Pfffttt ...."Lyodra langsung tertawa.'Ternyata Luna yang dingin dan arogan juga bisa merendah dan memohon pada orang lain.''Dia bahkan memohon padaku.'Lyodra sangat senang. Setelah dia puas tertawa, dia berkata, "Bu Luna, karena kamu sudah berbicara seperti ini, aku juga nggak beromong kosong lagi.""Begini saja, kali ini aku mewakili Universitas Denpapan mengunjungi Kota Banyuli untuk membicarakan tentang pembukaan cabang sekolah. Awalnya hari ini aku akan bertemu dengan wali kota baru itu, tapi suami pecundangmu memanasi-manasi situasi di belakang, menyebabkan Tuan Wali Kota mengusirku keluar dari Kediaman Wali Kota!"Mendengar ucapannya, Luna merasa sakit kepala.Dendam sebelumnya masih belum terselesaikan, mengapa suaminya sudah ada dendam baru lagi dengan Lyodra.Dia segera memberi penjelasan. "Bu Lyodra, ini pasti adalah kesalahpahaman ....""Jangan beromong kosong denganku."Lyodra menyela Luna tanpa sungkan, dia berkata, "Bu Luna, selama kamu bisa mengatur agar aku bisa ber
"Oke, aku mengerti. Jangan khawatir, aku nggak akan melepaskan wanita itu."Ardika mengusap-usap kepala Futari dengan lembut, ekspresinya sedikit aneh.Memang benar Luna tidur dengannya.Namun, dia juga mengerti maksud jahat dari ucapan Lyodra. Sorot matanya berubah menjadi sedikit dingin.'Wanita ini memang harus diberi pelajaran.'Setelah berpikir demikian, dia mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Karmin, kepala fakultas seni Universitas Denpapan."Halo, siapa ini?"Tanpa butuh waktu lama, terdengar suara santai seorang pria dari ujung telepon.Ardika berkata dengan tenang, "Aku adalah Ardika. Pak Karmin, setelah menerima uang dariku, kamu malah nggak melakukan tugasmu, bukankah nggak baik?""Ardika?"Seakan-akan setelah berpikir sejenak, Karmin baru mengingat siapa orang yang meneleponnya itu. Dia berkata datar, "Anak Muda, apa maksudmu? Kenapa aku nggak mengerti?""Pak Karmin benar-benar ahli dalam berpura-pura bodoh, huh?"Ardika berkata, "Kamu nggak hanya menerima uang 200 mi
"Dewa Perang, harap tunggu sejenak, aku akan segera membicarakannya kepada penanggung jawab pihak Universitas Denpapan.""Baik."Tak lama setelah Ardika memutuskan panggilan telepon, dia menerima panggilan telepon dari nomor asing."Halo, apa ini adalah Tuan Ardika? Aku adalah Dane Sinantri, Dekan Universitas Denpapan."Terdengar suara seorang pria paruh baya yang sedikit dalam."Tuan Ardika, aku juga baru tahu masalah yang disampaikan oleh Kodam Helios. Aku meminta maaf pada Tuan. Aku akan segera meminta bawahanku untuk membuat proposal pembukaan cabang sekolah yang baru, lalu mengirim wakil dekan ke sana untuk membicarakannya dengan Tuan!"Ardika berkata dengan tenang, "Nggak perlu sampai mengirim wakil dekan kemari, kirim saja Karmin, kepala fakultas seni kalian itu kemari."Karena Karmin sendiri yang tidak tahu diri, maka dia tidak akan sungkan lagi.Dia ingin menunjukkan pada Karmin, seorang kepala fakultas saja, tidak boleh terlalu memandang tinggi diri sendiri!"Baik!"Dane sege
