Ekspresi Lukmi sangat serius, nada bicaranya juga sangat tegas.Ardika yang memintanya untuk menyampaikan kata-kata ini.Karena Ardika sudah mengenal jelas perwakilan-perwakilan ini. Dia tahu mereka masih muda dan berbakat, jadi sombong.Daripada mereka menimbulkan masalah-masalah tidak penting setelah memasuki auditorium dan memengaruhi kelangsungan pertemuan, lebih baik dia memberi mereka ultimatum terlebih dahulu.Bagi yang tidak bisa terima, dipersilakan untuk segera pergi dari sini.Namun, perwakilan-perwakilan ini sudah mempersiapkan mental mereka.Bagaimanapun juga, begitu menjabat sebagai wali kota saja, wali kota yang satu ini sudah berani mengusulkan proyek kota baru Sungai Banyuli. Biarpun dia masih muda, juga pasti merupakan sosok tokoh yang hebat dan tidak bisa dianggap remeh."Pak Lukmi nggak perlu khawatir, kami tahu aturannya."Karena itulah, semua perwakilan ini sangat patuh. Mereka segera mengangguk tanpa banyak berkomentar.Lyodra tiba-tiba melangkah maju dan berkata
"Dengar-dengar, Ardika adalah penjilat Tuan Wali Kota.""Kali ini, aku harus menaklukkan Tuan Wali Kota. Saat itu tiba, aku akan meminta Tuan Wali Kota untuk menyingkirkannya sendiri. Aku penasaran ingin melihat bagaimana ekspresi Ardika saat itu!"Lyodra merasa terkejut sekaligus senang.Akhirnya dia menemukan satu kesempatan untuk menghabisi Ardika dengan mudah.Apa pun yang terjadi, dia tidak boleh melewatkan kesempatan ini!Lyodra cukup percaya diri dengan pesonanya.Saat ini, Lukmi menepuk tangannya dan berkata, "Baiklah, aku sudah menyampaikan pada kalian hal-hal yang harus kusampaikan. Sekarang kalian dipersilakan untuk mulai masuk ke dalam ruangan."Selesai berbicara, dia langsung berbalik dan memimpin semua orang untuk memasuki ruangan.Lyodra dan yang lainnya mengikutinya dari belakang dengan posisi tegak, agar diri sendiri tampak bersemangat.Namun, saat mereka baru melangkah dua langkah, Lukmi menghentikan langkah kakinya. Dia mengeluarkan ponselnya dan meliriknya sejenak,
Mendengar Lyodra berani memaki Ardika seperti itu, ekspresi Lukmi berubah menjadi sangat muram."Lepaskan aku!"Dia berseru dengan dingin, menepis tangan Lyodra. Kemudian, dia melambaikan tangannya memanggil staf. "Persilakan wanita pengganggu ini keluar, jangan biarkan dia mengganggu operasional kerja kita!""Baik!"Staf Kediaman Wali Kota segera melangkah maju.Terlepas dari seberapa keras upaya Lyodra untuk tetap bertahan di sana, pada akhirnya dia tetap diusir dari Kediaman Wali Kota.Sementara itu, perwakilan-perwakilan sekolah-sekolah lainnya yang menyaksikan pemandangan itu dengan mata kepala mereka sendiri tadi, saat ini mendesah dalam hati.Sebelumnya, mereka sudah tertipu oleh "topeng" Lyodra. Mereka mengira wanita itu adalah wanita yang elegan dan berkelas.Hingga saat ini, mereka baru menyadari karakter asli wanita itu adalah seorang pengganggu yang kasar dan tidak masuk akal...."Ardika! Pasti Ardika sialan itu!"Di luar Kediaman Wali Kota, Lyodra yang rambutnya sudah tam
