Mendengar Lyodra berani memaki Ardika seperti itu, ekspresi Lukmi berubah menjadi sangat muram."Lepaskan aku!"Dia berseru dengan dingin, menepis tangan Lyodra. Kemudian, dia melambaikan tangannya memanggil staf. "Persilakan wanita pengganggu ini keluar, jangan biarkan dia mengganggu operasional kerja kita!""Baik!"Staf Kediaman Wali Kota segera melangkah maju.Terlepas dari seberapa keras upaya Lyodra untuk tetap bertahan di sana, pada akhirnya dia tetap diusir dari Kediaman Wali Kota.Sementara itu, perwakilan-perwakilan sekolah-sekolah lainnya yang menyaksikan pemandangan itu dengan mata kepala mereka sendiri tadi, saat ini mendesah dalam hati.Sebelumnya, mereka sudah tertipu oleh "topeng" Lyodra. Mereka mengira wanita itu adalah wanita yang elegan dan berkelas.Hingga saat ini, mereka baru menyadari karakter asli wanita itu adalah seorang pengganggu yang kasar dan tidak masuk akal...."Ardika! Pasti Ardika sialan itu!"Di luar Kediaman Wali Kota, Lyodra yang rambutnya sudah tam
"Ayah, Ibu, Kak Ardika juga sudah berusaha semampunya. Demi urusanku, dia telah menyumbangkan dana sebesar 200 miliar. Kalian nggak bisa menyalahkannya, wanita bernama Lyodra itu yang terlalu jahat."Walaupun Futari sangat sedih karena kuota masuknya dibatalkan, tetapi melihat orang tuanya memarahi Ardika, dia tetap tidak bisa menahan diri untuk membela kakak iparnya itu.Gadis ini sangat terharu.Nominal uang itu tidaklah kecil, bukan 160 juta atau 200 juta, melainkan 200 miliar.Demi dirinya, kakak iparnya mengeluarkan uang sebanyak itu. Walaupun tetap tidak ada hasilnya, tetapi dia tetap merasa senang.Mendengar ucapan Futari, orang tuanya pun tidak berbicara lagi.Ardika sudah bertindak sejauh ini, kalau mereka masih memarahinya, memang tidak pantas."Luna, pikirkan solusinya, ya. Bagaimana? Apakah kamu meminta bantuan dari orang-orang Universitas Denpapan sudah ada hasilnya?"Semua orang hanya bisa menaruh harapan pada Luna."Masih belum ada kemajuan."Luna menggelengkan kepalanya
Pfffttt ...."Lyodra langsung tertawa.'Ternyata Luna yang dingin dan arogan juga bisa merendah dan memohon pada orang lain.''Dia bahkan memohon padaku.'Lyodra sangat senang. Setelah dia puas tertawa, dia berkata, "Bu Luna, karena kamu sudah berbicara seperti ini, aku juga nggak beromong kosong lagi.""Begini saja, kali ini aku mewakili Universitas Denpapan mengunjungi Kota Banyuli untuk membicarakan tentang pembukaan cabang sekolah. Awalnya hari ini aku akan bertemu dengan wali kota baru itu, tapi suami pecundangmu memanasi-manasi situasi di belakang, menyebabkan Tuan Wali Kota mengusirku keluar dari Kediaman Wali Kota!"Mendengar ucapannya, Luna merasa sakit kepala.Dendam sebelumnya masih belum terselesaikan, mengapa suaminya sudah ada dendam baru lagi dengan Lyodra.Dia segera memberi penjelasan. "Bu Lyodra, ini pasti adalah kesalahpahaman ....""Jangan beromong kosong denganku."Lyodra menyela Luna tanpa sungkan, dia berkata, "Bu Luna, selama kamu bisa mengatur agar aku bisa ber