"Pak Karmin, besok aku baru bertemu dengan wali kota baru itu. Aku juga nggak tahu kenapa.""Mungkin wali kota ini benar-benar ingin mengundang sebuah universitas ke Kota Banyuli, bukan hanya demi menghasilkan uang."Bagi Lyodra, sangat wajar wali kota baru tidak bermaksud untuk menghasilkan uang melalui proyek tersebut.Orang yang memiliki identitas dan latar belakang yang besar sepertinya pasti ingin meraih prestasi, agar bisa dipromosikan. Pandangan orang sepertinya pasti jauh ke depan. Bagaimana mungkin dia hanya memikirkan keuntungan kecil jangka pendek seperti ini?"Oh, begitu, ya."Setelah mendengar ucapan Lyodra, Karmin sedikit menghela napas lega.Namun, karena hal ini sudah sampai ke telinga Dane, itu artinya proposal yang diajukan oleh fakultas seni kali ini, sudah membuat wali kota itu tidak puas pada dirinya.Kalau tidak, Dane juga tidak akan memperingatkannya dengan begitu tegas.Sekarang, kalau ingin membuat Tuan Wali Kota itu puas dan meluluskan proyek sekolah baru itu,
Lyodra berkata, "Besok aku akan pergi menemuinya. Tuan Muda Zilwar nggak perlu khawatir. Apa kamu masih kurang jelas kemampuanku dalam menghadapi pria?""Bagus, sangat bagus."Zilwar tertawa dingin dan berkata, "Makin lama, si Ardika itu sudah makin kuat. Kalau memberinya waktu untuk berkembang lagi, takutnya dia benar-benar akan 'melahap' Keluarga Mahasura.""Setelah wali kota yang mendukungnya itu ditaklukkan, Keluarga Mahasura akan segera resmi menyerangnya, nggak akan membiarkannya berlagak hebat seperti sekarang lagi!""Saat itu tiba, aku mau dia berlutut di hadapanku, mematahkan kedua lengan dan kedua kakinya sendiri!"'Keluarga Mahasura juga berencana untuk menyerang Ardika?'Mendengar informasi dari Zilwar ini, membuat Lyodra terkejut.Saat ini, Zilwar bertanya lagi dengan tajam, "Oh ya, wanita paling mengerti wanita. Lyodra, menurutmu apa cara yang paling efektif untuk membalas istri Ardika?"Kalau dibandingkan dengan Rocky, kakak sepupunya, dendamnya terhadap Ardika jauh lebi
Tepat pada saat Lyodra dan yang lainnya sedang menunggu, Ardika juga sudah mengendarai mobilnya menuju Kediaman Wali Kota."Tuan Ardika."Melihat Ardika masuk ke dalam ruangan, Hamdi dan Lukmi yang menerima pesan dan menunggu lebih awal di sini, segera berdiri.Ardika melambaikan tangannya dan berkata, "Perwakilan dari berbagai sekolah sudah tiba, 'kan?""Semuanya sudah tiba."Hamdi berkata, "Karmin, Kepala Fakultas Seni Universitas Denpapan juga sudah tiba. Tuan Ardika, kemarin Anda mengatakan ingin bertemu dengannya terlebih dahulu.""Oh, benar, kalau begitu panggil dia masuk."Ardika mengangguk.Tidak perlu menunggu lama, seorang pria paruh baya yang memakai kacamata dan hanya memiliki beberapa helai rambut itu pun dibawa masuk oleh staf.Di dalam ruangan sebesar itu, hanya ada tiga orang.Dia mengenal Hamdi dan Lukmi yang sedang berdiri sambil menyampaikan laporan kerja itu. Kalau begitu, pemuda yang duduk di sofa, sudah pasti adalah wali kota muda Kota Banyuli sesuai informasi yan
Namun, faktanya adalah Karmin tidak hanya terlibat dalam konflik dengan Ardika, bahkan konflik itu sangatlah besar!Dengan kata lain, hari ini hidup dan matinya ada di tangan Ardika.Benar saja.Begitu dia selesai berbicara, seakan-akan tiba-tiba saja mengingat sesuatu, Ardika bertanya, "Oh ya, Pak Karmin, di panggilan telepon kemarin kamu mengataiku orang yang hanya bisa mengandalkan istri, pebisnis licik, nggak menganggap serius aku. Apa seperti ini cara Pak Karmin menunjukkan sikap hormat padaku?""Brak!"Saking ketakutannya, Karmin langsung terjatuh, terduduk di lantai. Ekspresinya tampak pucat pasi, dia menatap Ardika dengan tatapan seolah-olah jiwanya sudah meninggalkan raganya.Ardika tidak memedulikan pria itu, dia berkata pada staf yang membawa Karmin masuk tadi, "Apa Lyodra dari Universitas Denpapan sudah datang? Jangan membuang-buang waktu lagi, cepat panggil dia masuk.""Baik!"Begitu mendengar nama Lyodra, Karmin ingat semua sumber permasalahan ini ada pada wanita itu. Dia