"Ayah, Ibu, Kak Ardika juga sudah berusaha semampunya. Demi urusanku, dia telah menyumbangkan dana sebesar 200 miliar. Kalian nggak bisa menyalahkannya, wanita bernama Lyodra itu yang terlalu jahat."Walaupun Futari sangat sedih karena kuota masuknya dibatalkan, tetapi melihat orang tuanya memarahi Ardika, dia tetap tidak bisa menahan diri untuk membela kakak iparnya itu.Gadis ini sangat terharu.Nominal uang itu tidaklah kecil, bukan 160 juta atau 200 juta, melainkan 200 miliar.Demi dirinya, kakak iparnya mengeluarkan uang sebanyak itu. Walaupun tetap tidak ada hasilnya, tetapi dia tetap merasa senang.Mendengar ucapan Futari, orang tuanya pun tidak berbicara lagi.Ardika sudah bertindak sejauh ini, kalau mereka masih memarahinya, memang tidak pantas."Luna, pikirkan solusinya, ya. Bagaimana? Apakah kamu meminta bantuan dari orang-orang Universitas Denpapan sudah ada hasilnya?"Semua orang hanya bisa menaruh harapan pada Luna."Masih belum ada kemajuan."Luna menggelengkan kepalanya
Pfffttt ...."Lyodra langsung tertawa.'Ternyata Luna yang dingin dan arogan juga bisa merendah dan memohon pada orang lain.''Dia bahkan memohon padaku.'Lyodra sangat senang. Setelah dia puas tertawa, dia berkata, "Bu Luna, karena kamu sudah berbicara seperti ini, aku juga nggak beromong kosong lagi.""Begini saja, kali ini aku mewakili Universitas Denpapan mengunjungi Kota Banyuli untuk membicarakan tentang pembukaan cabang sekolah. Awalnya hari ini aku akan bertemu dengan wali kota baru itu, tapi suami pecundangmu memanasi-manasi situasi di belakang, menyebabkan Tuan Wali Kota mengusirku keluar dari Kediaman Wali Kota!"Mendengar ucapannya, Luna merasa sakit kepala.Dendam sebelumnya masih belum terselesaikan, mengapa suaminya sudah ada dendam baru lagi dengan Lyodra.Dia segera memberi penjelasan. "Bu Lyodra, ini pasti adalah kesalahpahaman ....""Jangan beromong kosong denganku."Lyodra menyela Luna tanpa sungkan, dia berkata, "Bu Luna, selama kamu bisa mengatur agar aku bisa ber
"Oke, aku mengerti. Jangan khawatir, aku nggak akan melepaskan wanita itu."Ardika mengusap-usap kepala Futari dengan lembut, ekspresinya sedikit aneh.Memang benar Luna tidur dengannya.Namun, dia juga mengerti maksud jahat dari ucapan Lyodra. Sorot matanya berubah menjadi sedikit dingin.'Wanita ini memang harus diberi pelajaran.'Setelah berpikir demikian, dia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Karmin, kepala fakultas seni Universitas Denpapan."Halo, siapa ini?"Tanpa butuh waktu lama, terdengar suara santai seorang pria dari ujung telepon.Ardika berkata dengan tenang, "Aku adalah Ardika. Pak Karmin, setelah menerima uang dariku, kamu malah nggak melakukan tugasmu, bukankah nggak baik?""Ardika?"Seakan-akan setelah berpikir sejenak, Karmin baru mengingat siapa orang yang meneleponnya itu. Dia berkata datar, "Anak Muda, apa maksudmu? Kenapa aku nggak mengerti?""Pak Karmin benar-benar ahli dalam berpura-pura bodoh, huh?"Ardika berkata, "Kamu nggak hanya menerima uang 200 mi
"Dewa Perang, harap tunggu sejenak, aku akan segera membicarakannya kepada penanggung jawab pihak Universitas Denpapan.""Baik."Tak lama setelah Ardika memutuskan panggilan telepon, dia menerima panggilan telepon dari nomor asing."Halo, apa ini adalah Tuan Ardika? Aku adalah Dane Sinantri, Dekan Universitas Denpapan."Terdengar suara seorang pria paruh baya yang sedikit dalam."Tuan Ardika, aku juga baru tahu masalah yang disampaikan oleh Kodam Helios. Aku meminta maaf pada Tuan. Aku akan segera meminta bawahanku untuk membuat proposal pembukaan cabang sekolah yang baru, lalu mengirim wakil dekan ke sana untuk membicarakannya dengan Tuan!"Ardika berkata dengan tenang, "Nggak perlu sampai mengirim wakil dekan kemari, kirim saja Karmin, kepala fakultas seni kalian itu kemari."Karena Karmin sendiri yang tidak tahu diri, maka dia tidak akan sungkan lagi.Dia ingin menunjukkan pada Karmin, seorang kepala fakultas saja, tidak boleh terlalu memandang tinggi diri sendiri!"Baik!"Dane sege
