Geri dan beberapa rekannya adalah prajurit khusus investigasi, jadi kemampuan mereka dalam hal menguntit memang hebat.Namun, tentu saja keberadaan mereka tetap terdeteksi mata elang Ardika.Sejak keluar dari Kompleks Vila Bumantara, dia sudah menyadari ada yang menguntitnya.Hanya saja, Ardika tidak menyangka yang menguntitnya adalah Geri dan rekan-rekannya.Geri berkata, "Tuan Dewa Perang, Kak Romi meminta kami untuk mengikuti Tuan saja kelak. Kami bisa membantu Tuan mengurus hal-hal tertentu dan sedikit urusan mendadak.""Oke, kalau begitu, kalian ikut aku saja."Ardika menganggukkan kepalanya, dia tidak keberatan mereka mengikutinya.Dia memang membutuhkan anak buah seperti enam jenderal perang ini untuk membantunya mengurus hal-hal tertentu.Dia bisa menggerakkan Korps Taring Harimau, Pasukan Khusus Serigala, bahkan tim tempur tingkat provinsi di bawah naungan tim tempur Kota Banyuli juga bisa dia gerakkan sesuka hatinya, tapi tetap saja kurang praktis melakukannya.Dia juga tidak
"Suruh dia pergi, aku nggak mau bertemu dengannya!" kata Handoko dengan kesal.Dia tidak ingin membiarkan Ardika masuk karena beranggapan Ardika hanya akan mempermalukannya.Terutama dia tidak ingin dipermalukan di hadapan Melia, wanita yang disukainya.Melia tersenyum dan berkata, "Handoko, kalau sampai kakakmu tahu kamu mengusir kakak iparmu, dia pasti akan sangat marah padamu.""Kak Melia, aku mengerti maksudmu."Handoko berkata, "Tapi, dia itu idiot. Aku takut kalau dia masuk, penyakitnya kumat lagi dan mengganggu bisnismu."Kelab Gloris adalah milik Melia.Dia juga baru pertama kali diundang Melia untuk bersenang-senang di tempat ini.Sejak memasuki tempat ini, dia melihat tempat ini didekorasi dengan sedemikian rupa mewahnya. Para pelanggan di tempat ini memiliki status dan kedudukan yang tinggi.Dia sudah melihat beberapa wajah anggota keluarga kelas satu yang familier baginya."Ah, nggak masalah. Biarpun hari ini kakak iparmu membuat keributan di Kelab Gloris, dengan mempertimb
Melia sedikit meronta, tetapi dia tetap tidak bisa melepaskan dirinya dari cengkeraman pemuda itu.Seolah-olah tidak suka dengan perlakuan pemuda itu, dia berkata, "Devan, aku sudah tua, jangan menggodaku seperti ini lagi."Devan Unima, anggota Keluarga Unima yang merupakan keluarga kaya kelas satu.Pemuda itu adalah adik lelaki Sharon Unima, wanita yang sudah dikejar-kejar oleh Wisnu selama bertahun-tahun.Dia juga menghadiri acara yang diselenggarakan di Vila Cakrawala sebelumnya.Saat ini, anggota keluarga kaya kelas satu lainnya, Felix Yendia menarik lengan Melia, lalu tersenyum dan berkata, "Kak Melia, jangan bercanda. Wanita seumuran kamu ini jauh lebih menarik dibandingkan gadis-gadis yang masih polos. Bagaimana kalau suatu hari nanti kamu menemani kami bermain?"Selesai berbicara, dia dan Devan tertawa terbahak-bahak bersama.Walaupun Melia adalah anggota Keluarga Lukito yang status dan kedudukannya lebih tinggi dibandingkan mereka, tetapi Devan dan Felix tidak takut untuk meng