"Pak Karmin, menurutmu apakah aku pantas?" tanya Ardika dengan santai.Begitu mendengar ucapan Ardika, Karmin yang kesakitan setengah mati, menutupi wajahnya dan berkata dengan getir, "Pantas, pantas!"Menyaksikan pemandangan itu, Lyodra benar-benar tercengang.Bisa-bisanya si Ardika itu melayangkan satu tamparan ke wajah Karmin!Namun, hal yang lebih di luar nalarnya adalah, Karmin malah menerima satu tamparan itu dengan patuh, sama sekali tidak berani berkomentar apa pun.'Eh ... ini ....''Sebenarnya apa yang terjadi?'"Plak!"Detik berikutnya, Ardika mengangkat lengannya dan melayangkan satu tamparan lagi."Setelah mengambil uang dariku, kamu malah nggak menjalani tugasmu, hah?""Plak!""Untuk melempar kesalahan, kamu menuduhku di internet, hah?""Plak!""Mengataiku pebisnis yang licik, memang sudah seharusnya menyumbangkan uang, hah?""Plak!"" ... "Ardika melayangkan tamparan ke sisi kiri dan sisi kanan pria itu dengan satu tangan secara beruntun.Hingga kepala Karmin tampak mir
"Syuu!"Pedang panjang tersebut melesat membentuk kilatan cahaya berwarna perak di udara.Saat itu, niat membunuh yang tajam terpancar ke segala arah, membuat orang-orang merasakan seperti kembali ke medan perang zaman dahulu. Saking ketakutannya, ekspresi mereka mulai memucat. Mereka bahkan melangkah mundur beberapa langkah.Tepat pada saat pedang panjang tersebut mengarah ke Ardika, pedang pendek lainnya yang juga terselip di pinggang Kakoi, juga diam-diam telah keluar dari sarung. Sambil menggenggam pedang tersebut dengan erat, dia mengarahkan pedang ke arah dada dan perut Ardika melalui sudut yang aneh."Jurus Mematahkan Dada Yamano adalah jurus paling kuat dan mematikan Sekolah Bela Diri Yamano! Tuan Kakoi menggunakan jurus ini dengan sempurna!""Tuan Kakoi, bunuh orang Negara Nusantara itu!"Menyaksikan pemandangan itu, beberapa orang murid Kakoi itu berteriak dengan penuh semangat.Walaupun mereka tidak tahu mengapa sebelumnya Kakoi berlutut di hadapan Ardika, tetapi mereka tahu
"Kakoi, 'kan? Kamu masih belum menjawab pertanyaanku."Ardika melangkah maju satu langkah, menatap lawan bicaranya sambil tersenyum tipis.Di tengah tatapan tercengang semua orang, Kakoi bersujud. Sekujur tubuhnya tampak gemetaran. "Tuan salah paham, aku nggak ....""Salah paham?"Ardika menyelanya dengan dingin, "Kalau begitu, ninja Negara Jepara yang menargetkanku sebelumnya adalah murid kalian, 'kan?""Sekarang kamu mendatangi Negara Nusantara secara terang-terangan dengan membawa murid-muridmu.""Kalau bukan datang untuk membunuhku, mungkinkah kalian datang untuk berlibur? Atau semacam mengakui keluarga di sini, begitu?""Ah ... benar, benar, benar!"Kakoi bersujud lagi, lalu berkata tanpa memilah-milah kata-kata lagi, "Tuan, aku memang datang untuk mengakui keluarga. Aku mengakui Tuan sebagai Ayah.""Ayah yang terhormat, harap terima penghormatan dari putramu ini!"Melihat Kakoi yang kini bersikap sangat merendah seperti seekor anjing penjilat, memanggil Ardika dengan panggilan Ay