"Pak Karmin, besok aku baru bertemu dengan wali kota baru itu. Aku juga nggak tahu kenapa.""Mungkin wali kota ini benar-benar ingin mengundang sebuah universitas ke Kota Banyuli, bukan hanya demi menghasilkan uang."Bagi Lyodra, sangat wajar wali kota baru tidak bermaksud untuk menghasilkan uang melalui proyek tersebut.Orang yang memiliki identitas dan latar belakang yang besar sepertinya pasti ingin meraih prestasi, agar bisa dipromosikan. Pandangan orang sepertinya pasti jauh ke depan. Bagaimana mungkin dia hanya memikirkan keuntungan kecil jangka pendek seperti ini?"Oh, begitu, ya."Setelah mendengar ucapan Lyodra, Karmin sedikit menghela napas lega.Namun, karena hal ini sudah sampai ke telinga Dane, itu artinya proposal yang diajukan oleh fakultas seni kali ini, sudah membuat wali kota itu tidak puas pada dirinya.Kalau tidak, Dane juga tidak akan memperingatkannya dengan begitu tegas.Sekarang, kalau ingin membuat Tuan Wali Kota itu puas dan meluluskan proyek sekolah baru itu,
Sambil menggertakkan giginya dengan emosi, Sofian berusaha keras untuk merangkak bangkit kembali. Ekspresinya sudah tampak sangat muram.Dulu, bagian tulang rusuknya pernah mengalami cedera, masih belum sepenuhnya pulih. Bagian inilah bagian paling rentan di tubuhnya.Biasanya, saat melawan para ahli bela diri, dia akan memperhatikan untuk melindungi bagian tulang rusuknya itu.Namun, hari ini karena menganggap remeh Werdi, dia sama sekali tidak memperhatikan hal itu.Saat pertama kali Werdi menyerang bagian tulang rusuknya, dia juga tidak berpikir banyak. Siapa sangka kali ini di bawah arahan dari Ardika, Werdi kembali menyerang titik kelemahannya itu dengan tepat."Eh, bajingan, tutup mulutmu! Setelah aku melumpuhkan Werdi, akan kuhabisi kamu!"Sofian sudah bertekad untuk melumpuhkan Werdi.Dia tidak akan berhenti sebelum menginjak-injak bocah yang satu ini."Mati kamu!"Sambil mengatupkan giginya dengan rapat, Sofian berteriak dengan keras. Kemudian, dia kembali menerjang ke arah We
"Mati saja sana!"Saat berbicara, Sofian meneriakkan tiga patah kata itu dengan marah. Kemudian, dia langsung menerjang ke arah Werdi. Tinjunya yang besar itu membelah udara, melesat menuju ke dahi Werdi.Sebelum tinju itu mendarat ke sasaran, aura membunuh yang menakutkan sudah menyelimuti target.Saking ketakutannya, jiwa Werdi seperti sudah meninggalkan raganya. Secara naluriah, dia ingin menghindari serangan tersebut.Tepat pada saat ini, suara Ardika tiba-tiba terdengar olehnya. "Mundur selangkah dengan kaki kananmu, lalu pukul bagian tulang rusuknya!"Kata-kata yang singkat, padat dan jelas ini, membuat Werdi bisa langsung memahaminya tanpa harus berpikir lagi.Seolah-olah menemukan penyelamatnya, tubuhnya bergerak mengikuti instruksi Ardika dengan refleks."Plak ...."Tubuh Werdi menghindar ke kanan, kebetulan berhasil menghindari serangan mematikan dari Sofian itu. Pada saat bersamaan, dia melayangkan pukulan yang tepat mengenai bagian tulang rusuk Sofian yang terekspos itu."P