"Handoko, sebagai pemilik tempat ini, bagaimana mungkin aku mengusir tamu keluar? Kita semua adalah teman, yang lalu biarlah berlalu."Bukan hanya tidak mengusir Devan dan Felix, Melia bahkan membujuknya untuk tidak mencari perhitungan dengan mereka.Handoko yang masih duduk di lantai berkata dengan marah, "Tapi, mereka nggak hanya memukulku, mereka juga menghina kakakku!""Mereka hanya bercanda denganmu," kata Melia. Wanita itu sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda membela Handoko.Handoko langsung membelalak kaget, dia menatap Melia dengan tatapan tidak percaya.'Sebelumnya, jelas-jelas Kak Melia sangat baik padaku, kenapa sekarang dia malah berubah menjadi seperti orang asing?'Devan mencibir dan berkata, "Handoko, dasar pecundang! Jangan bilang kamu berharap Kak Melia membelamu? Kami adalah anggota platinum Kelab Gloris! Kamu pikir kamu siapa?!""Bagaimana kalau kamu meminta kakakmu ke sini dan membalas kami di ranjang? Haha ...."Felix tertawa terbahak-bahak."Devan, Felix, da
"Plak!"Suara tamparan yang keras itu bagaikan pukulan keras dalam hati semua orang yang berada di kelab ini sampai-sampai membuat mereka bergidik ngeri.Semua orang menatap Ardika dengan tatapan tidak percaya.Gila!Pria itu pasti sudah gila!Berani sekali dia memukul Melia!Melia adalah Nona Keluarga Lukito, salah satu dari tiga keluarga besar!Setelah tamparan keras itu mendarat di wajahnya, Melia juga tercengang.Dia hanya berdiri mematung di tempat sambil memegang wajahnya.Handoko juga terkejut setengah mati. Dia langsung menarik lengan Ardika dan berkata dengan nada sedikit menyalahkan, "Kak, kenapa kamu memukul Kak Melia? Dia sangat baik padaku. Dia memperlakukanku layaknya adik lelakinya. Sebenarnya masalah tadi bukan salahnya. Lagi pula, dia harus berbisnis. Dia nggak bisa mengusir tamu sembarangan."'Dasar anak bodoh! Jelas-jelas kamu sudah dijebak wanita jalang itu, tapi kamu malah membelanya.'Ardika menggelengkan kepalanya dengan tidak berdaya dan berkata dengan nada data
"Kak, bisakah kamu jangan memprovokasinya lagi? Kita sudah hampir mati di sini!"Saking paniknya, Handoko sampai-sampai mengentakkan kakinya.Ardika mengatakan dia akan menghancurkan Kelab Gloris.Jangankan Melia, Handoko juga tidak memercayainya.Ardika mengeluarkan ponselnya dan menyodorkannya ke dalam genggaman adik iparnya, lalu tersenyum dan berkata, "Percaya atau nggak, sekarang kamu hanya perlu menghubungi nomor ini, maka Kelab Gloris akan dihancurkan dan kita bisa meninggalkan tempat ini tanpa terluka sedikit pun.""Kak, tolong jangan bercanda lagi!"Handoko menggenggam ponsel itu dan tampak seperti akan menangis, dia ingin sekali membuang ponsel tersebut.Sebelumnya, ibunya pernah mengeluh padanya bahwa Ardika pandai membual.Dua hari yang lalu, kakak iparnya itu sudah membohongi semua anggota Keluarga Basagita, sampai-sampai ayah dan ibunya dimarahi oleh mereka setengah mati.Sekarang dia sudah memercayai ucapan ibunya.Di saat seperti ini, Ardika masih saja membual!"Percaya
"Tentu saja."Ardika mengalihkan pandangannya ke arah Melia yang pandangannya sudah kosong dan ekspresinya sudah berubah drastis itu, lalu tersenyum dan bertanya, "Nona Melia, ini adalah petarung hebat yang dipelihara oleh Keluarga Lukito dengan mengeluarkan biaya puluhan miliar setiap tahunnya?"Orang-orang yang disebut sebagai petarung hebat itu sama sekali bukan tandingan para prajurit yang kembali hidup-hidup dari medan perang."Brak!"Melia langsung terjatuh lemas dan terduduk di lantai. Dia menatap Ardika dengan tatapan ketakutan dan berkata, "Kamu yang memanggil mereka ke sini?"Ardika hanya tersenyum tanpa mengucapkan sepatah kata pun.Bisa melontarkan pertanyaan konyol seperti ini, itu artinya wanita itu sudah ketakutan setengah mati.Dia langsung kehilangan minat untuk mempersulit wanita itu.Ternyata pertahanan mental nona besar seperti Melia sangat rapuh."Hancurkan apa saja yang bisa dihancurkan di dalam Kelab Gloris."Selesai memberi instruksi, Ardika langsung berbalik da