"Ngung!!!"Begitu melihat paras Ardika dengan jelas, Kakoi langsung terguncang, pikirannya berubah menjadi kosong.Dewa Perang?Ternyata dia adalah Dewa Perang?!Dewa Perang yang menyebabkan pertumpahan darah di medan perang dan memukul mundur Aliansi Panca?Hingga sekarang, pertempuran di medan perang kala itu, masih menjadi sesuatu yang menghantui Kakoi.Kalau Kakoi ditanya siapa orang yang paling ditakutinya di Negara Nusantara.Tidak perlu diragukan lagi, jawabannya adalah Dewa Perang!"De ... De ... De ...."Lidah Kakoi seperti terkilir. Saking ketakutannya, dia sampai tidak bisa berbicara dengan jelas."Apa? Apa?"Ekspresi Ardika tampak tenang. Sambil tersenyum tipis, dia berkata, "Wirhan bilang kamu datang ke Negara Nusantara khusus untuk membunuhku?""Aku ...."Hanya satu kalimat saja, sudah membuat ekspresi Kakoi berubah menjadi pucat pasi. Bulir-bulir keringat dingin bercucuran dan membasahi punggungnya.Astaga!Dasar Jiglo sialan! Ternyata pria itu memintanya untuk membunuh
Ekspresi Wirhan berubah lagi dan lagi. Dia tidak bisa tidak menganggap serius Ardika, tetapi dia tidak bisa mengabaikan keberadaan sosok Yang Mulia yang satu ini."Ratu Ular, bukan aku yang memanggil Tuan Kakoi datang. Biarpun nggak ada aku, dia tetap akan datang untuk membunuh Ardika. Aku hanya memberitahunya lokasi Ardika.""Intinya, hari ini aku hanya ingin menginjak mati Ardika. Setelah hari ini, aku siap untuk menerima hukuman dari Ratu Ular!"Sambil menahan rasa sakit, Wirhan membungkukkan badannya. Dia bersikap sangat merendah.Walaupun demikian, dia tetap enggan mengalah, dia ingin melawan Ardika hingga tetes darah penghabisan.Sorot mata Vanya berubah menjadi dingin. Dia mendengus, lalu tidak berbicara lagi.Karena Wirhan yang cari mati sendiri, dia juga sudah malas untuk mengurus pria itu lagi."Setelah menunggu sekian lama, kenapa si rakun itu nggak datang juga?" tanya Ardika dengan malas. Dia sudah sedikit tidak sabar."Bajingan!""Berani-beraninya kamu menghina Guru! Kamu
"Apa yang kamu takutkan?"Tepat pada saat ini, Vanya tiba-tiba meliriknya sekilas.Hanko langsung merasa gugup setengah mati, seperti ada sebilah pisau yang ditempelkan di lehernya."Brak!"Hanko langsung berlutut dan bersujud di lantai, tidak berani bersuara.Dia tahu siapa orang yang dihubungi oleh Wirhan.Orang itu tidak lain adalah Kakoi, yang menyelinap masuk ke Negara Nusantara beberapa waktu yang lalu.Sebelumnya, Ardika telah membunuh Ruth, Sirilus, yang merupakan ketua cabang Organisasi Snakei Provinsi Denpapan dan putranya. Suami Ruth adalah Jiglo, wakil ketua cabang Organisasi Snakei Gotawa.Demi membalaskan dendam istri dan keluarga istrinya, Jiglo diam-diam mengundang Kakoi, ninja yang luar biasa hebat dari Sekolah Bela Diri Yamano Negara Jepara ke Negara Nusantara.Sementara itu, Kakoi mendatangi Kota Banyuli dengan alasan dimintai bantuan oleh Bank Sakura untuk membalaskan dendam Shimizu.Karena itulah, selain beberapa orang saja, tidak ada yang tahu Jiglo yang mengundan
"Bagaimana kalau kita bernegosiasi sejenak, kamu minta orang yang ingin membunuhku itu untuk datang sekarang?"Ardika mendongak menatap Wirhan, mengucapkan kata-kata itu sambil tersenyum tipis.Wirhan mencibir dan berkata, "Kenapa? Apa kamu sudah takut? Ingin memohon pengampunan di hadapan orang itu?"Ardika menggelengkan kepalanya, lalu mengucapkan satu kata dengan santai. "Bodoh!""Kamu mengataiku apa?!"Wirhan langsung marah besar.Ardika malas untuk beromong kosong dengan pecundang itu. Dia langsung melangkah maju, lalu melayangkan satu tamparan hingga Wirhan terjatuh ke lantai."Krak ...."Detik berikutnya, Ardika langsung menginjak kaki Wirhan, hingga membuat tulang kaki pria itu patah."Ahh ...."Wirhan mengeluarkan suara teriakan menyedihkan. Saking kesakitannya, dia sampai berguling-guling di lantai.Mikues dan yang lainnya membelalak kaget, menatap Ardika dengan tercengang.Mereka tidak menyangka Ardika sebrutal itu. Dia langsung menginjak kaki Wirhan hingga patah begitu saja