"Oke, aku mengerti. Jangan khawatir, aku nggak akan melepaskan wanita itu."Ardika mengusap-usap kepala Futari dengan lembut, ekspresinya sedikit aneh.Memang benar Luna tidur dengannya.Namun, dia juga mengerti maksud jahat dari ucapan Lyodra. Sorot matanya berubah menjadi sedikit dingin.'Wanita ini memang harus diberi pelajaran.'Setelah berpikir demikian, dia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Karmin, kepala fakultas seni Universitas Denpapan."Halo, siapa ini?"Tanpa butuh waktu lama, terdengar suara santai seorang pria dari ujung telepon.Ardika berkata dengan tenang, "Aku adalah Ardika. Pak Karmin, setelah menerima uang dariku, kamu malah nggak melakukan tugasmu, bukankah nggak baik?""Ardika?"Seakan-akan setelah berpikir sejenak, Karmin baru mengingat siapa orang yang meneleponnya itu. Dia berkata datar, "Anak Muda, apa maksudmu? Kenapa aku nggak mengerti?""Pak Karmin benar-benar ahli dalam berpura-pura bodoh, huh?"Ardika berkata, "Kamu nggak hanya menerima uang 200 mi
"Dewa Perang, harap tunggu sejenak, aku akan segera membicarakannya kepada penanggung jawab pihak Universitas Denpapan.""Baik."Tak lama setelah Ardika memutuskan panggilan telepon, dia menerima panggilan telepon dari nomor asing."Halo, apa ini adalah Tuan Ardika? Aku adalah Dane Sinantri, Dekan Universitas Denpapan."Terdengar suara seorang pria paruh baya yang sedikit dalam."Tuan Ardika, aku juga baru tahu masalah yang disampaikan oleh Kodam Helios. Aku meminta maaf pada Tuan. Aku akan segera meminta bawahanku untuk membuat proposal pembukaan cabang sekolah yang baru, lalu mengirim wakil dekan ke sana untuk membicarakannya dengan Tuan!"Ardika berkata dengan tenang, "Nggak perlu sampai mengirim wakil dekan kemari, kirim saja Karmin, kepala fakultas seni kalian itu kemari."Karena Karmin sendiri yang tidak tahu diri, maka dia tidak akan sungkan lagi.Dia ingin menunjukkan pada Karmin, seorang kepala fakultas saja, tidak boleh terlalu memandang tinggi diri sendiri!"Baik!"Dane sege
"Pak Karmin, besok aku baru bertemu dengan wali kota baru itu. Aku juga nggak tahu kenapa.""Mungkin wali kota ini benar-benar ingin mengundang sebuah universitas ke Kota Banyuli, bukan hanya demi menghasilkan uang."Bagi Lyodra, sangat wajar wali kota baru tidak bermaksud untuk menghasilkan uang melalui proyek tersebut.Orang yang memiliki identitas dan latar belakang yang besar sepertinya pasti ingin meraih prestasi, agar bisa dipromosikan. Pandangan orang sepertinya pasti jauh ke depan. Bagaimana mungkin dia hanya memikirkan keuntungan kecil jangka pendek seperti ini?"Oh, begitu, ya."Setelah mendengar ucapan Lyodra, Karmin sedikit menghela napas lega.Namun, karena hal ini sudah sampai ke telinga Dane, itu artinya proposal yang diajukan oleh fakultas seni kali ini, sudah membuat wali kota itu tidak puas pada dirinya.Kalau tidak, Dane juga tidak akan memperingatkannya dengan begitu tegas.Sekarang, kalau ingin membuat Tuan Wali Kota itu puas dan meluluskan proyek sekolah baru itu,
Lyodra berkata, "Besok aku akan pergi menemuinya. Tuan Muda Zilwar nggak perlu khawatir. Apa kamu masih kurang jelas kemampuanku dalam menghadapi pria?""Bagus, sangat bagus."Zilwar tertawa dingin dan berkata, "Makin lama, si Ardika itu sudah makin kuat. Kalau memberinya waktu untuk berkembang lagi, takutnya dia benar-benar akan 'melahap' Keluarga Mahasura.""Setelah wali kota yang mendukungnya itu ditaklukkan, Keluarga Mahasura akan segera resmi menyerangnya, nggak akan membiarkannya berlagak hebat seperti sekarang lagi!""Saat itu tiba, aku mau dia berlutut di hadapanku, mematahkan kedua lengan dan kedua kakinya sendiri!"'Keluarga Mahasura juga berencana untuk menyerang Ardika?'Mendengar informasi dari Zilwar ini, membuat Lyodra terkejut.Saat ini, Zilwar bertanya lagi dengan tajam, "Oh ya, wanita paling mengerti wanita. Lyodra, menurutmu apa cara yang paling efektif untuk membalas istri Ardika?"Kalau dibandingkan dengan Rocky, kakak sepupunya, dendamnya terhadap Ardika jauh lebi
