ini.Dalam sekejap, baik pria maupun wanita di dalam ruangan itu langsung memasang ekspresi tidak senang."Handoko, cepat suruh kakak iparmu minta maaf pada Aldi. Ayah Aldi adalah manajer umum Hotel Puritama. Dengan kondisi keluarga kalian saat ini, kalian sama sekali nggak bisa memprovokasinya!"Semua teman-taman Handoko tahu kondisi keluarga Handoko tidak baik.Jadi, walaupun mereka tahu Aldi yang mencari ma
Aldi tertawa dingin sambil mengeluarkan ponselnya.Begitu bersiap untuk menelepon, tiba-tiba pintu ruang pribadi terbuka."Ayah, ada orang yang memukulku!"Begitu melihat orang yang muncul di balik pintu, ekspresi senang langsung terpampang nyata di wajah Aldi.Orang ini tidak lain adalah manajer umum Hotel Puritama, Hendy Lumino.Begitu mendengar ucapan putranya, amarah Hendy langsung memuncak. "Siapa?! Siapa orang yang berani membuat keributan di Hotel Puritama?!"Belakangan ini, tidak perlu diragukan lagi, dia yang menduduki posisi manajer umum hotel ini sangat tenang tanpa gangguan apa pun.Sejak bosnya menggerakkan Pasukan Khusus Serigala untuk memblokade hotel dan menangkap dua artis terkenal, tidak ada seorang pun yang berani membuat keributan di Hotel Puritama lagi.Baik tokoh hebat dari dunia pemerintahan maupun dunia preman selalu mematuhi peraturan saat berkunjung ke sini.Sekarang tiba-tiba ada orang yang berani membuat keributan di sini, bahkan main tangan.Selain itu, ker
Di dalam ruang pribadi, Handoko langsung menjadi pusat perhatian semua orang.Mereka semua mengerumuni Handoko untuk mencari tahu hal-hal yang berkaitan dengan Ardika.Saat ini, Fio juga menghampiri Handoko dan menatapnya dengan lekat, lalu berkata dengan lembut, "Handoko, aku pikir kamu jauh lebih dewasa dibandingkan Aldi. Aku sudah memutuskan untuk putus dengan Aldi ....""Fio, apa hubungannya kamu putus dengan Aldi denganku? Katakan saja padanya."Handoko adalah seorang pemuda yang polos. Dia menatap Fio dengan tatapan heran, sama sekali tidak memahami maksud wanita itu.Di bawah tatapan aneh teman-teman mereka, Fio berlari keluar ruangan dengan ekspresi malu.Sementara itu, Hendy mengikuti langkah kaki Ardika dari belakang.Begitu keluar dari ruang pribadi, dia berkata, "Tuan Ardika, tadi Nona Luna juga datang makan di sini, mengundang Kresna Tanaka, Kepala Bank Banyuli dan beberapa orang lainnya. Aku lihat tatapan Kresna dan beberapa orang itu terhadap Nona Luna sangat aneh, seola
"Siapa kamu? Siapa yang mengizinkanmu masuk?!"Melihat ada seorang tamu tak diundang yang tiba-tiba masuk, Kresna berkata dengan dingin, "Keluar sekarang juga!"'Kenapa Ardika datang ke sini?'Begitu melihat Ardika, Luna juga agak terkejut."Pak Kresna, ini adalah suamiku, Ardika. Sebelumnya karena ada janjian minum-minum dengan kalian, aku memintanya untuk datang menjemputku."Luna buru-buru mengarang sebuah alasan untuk memberikan penjelasan kepada Kresna dan yang lainnya.Ardika berkata, "Pak Kresna, daya minum istriku sudah mencapai batas maksimalnya, biarkan aku saja yang menemanimu minum."Kilatan tajam melintas di mata Kresna.Dia sudah bersusah payah untuk membuat Luna mabuk, sekarang seorang tamu tak diundang malah tiba-tiba datang.Pria itu bahkan adalah suami Luna.Dia tidak bisa mengusir Ardika pergi begitu saja. Kalau tidak, motif terselubungnya akan terekspos.Saat ini, salah satu bawahannya berbisik di telinganya, "Pak Kresna, kita temani dia minum saja. Kita beberapa or