Handoko hanya mendengar keluarganya menang lotre dan mendapatkan sebuah rumah mewah, tetapi dia tidak menyangka rumah yang mereka dapat adalah rumah super mewah seperti Vila Cakrawala ini.Saat memasuki rumah super mewah itu, sepanjang jalan mulutnya terus ternganga.Melihat putranya pulang ke rumah, Desi sangat senang. Dia menyiapkan hidangan khusus untuk putranya.Luna juga disuruh segera pulang.Satu keluarga itu duduk dan menikmati makanan mereka dengan senang."Apa kalian sudah dengar? Kelab Gloris yang dibuka oleh Melia, anggota Keluarga Lukito itu dihancurkan oleh orang. Sekarang hal itu sudah tersebar luas di Kota Banyuli."Saat makan, tiba-tiba Desi membahas berita yang sedang hangat dibicarakan itu dengan ekspresi senang.Melihat ekspresi senang ibunya, Luna berkata, "Ibu, apa Ibu perlu sesenang itu mendengar Kelab Gloris dihancurkan? Para pelanggan di tempat itu memiliki status dan kedudukan yang tinggi, nggak ada hubungannya dengan kita.""Siapa bilang nggak ada hubungannya
Cahdani selalu memperlakukan orang-orangnya sesuka hatinya.Tepat di hadapan para anak buahnya, dia melayangkan beberapa tamparan ke wajah Jepi. "Satu hal lagi, memukul orang jangan memukul wajahnya! Apa kamu nggak tahu hal ini? Kamu memukuli wajah wanita itu hingga babak belur, bagaimana aku bisa menikmatinya lagi?""Dasar bodoh! Aku benar-benar ingin menampar mati kamu!"Selesai berbicara, Cahdani kembali melayangkan satu tamparan ke wajah Jepi.Akibat tamparan bertubi-tubi itu, Jepi sampai melangkah mundur lagi dan lagi. Dia merasa malu sekaligus marah.Akan tetapi, identitas Cahdani terpampang nyata di sana, membuatnya tidak berani melawan sama sekali.Dia mengeluarkan tisu, menyerahkannya pada Cahdani, lalu berkata dengan penuh hormat, "Tuan Muda Cahdani, aku salah, aku nggak melakukan tugasku dengan baik, memang pantas dihukum!""Tapi terjadi kejadian yang nggak terduga. Dua orang dari luar kota itu ingin memainkan peran sebagai pahlawan yang menyelamatkan wanita cantik. Nggak ha
"Bocah, aku sedang bicara denganmu!"Jepi melontarkan satu kalimat itu dengan diliputi amarah yang membara.Karena dia mendapati setelah dia selesai berbicara, bocah di seberangnya itu tetap saja makan di sana dengan santai seakan-akan tidak terjadi apa-apa.Hal ini membuat Jepi merasa malu dan terhina, serta membuatnya merasakan Ardika benar-benar meremehkan dirinya.Kalau bukan karena meremehkan dirinya, bagaimana mungkin dalam situasi seperti ini bocah itu masih bisa duduk dengan santai dan makan?Jepi benar-benar kebingungan, dia tidak tahu dari mana asal kepercayaan diri dan keberanian bocah itu.Dia hanya kelihatan seperti penguasa di sebuah tempat kecil, apa dia benar-benar mengira dia sudah tak terkalahkan di tempat yang dipenuhi dengan tokoh-tokoh hebat seperti ibu kota provinsi ini?Tanpa mengangkat kepalanya, sambil menyendokkan ikan untuk dirinya sendiri, Ardika berkata dengan acuh tak acuh, "Karena kamu begitu nggak tahu diri, maka aku hanya bisa menambah persyaratanku.""