Tepat pada saat Lyodra dan yang lainnya sedang menunggu, Ardika juga sudah mengendarai mobilnya menuju Kediaman Wali Kota."Tuan Ardika."Melihat Ardika masuk ke dalam ruangan, Hamdi dan Lukmi yang menerima pesan dan menunggu lebih awal di sini, segera berdiri.Ardika melambaikan tangannya dan berkata, "Perwakilan dari berbagai sekolah sudah tiba, 'kan?""Semuanya sudah tiba."Hamdi berkata, "Karmin, Kepala Fakultas Seni Universitas Denpapan juga sudah tiba. Tuan Ardika, kemarin Anda mengatakan ingin bertemu dengannya terlebih dahulu.""Oh, benar, kalau begitu panggil dia masuk."Ardika mengangguk.Tidak perlu menunggu lama, seorang pria paruh baya yang memakai kacamata dan hanya memiliki beberapa helai rambut itu pun dibawa masuk oleh staf.Di dalam ruangan sebesar itu, hanya ada tiga orang.Dia mengenal Hamdi dan Lukmi yang sedang berdiri sambil menyampaikan laporan kerja itu. Kalau begitu, pemuda yang duduk di sofa, sudah pasti adalah wali kota muda Kota Banyuli sesuai informasi yan
"Ada apa, Pak Tiano? Kamu mengenalnya?"Mendapati ekspresi Tiano langsung berubah drastis setelah melihat Ardika, Piom dan Lando pun merasa sedikit gelisah.Sepertinya reaksinya ini menunjukkan tanda-tanda yang kurang baik.Jangan bilang dia juga akan berlutut di hadapan Ardika seperti Harrison.Namun, tak lama kemudian, Tiano langsung memasang ekspresi muram dan berkata, "Bajingan, ternyata kamu yang membuat masalah lagi! Kamu benar-benar bernyali besar! Berani-beraninya kamu menyinggung Piom dan Lando!"Mendengar panggilan yang ditujukan olah Tiano pada Ardika, Piom dan Lando langsung tertawa.Mereka bahkan sudah tidak keberatan melihat Tiano mengagungkan senioritas sendiri di hadapan mereka lagi.Benar saja, Tiano sudah menjabat sebagai Wali Kota Banyuli selama dua puluh tahun, dia cukup berwibawa dan berkuasa, sama sekali tidak menganggap serius Ardika.Piom memelototi Ardika dengan tajam dan berkata, "Pak Tiano, kali ini aku membawa tim inspeksi untuk meninjau proyek Gunung Amona,
"Malam ini Andrew mengadakan perjamuan malam di Kota Banyuli, Harrison, Konsul Jenderal Negara Enggrim juga muncul perjamuan malam tersebut.""Tapi ... tapi kabar terbarunya adalah, Harrison berlutut di hadapan seorang pemuda, bahkan mematahkan lengan dan kaki Andrew di hadapan banyak orang."Ini ...."Tak lama kemudian, dengan berkeringatan, sekretaris Helios segera menyampaikan laporan pada atasannya.Hal ini benar-benar terlalu mengejutkan. Kalau tidak diatasi dengan baik, bisa menimbulkan konflik antar negara. Sekretaris itu juga sangat terkejut.Helios menarik napas dalam-dalam dan berkata, "Aku tahu siapa pemuda itu, anggap saja kejadian Harrison nggak pernah terjadi.""Omong-omong, bukankah Ciputra dari Inspektorat berada di Kota Banyuli?""Ya, benar. Dua hari ini, Pak Ciputra sedang melakukan inspeksi rahasia di Kota Banyuli!"Sekretaris itu menjawab dengan cepat.Helios langsung melambaikan tangannya dan berkata, "Cepat minta dia ke sana untuk menangani Piom dan Lando!""Baik!