Seolah-olah baru tercerahkan, Futari berkata, "Jadi, kamu hanya sedang memanas-manasi situasi, bukan benar-benar ingin membantu mereka, 'kan?"Dia hampir lupa hari ini Werdi dan yang lainnya memanggil Ardika ke Sekolah Bela Diri Sopran, pasti punya niat jahat.Jangankan membantu mereka, Ardika tidak memanfaatkan kesempatan ini untuk menjatuhkan mereka saja, juga sudah cukup "setia kawan"."Kak Ardika, kalau begitu kita mundur saja lebih jauh lagi. Kalau sampai terjadi sesuatu, kita juga bisa lebih cepat kabur!"Futari langsung menarik Ardika mundur menuju ke arah pintu keluar. Dia menyaksikan pertunjukan yang sedang berlangsung itu dengan ekspresi menikmati."Sialan!"Menyaksikan pemandangan ini melalui sudut matanya, Werdi yang sudah babak belur akibat perkelahian itu hampir muntah darah.Hanya menyulut api tanpa bertanggung jawab memadamkan api.Dia pernah melihat orang yang tidak tahu malu, tetapi tidak pernah melihat orang yang begitu tidak tahu malu!Tentu saja Ardika sama sekali
Orang-orang yang bisa mengikuti Sofian, tentu saja adalah anggota-anggota inti Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan yang memihak pada Wilgo. Masing-masing di antara mereka memiliki kemampuan bela diri yang luar biasa.Di sisi lain, sekelompok tuan muda seperti Werdi juga bukanlah tipe orang yang mudah ditindas.Mereka juga sedikit berkemampuan. Kalau tidak, biarpun ada dukungan dari keluarga mereka, mereka juga tidak berani menantang kelompok Sofian.Dalam sekejap mata, perkelahian sengit antara dua kelompok itu pun dimulai.Namun, sepanjang proses itu berlangsung, kedua belah pihak masih mengendalikan diri mereka. Mereka hanya berkelahi dengan tangan kosong, tidak ada yang mengeluarkan senjata.Bagaimanapun juga, di antara kedua belah pihak ini, keduanya memiliki latar belakang yang cukup kuat.Yang satunya memiliki Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan sebagai pendukung, sedangkan yang satunya lagi memiliki Timnu, orang kepercayaan Jerfis sebagai pendukung.Berkelahi bukan
Sofian Remax, ahli bela diri yang menempati perangkat pertama di antara generasi muda Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan.Kekuatan orang ini luar biasa besar, dia sudah memberikan kontribusi besar untuk Wilgo.Dengar-dengar, guru orang ini adalah salah seorang tetua dari Organisasi Snakei cabang Gotawa. Alasan mengapa dia bergabung dengan cabang Provinsi Denpapan adalah untuk mencari pengalaman, agar suatu hari nanti dia bisa menduduki posisi ketua cabang.Juga ada yang mengatakan bahwa kekuatan Sofian sudah bisa mengejar Vita, salah satu dari sepuluh orang berbakat Organisasi Snakei cabang Gotawa.Terlebih lagi, itu adalah situasi satu tahun yang lalu.Kekuatan Sofian sekarang mungkin sudah jauh lebih kuat lagi!Jadi, ada rumor yang beredar bahwa kali ini Wilgo ingin berduel dengan pihak Vita dan Cahdani, perwakilan utamanya adalah Sofian ini.Hal ini juga membuat Sofian menjadi orang yang populer di kalangan kelas atas ibu kota provinsi.Sementara itu, konflik antara Sofian d
Werdi membungkukkan badannya di hadapan Ardika dengan sopan.Raina dan yang lainnya juga berkata dengan penuh hormat, "Kak Ardika, kamu adalah orang yang berbesar hati, beri kami kesempatan untuk mengungkapkan permintaan maaf kami padamu, ya!""Ibarat nggak kenal maka nggak sayang. Kelak kita adalah teman baik. Kak Ardika, kamu adalah kakak kami!"Menyaksikan pemandangan ini, Futari yang berdiri di samping Ardika pun kebingungan.Dia tahu Werdi dan yang lainnya punya niat jahat, dia sudah mempersiapkan mentalnya untuk menghadapi mereka yang akan mempersulit kakak iparnya.Namun, siapa sangka mereka benar-benar meminta maaf pada Ardika?Pertunjukan apa yang mereka mainkan ini?"Setelah melakukan kesalahan, tahu mengintrospeksi diri adalah hal yang baik. Aku juga bukan tipe orang yang berpemikiran sempit."Saat ini, Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Kalau begitu, kejadian tadi malam sudah berlalu, anggap saja nggak pernah terjadi. Kelak kita semua adalah teman.""Hahaha, Kak Ardika b