Luna dan Claudia menatap Kresna dengan tatapan terkejut sekaligus marah.Mereka sama sekali tidak menyangka, di balik penampilan baik pria itu, ternyata hatinya sangat keji!Terutama Luna, dia merasakan amarah yang membara karena dipermainkan.Dia langsung memukul meja dan bangkit, lalu bertanya dengan marah, "Pak Kresna, apa maksudmu?!""Ya ampun, apa ucapanku masih nggak jelas? Bank Banyuli nggak akan meminjamkan uang kepada Grup Agung Makmur. Sebelumnya Grup Agung Makmur sudah meminjam 100 miliar dari Bank Banyuli. Kalian belum mengembalikan pinjaman itu, 'kan?"Kresna sudah mabuk total, dia tidak bisa menyembunyikan pemikirannya lagi.Dengan sorot mata mesum, dia mengamati wajah dan tubuh Luna. Kemudian, dia terkekeh dan berkata, "Hari ini kalau Nona Luna bersedia menemaniku tidur satu malam, aku bisa mengambil keputusan untuk mengulur tenggat waktu baru pengembalian pinjaman kalian."Saking kesal dan marahnya, Luna sudah hampir menangis.Sebelumnya Tony dan Renaldi menginginkan tu
"Tuan Ardika."Hendy yang dari tadi terus menunggu di luar ruang pribadi bergegas menyambutnya."Di ruang pribadi 888 ada seorang nona yang bernama Claudia, tolong kamu atur orang untuk mengantarnya pulang."Selesai memberi instruksi, Ardika langsung berjalan menuruni tangga.Handoko masih sedang bersenang-senang dengan teman-temannya.Ardika malas mengurus adik iparnya lagi, dia segera membawa Luna pulang ke rumah.Tidak lama setelah kepergiannya, terdengar suara sirene mobil polisi dari ujung jalan.Beberapa ambulans sudah tiba di depan pintu Hotel Puritama.Saat Kresna dan dua orang lainnya ditandu dan dimasukkan ke dalam ambulans, mereka sudah dalam kondisi sekarat.Setelah tertidur sepanjang sore, Luna baru bangun.Mengingat kejadian di Hotel Puritama, dia langsung bergidik ngeri."Gawat! Ardika, kamu sudah terlalu berlebihan memberi pelajaran pada Kresna dan yang lainnya. Mereka punya status yang tinggi dan berkuasa, mereka pasti akan membalas dendam padamu!"Dia tahu Ardika lepa
Gawat!Begitu mendengar informasi ini, hanya satu kata itu yang tebersit dalam benak seluruh anggota Keluarga Basagita.Tanpa mengucapkan sepatah kata pun, Luna segera mengeluarkan ponselnya dan menelepon seorang kepala bank yang bernama Retno Irawan.Luna sudah bekerja sama beberapa kali dengan Retno. Boleh dibilang kerja sama mereka berjalan cukup lancar dan menyenangkan."Halo, Pak Retno ...."Sebelum dia sempat mengutarakan tujuannya menelepon pria itu, pria di ujung telepon berkata, "Nona Luna, aku tahu apa yang ingin kamu katakan, tapi kami juga nggak berdaya. Presdir Bank Banyuli, Diego Hitora menyatakan siapa pun yang berani memberi pinjaman kepada Grup Agung Makmur, itu artinya menjadi musuhnya."Diego adalah menantu Keluarga Hamdani.Hanya dengan statusnya ini, kedudukan dan kekuasaannya di dunia perbankan Kota Banyuli sangat tinggi dan besar.Semua orang tahu kata-kata yang keluar dari mulutnya mewakili Keluarga Hamdani, bahkan tiga keluarga besar!Luna memaksakan dirinya te
Luna tidak percaya Claudia mengkhianatinya seperti itu.Bagaimanapun juga, Claudia adalah temannya.Walaupun hubungannya dengan Claudia tidak sedekat hubungannya dengan Tina, tetapi hubungan mereka boleh dibilang baik.Selain itu, kalau kemarin bukan karena Ardika turun tangan, Claudia juga akan dilecehkan oleh Kresna dan dua pria lainnya.'Jelas-jelas saat itu dia juga sangat marah, tapi kenapa sekarang dia malah menjadi saksi untuk menuduhku?'Luna langsung menelepon Claudia. "Claudia, ada seorang pengacara yang datang menemuiku dan berkata bahwa kamu menuduhku yang menyuruh Ardika untuk melukai orang lain. Apa itu benar?""Ya, apa ada yang salah?"Suara Claudia terdengar seperti suara orang yang baru bangun tidur.Bagi Luna, ucapan Claudia bagaikan petir di siang bolong!"Claudia, kenapa kamu bisa seperti ini? Apa kamu sendiri nggak jelas kejadian kemarin? Apa mereka yang mengancammu?!"Luna berusaha mengendalikan amarahnya, dia tidak percaya Claudia benar-benar mengkhianatinya.Dia