Begitu mendengar ucapan Ardika, ekspresi Piom langsung berubah menjadi muram.Dia tahu Ardika tidak bersedia untuk membiarkan hal ini berlalu begitu saja.Jelas-jelas hal ini bisa dibiarkan berlalu dengan mudah, biarpun dia harus merendahkan diri dan meminta maaf.Namun, Ardika malah sengaja mengutarakan hal tersebut secara terang-terangan. Sangat jelas pria itu tidak berencana untuk melepaskannya.Tepat pada saat ini, Lando melangkah maju, mencoba untuk meredakan situasi. "Tuan Ardika, pernahkah kamu mendengar kalimat ini? Cobalah untuk berbesar hati memaafkan orang lain, jangan bertindak kelewat batas!"Dia juga tidak bodoh, dia tahu Ardika tidak ingin membiarkan hal ini berlalu begitu saja.Sementara itu, dirinya dan Piom adalah satu-satunya orang-orang pemerintahan yang menghadiri perjamuan malam Andrew.Begitu tindakan Piom terekspos, kemungkinan besar dia juga akan terseret dalam masalah.Ini bukan hanya sekadar dugaan tak berdasar, karena sebelumnya dia juga telah menyinggung Ar
Andrew dan yang lainnya sudah dibawa pergi oleh Harrison.Suasana di dalam ruangan itu juga sudah berubah menjadi hening.Terutama orang-orang yang sebelumnya tidak menjaga mulut mereka dengan baik, yang sudah melontarkan kata-kata sindiran dan ejekan terhadap Ardika, saat ini mereka merasakan sekujur mereka diselimuti oleh hawa dingin. Mereka benar-benar gugup setengah mati.Mereka tahu jelas.Hanya dengan beberapa patah kata saja, Ardika sudah bisa membuat Harrison berlutut meminta maaf, bahkan mematahkan lengan dan kaki Andrew. Kalau begitu, Ardika pasti punya kemampuan untuk membalas mereka, bahkan membuat mereka jatuh miskin.Ini bukan hiperbola. Bagaimanapun juga, kalau bukan karena kebesaran hati Ardika, bahkan Grup Kamel juga terpaksa harus meninggalkan pasar Negara Nusantara.Saat ini, mereka ingin sekali melayangkan dua tamparan ke wajah mereka sendiri, mengapa mereka memandang rendah orang lain dengan sembarangan?Namun, Ardika sama sekali tidak berencana untuk memedulikan o
Suara orang-orang tersentak menyelimuti udara.Saat orang-orang lainnya mendengar ucapan Harrison ini, mereka kembali terkejut.Tidak hanya melumpuhkan Andrew, pria itu bahkan akan meminta Grup Kamel untuk meninggalkan pasar Negara Nusantara sepenuhnya, kerugiannya diperkirakan mencapai puluhan triliun.Sebenarnya apa identitas Ardika, sampai-sampai bisa membuat seorang Harrison bertindak sejauh ini sebagai bentuk pertanggungjawaban untuknya?Namun, Ardika malah melambaikan tangannya, menolak penawaran Harrison."Nggak perlu segitunya. Selama kelak Grup Kamel berbisnis di Negara Nusantara sesuai aturan, aku terima dengan senang hati.""Adapun mengenai Andrew dan semua anak buahnya ini, aku nggak ingin melihat mereka menginjakkan kaki mereka di Negara Nusantara lagi."Dari awal hingga akhir, Ardika sama sekali tidak melirik Andrew.Bangsawan Negara Enggrim apaan?Bangsawan Negara Enggrim yang mati di tangannya bukan hanya satu orang.Kalau bukan karena itu, bagaimana mungkin Harrison bi