Sementara itu, di antara sekian banyaknya sekolah bela diri ini, tentu saja yang paling terkenal adalah sekolah bela diri di bawah naungan Organisasi Snakei cabang Provinsi Denpapan, Sekolah Bela Diri Sopran. Akan tetapi, sesungguhnya sekolah bela diri ini dikendalikan oleh Keluarga Gozali.Usai memarkirkan mobilnya, saat Ardika berjalan menuju ke Sekolah Bela Diri Sopran bersama Futari, dia melihat ada sebuah bangunan kuno yang dipenuhi gaya Negara Jepara berlokasi di seberang sekolah bela diri."Sekolah Bela Diri Laido!"Sebuah papan yang tergantung di depan pintu, bertuliskan empat kata menggunakan bahasa Negara Nusantara itu membuat Ardika menghentikan langkah kakinya. Dia menyipitkan matanya.Aura membunuh kuat yang biasanya hanya bisa dirasakan oleh Ardika terpancar dari empat kata besar tersebut!Sekolah Bela Diri Laido ini merupakan sekolah bela diri yang pasti bisa menempati peringkat tiga besar di antara sekian banyaknya sekolah bela diri di Negara Jepara. Banyak ahli bela di
Walaupun Ardika tidak memiliki kesan baik terhadap Tuan Besar Keluarga Liwanto ini, tetapi karena ini menyangkut hal besar ibu mertuanya, dia hanya mengangguk."Baiklah, saat senggang nanti aku akan pergi memilihkan hadiah untuk beliau. Futari, kamu juga bantu beri aku referensi, ya."Futari mengangguk dengan patuh.Tepat pada saat ini, ponselnya berdering."Raina menelepon lagi."Melihat nama yang berkedip di layar ponselnya, Futari langsung mengerutkan hidungnya.Dia sama sekali tidak ingin menerima panggilan telepon dari Raina.Namun, setelah Futari menolak panggilan telepon tersebut, Raina kembali meneleponnya, membombardirnya dengan panggilan telepon berturut-turut.Dengan sorot mata agak dingin, Ardika berkata, "Kalau nggak, kamu jawab aja teleponnya. Mari kita lihat apa yang ingin dikatakan oleh wanita itu."Kalau wanita itu ingin mencari masalah dengan Futari, itu artinya pelajaran yang diberikannya pada wanita itu malam sebelumnya masih belum cukup.Mendengar ucapan kakak ipar
Ardika menepuk dahi adik sepupunya itu, lalu berkata, "Eh, sudah, sudah. Kencan pagi-pagi buta? Apa yang kamu pikirkan?""Siapa tahu? Mungkin saja kamu takut kalau malam hari tiba, Kak Luna tiba-tiba memeriksa keberadaanmu."Dengan memasang ekspresi arogan, Futari berkata, "Intinya, aku harus menggantikan Kak Luna untuk mengawasimu!""Satu hal lagi, sebenarnya ada apa di antara kamu dengan Nona Rosa?""Pagi hari ini Raina mengirimkan pesan untuk menakut-nakutiku! Dia bilang sekarang rumor mengenai tadi malam kamu menghabiskan malam bersama Nona Rosa sudah tersebar di kalangan kelas atas ibu kota provinsi. Setelah Jerfis, salah satu dari tujuh tuan muda ibu kota provinsi itu kembali, pasti akan mencari perhitungan denganmu!"Ardika berkata dengan tidak berdaya, "Bukankah kamu tahu tadi malam aku berada di mana?""Tentu saja aku tahu Kak Ardika berada di rumah bersamaku, tapi orang lain nggak tahu."Futari mendecakkan lidahnya dan berkata, "Apalagi tadi malam kamu meminta Nona Rosa untuk