"Bocah, aku sudah menyuruh kalian untuk pergi dari sini, tapi kalian malah berani tetap tinggal di sini! Apa hidangan di sini sebegitu enaknya! Aku akan membiarkan kalian makan sepuasnya!"Tepat pada saat tangan besar Jepi meraih bahu Ardika, Ardika tiba-tiba saja mengulurkan tangannya dan mengeluarkan sumpit dari tempat sumpit kuno itu."Syuuu!"Sumpit itu melesat dengan cepat, langsung menusuk telapak tangan Jepi yang seperti kipas tipis itu. Saat Jepi mengeluarkan suara teriakan menyedihkan, dengan kecepatan dan kekuatan sama seperti sebelumnya, sumpit itu tertancap ke bahunya.Dalam sekejap, kemeja putih yang dikenakannya diwarnai dengan merah darah."Ahhh ...."Jepi mengeluarkan suara teriakan seperti binatang yang disembelih. Lengannya yang sudah dalam posisi bengkok itu tetap menempel dengan kokoh di bahunya oleh sumpit yang sudah berlumuran darah itu."Berisik sekali."Ardika mengucapkan dua kata itu dengan santai, lalu meninju Jepi hingga tubuh pria itu terpental, membentur la
"Melarikan diri, huh?""Ayo, coba lari kalau kamu bisa!"Selesai berbicara, pria kekar itu kembali melayangkan dua tamparan.Akibat tamparan bertubi-tubi itu, Vita mengeluarkan suara teriakan menyedihkan. Rambutnya berantakan, penampilannya benar-benar menyedihkan."Dulu dia adalah orang berbakat di Organisasi Snakei cabang Gotawa, siapa sangka ada suatu hari di mana dia mengalami kejatuhan signifikan seperti ini ...."Levin bergumam dengan nada bicara menyayangkan.Namun, karena sebelumnya Vita sempat berpikir untuk membunuh Ardika untuk membalaskan dendam ayahnya, jadi dia juga tidak berencana untuk melakukan intervensi.Para pengunjung beberapa meja lainnya juga hanya menyaksikan pemandangan itu layaknya penonton. Walaupun ada orang yang tidak tega melihat seorang wanita diperlakukan dengan begitu kejam, tetapi mempertimbangkan sikap arogan dan semena-mena pria kekar itu, mereka juga tidak berani bersuara.Saat ini, pria kekar yang memimpin sekelompok pria ini berjalan menghampiri V
Tentu saja Ardika tahu Asosiasi Dagang Polam.Saat di Kota Banyuli, dia sudah sempat berinteraksi beberapa kali dengan asosiasi tersebut.Sebelumnya Asosiasi Dagang Polam masih sempat berpikir untuk menguasai Asosiasi Dagang Kota Banyuli, tetapi digagalkan olehnya dan Luna.Selain itu, sebelumnya saat berada di Restoran Siam, Ardika juga mendengar Leane mengatakan bahwa sebelumnya Sutandi terlibat dalam konflik dengan Asosiasi Dagang Polam saat berbisnis, bahkan nyaris ditenggelamkan.Sangat jelas bahwa sosok Tuan Baik Hati yang sangat bersemangat dan berdedikasi dalam melakukan kegiatan amal ini, sesungguhnya tidak sebaik hati yang dideskripsikan oleh orang-orang luar.Kepala Asosiasi Dagang Polam, sangat jelas Titran juga sudah termasuk sebagai tokoh besar yang bisa mengguncang Provinsi Denpapan.Sekarang pemilik restoran sengaja menyebutkan Tuan Baik Hati ini, sangat jelas dia ingin meminjam reputasi pria tu untuk menggertak orang-orang yang menerobos masuk ke restorannya dengan nia
"Anehnya, dulu wanita ini sering menunjukkan batang hidungnya, membantu mengurus bisnis-bisnis Keluarga Halim. Gambaran seorang istri yang lembut dan berkemampuan sangat cocok mendeskripsikannya.""Tapi, setelah Sirilus mati, wanita ini tetap berada di rumah saja, jarang keluar lagi. Hingga kini, dia juga tidak menunjukkan tanda-tanda ingin merebut kekuasaan," kata Levin.Ardika sedikit mengerutkan keningnya dan berkata, "Bisa-bisanya kamu melupakan orang yang sepenting ini.""Maaf, Kak Ardika. Aku sudah lalai!"Levin buru-buru meminta maaf.Ardika menundukkan kepalanya, lanjut makan. "Awasi wanita itu. Aku merasa dia dan Revando adalah tipe orang sejenis.""Baik!"Levin mengangguk. Secara naluriah, pandangannya tertuju pada seorang wanita yang baru saja berjalan masuk.Ardika juga ikut melirik ke arah wanita itu sekilas. Dia melihat seorang wanita yang mengenakan gaun panjang dan memakai masker berjalan masuk.Wanita itu melirik semua orang yang berada di tempat itu sekilas.Saat pand