"Seharusnya Tuan Ardika juga tahu, bukan Negara Enggrim saja yang melakukan hal seperti ini ...."Harrison mengamati ekspresi Ardika dengan hati-hati, mencoba untuk membela diri.Ardika tertawa dingin dan berkata, "Tapi Andrew meminta mereka untuk mematahkan lengan dan kakiku, lalu menghabisiku.""Karena mereka adalah anggota luar departemen luar negeri Negara Enggrim, kalau begitu bukankah aku boleh menganggap hal ini sebagai bentuk provokasi Negara Enggrim terhadapku?"Begitu mendengar ucapan Ardika, saking ketakutannya Harrison segera bersujud tanpa henti di hadapan Ardika."Tuan Ardika, Tuan salah paham! Negara Enggrim sama sekali nggak bermaksud seperti itu! Tuan nggak perlu ragu, negara kami nggak mungkin bermaksud seperti itu!""Pasti ada orang-orang tertentu yang mencoba untuk merusak hubungan antara kita, kami sama sekali nggak bermaksud nggak hormat pada Tuan!"Semua orang di dalam ruangan tersebut menyaksikan pemandangan ini dengan tercengang.Sebenarnya siapa Ardika? Bisa-b
Harrison mengalihkan pandangannya ke arah yang ditunjuk oleh Andrew, saat itu juga dia melihat Ardika.Ekspresinya langsung berubah drastis, sekujur tubuhnya mulai gemetaran.Walaupun dia sudah mempersiapkan mentalnya untuk menghadapi hal ini, tetapi begitu mendengar Andrew mengatakan ingin menghabisi Ardika, perasaan ketakutan langsung menyelimuti hatinya."Diam!"Harrison melangkah maju satu langkah, melayangkan satu tendangan ke dada Andrew.Andrew berteriak kesakitan. Saking kesakitannya, tubuhnya meringkuk, dia bahkan tidak bisa berkata-kata lagi."Brak ...."Kemudian, di bawah tatapan terkejut semua orang, Harrison berlutut di lantai."Tuan Ardika, aku sudah datang dalam sepuluh menit! Silakan beri instruksi!"Kemudian, dalam posisi bersujud, Harrison merangkak menghampiri Ardika, lalu mengucapkan kalimat itu dengan sangat merendah.Menyaksikan pemandangan itu, semua orang langsung tersentak.Selain Luna yang sudah pernah menyaksikan adegan yang sama, saat ini bahkan Felda yang m
Setelah melontarkan satu kalimat itu, Ardika langsung memutuskan panggilan telepon.Orang-orang lainnya tidak bisa mendengar suara Harrison di ujung telepon sana, mereka tidak tahu bagaimana sikap sang Konsul Jenderal terhadap Ardika.Mereka hanya mendengar Ardika mengucapkan beberapa patah kata dengan santai, lalu langsung memutuskan panggilan telepon begitu saja. Terlebih lagi, jelas-jelas Ardika memerintahkan Harrison untuk kemari, tentu saja hal ini membuat mereka semua tercengang.Memerintahkan Konsul Jenderal Negara Enggrim yang bertugas di Provinsi Denpapan untuk kemari?Apa mereka salah dengar?Atau bocah ini benar-benar sudah gila?Andrew memelototi Ardika dengan tajam dan berkata, "Eh, bocah Negara Nusantara, berani-beraninya kamu memerintahkan Pak Harrison untuk kemari! Tamat sudah riwayatmu!""Apa kamu tahu sebelum dia menjadi seorang konsul, dulu dia adalah salah seorang prajurit yang paling terkenal di Negara Enggrim?""Berani-beraninya kamu menghinanya seperti itu! Dia p
Ekspresi Luna juga sedikit pucat, tetapi dia memaksakan dirinya untuk tetap tenang dan berkata dengan dingin, "Memangnya kalau suamiku nggak memperlakukan mereka seperti itu, Grup Kamel akan melepaskan kami?"Melihat Andrew begitu menyedihkan, dia merasa ketakutan sekaligus puas."Eh ... ini ...."Semua orang di dalam ruangan itu terdiam. Apa maksud Luna, dia ingin hancur bersama?"Bam!"Tepat pada saat ini, Ardika mengambil sebotol anggur, lalu menggunakan botol anggur itu untuk memukuli kepala Andrew tanpa ragu.Saat itu juga, botol anggur pecah, kepala Andrew juga berdarah. Dia merasa kesakitan setengah mati.Ardika melirik Piom dan Lando dengan sorot mata dingin. "Kalau kalian mengucapkan satu kalimat omong kosong lagi, aku akan menghantam kepalanya dengan satu botol anggur.""Kamu!"Piom membuka mulutnya, tetapi segera menutup mulutnya.Dia takut Ardika benar-benar memukuli Andrew sampai mati. Saat itu tiba, dia juga akan ikut terseret dalam masalah.Orang-orang lainnya juga tidak