"Ardika, aku dan Tuan Muda Wirhan sudah minta maaf padamu, jangan keterlaluan!"Mikues juga melontarkan kata-kata itu dengan ekspresi masam."Oh? Setelah kalian meminta maaf, sudah seharusnya aku langsung terima saja, begitu?"Ardika tertawa dingin dan berkata, "Kalau begitu, sekarang aku beri tahu kalian, aku nggak menerima permintaan maaf kalian.""Berlututlah dan meminta maaf terlebih dulu, baru dibicarakan bagaimana penyelesaian masalah hari ini.""Kalau nggak, masalah ini nggak akan berakhir begitu saja. Hari ini kalian juga jangan harap bisa meninggalkan Grup Susanto Raya!"Mendengar ucapan ini, ekspresi Wirhan dan Mikues berubah menjadi masam.Meminta mereka untuk berlutut meminta maaf terlebih dulu, baru penyelesaian masalah ini akan dibicarakan. Sangat jelas kalau si Ardika itu ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk memeras mereka.Bagaimana bisa ada orang licik yang begitu tidak tahu malu?Bahkan orang-orang yang hanya datang untuk menyaksikan pertunjukan, juga tidak bisa be
Sekujur tubuh Mikues gemetaran sejenak. Kemudian, dia berjalan menghampiri Vanya dengan hati-hati.Mikues menangkupkan tangannya pada Vanya, lalu berkata dengan gigi terkatup, "Ratu Ular, Ardika sudah berhenti menjabat sebagai Wali Kota Banyuli, tapi dia masih ingin menjadi penguasa Kota Banyuli. Dia juga yang memprovokasi Keluarga Bangsawan Basagita Suraba terlebih dulu, jadi wajar saja kalau aku menekan perusahaannya, bukan?"Dia tahu kalau sudah jatuh ke tangan Vanya, pasti sudah tidak bisa memperoleh keuntungan lagi. Namun, dia tidak ingin ditampar dengan ganas tepat di hadapan banyak orang seperti Wirhan."Plak!"Namun, detik berikutnya, tamparan Vanya tetap mendarat dengan keras tepat di wajahnya."Di satu sisi, kamu sedang memperebutkan posisi sebagai Wali Kota Banyuli, di sisi lain kamu malah menekan perusahaan lokal tanpa memedulikan kepentingan rakyat demi dendam pribadi. Tapi, bisa-bisanya kamu bilang ini wajar saja?""Plak!""Sebenarnya Ardika yang memprovokasi duluan, atau
"Ratu Ular!"Wirhan berusaha menahan perasaan terhina yang menyelimuti hatinya, lalu berkata sambil menggertakkan giginya, "Keluarga Rewind Kota Gamiga adalah anggota inti kalangan keluarga kaya Kota Gamiga. Selama ini kalangan keluarga kaya Kota Gamiga adalah satu kesatuan ....""Plak!"Sebelum dia selesai berbicara, Gina mengangkat lengannya dan melayangkan satu tamparan ke wajahnya lagi."Oh? Memangnya kenapa kalau kalian adalah satu kesatuan? Apa kalangan keluarga kaya Kota Gamiga ini memberontak?" Suara acuh tak acuh Vanya kembali terdengar.Begitu mendengar ucapannya, ekspresi Wirhan langsung berubah drastis.Biarpun diberi delapan ratus nyali, dia juga tidak berani menerima tuduhan Vanya itu.Bahkan seluruh kalangan keluarga kaya Kota Gamiga juga tidak bisa menanggung tuduhan sebagai pemberontak."Nggak berani!"Wirhan segera melangkah mundur satu langkah. Sambil menutupi wajahnya, dia berkata dengan marah, "Ratu Ular, apa pantas kamu memukulku seperti ini hanya karena Grup Susa