"Vita nggak perlu disebut juga nggak masalah. Dia belum lama dipindahkan ke sini, ditambah lagi sekarang dia sudah lumpuh. Fondasinya masih belum kuat, nggak ada seorang pun di cabang Provinsi Denpapan yang menganggap serius dia."Mengingat wanita yang dia lumpuhkan dengan tangannya sendiri itu, Ardika juga menggelengkan kepalanya pelan.Jujur saja, kalau wanita itu bukan musuhnya, dia cukup mengagumi wanita itu.Setelah Haron mati, demi membalaskan dendam ayahnya, wanita itu datang secara terang-terangan untuk membalas dendam padanya, tidak memainkan trik-trik rendahan seperti Hanko.Setelahnya, seolah-olah sudah menyadari bahwa pembunuh Haron yang sesungguhnya bukanlah dirinya, wanita itu bahkan pernah memperingatkannya.Intinya, kalau tidak membicarakan posisi mereka adalah musuh, boleh dibilang wanita ini cukup berkarakter.Saat ini, pelayan mulai menyajikan hidangan-hidangan yang dipesan oleh Ardika dan Levin.Selain satu hidangan ikan air tawar, masih ada tiga lauk dan satu sup l
Saat berbicara, Levin mengeluarkan ponselnya, lalu menunjukkan foto beberapa orang kepada Ardika."Ini adalah putra pertama Keluarga Halim, Cahdani Halim. Ini adalah putra kedua, Winsto Halim. Mereka lebih berkemampuan dibandingkan Valtino, putra bungsu yang sudah terlalu dimanjakan ini.""Mereka bukan hanya berhasil menarik sekelompok orang, juga berhasil menarik orang-orang yang memegang kekuasaan internal cabang Provinsi Denpapan, mendapatkan dukungan dari orang-orang tersebut.""Yang mendukung Cahdani adalah wakil ketua cabang, Giorgi Kalingga, sedangkan wakil ketua cabang yang satu lagi, Wilgo, memilih untuk mendukung Winsto.""Atau lebih tepatnya lagi adalah mereka saling memanfaatkan satu sama lain. Karena kedua belah pihak sudah mencapai kesepakatan bersama, Cahdani dan Winsto juga akan mengerahkan seluruh kekuatan mereka untuk mendukung kedua orang tersebut menjadi ketua cabang Provinsi Denpapan ...."Levin memberikan penjelasan panjang lebar, sangat jelas dia sudah mengetahui
Tina memilih untuk menjalin hubungan baik terlebih dulu dengan orang-orang Keluarga Citora, ini adalah cara yang paling cepat untuk melebur dengan penduduk lokal ibu kota provinsi, jalan pintas agar berbagai pihak dunia preman tempat ini menganggap dirinya sebagai orang sendiri.Selain itu, beberapa orang murid Haron yang mengalami kejatuhan signifikan dan menjalani kehidupan yang sulit itu, juga bukan pecundang.Saat ini, mereka hanya kekurangan sebuah kesempatan.Tina bersedia memberi mereka kesempatan ini, mereka pasti tidak akan melewatkan kesempatan ini begitu saja. Pada saat bersamaan, orang-orang ini juga bisa menjadi senjata bagi Tina untuk menyerang."Hmm, biarkan saja dia yang mengambil tindakan sendiri. Panggil Tujuh Bilah dan Serigala Ganas ke ibu kota provinsi untuk membantunya."Ardika melambaikan tangannya.Awalnya dia ingin memberi arahan dan bimbingan pada Tina, bahkan diam-diam membantu wanita itu dari belakang. Ya, bagaimanapun juga, wanita itu adalah sahabat istriny